Ternyata Ini Bahaya Mengancam Jika Prabowo Subianto Tergiur Jatah Menteri dan Masuk Kabinet Jokowi
Lantas, apa bahayanya Jika Prabowo Subianto Tergiur Jatah Menteri dan Masuk Kabinet Jokowi-Maruf Amin jelang pelantikan?
Ternyata Ini Bahayanya Jika Prabowo Subianto Tergiur Jatah Menteri dan Masuk Kabinet Jokowi-Maruf
TRIBUNJAMBI.COM - Partai Gerindra nampaknya mulai 'lunak' dengan Pemerintahan Presiden Jokowi.
Kabar peluang Gerindra gabung pemerintahan Jokowi kian menguat, kini sikap politik Prabowo Subianto sangat dinantikan.
Lantas, apa bahayanya Jika Prabowo Subianto Tergiur Jatah Menteri dan Masuk Kabinet Jokowi-Maruf Amin jelang pelantikan?
Terbaru yakni adanya sinyal Sandiaga Uno bakal jadi menteri di Kabinet Jokowi-Maruf Amin.
Sebenarnya, Partai Gerindra besutan Prabowo Subianto dan Partai Demokrat besutan Susilo Bambang Yudhoyono dua parpol besar yang diharapkan bisa menjadi penyeimbang pemerintahan Jokowi-Maruf Amin.
Tapi bagaimana jika elite parpol ini tergiur jatah menteri dari kekuasaan?

• Bungkus Kaki Pakai Bawang Merah, Virus di Tubuh pun Lenyap! Dari Flu hingga Masuk Angin Bisa Hilang
• Tetap Ngeyel, Jawaban Menohok Irma Istri Kolonel Hendi Suhendi, Saya Anak TNI dan Cucu Polisi!
• Ashanty Drop dan Perang Batin Saat Divonis Berpenyakit Meningitis Seperti Mendiang Olga Syahputra
• Misteri dan Teka-teki Kematian Tiga Pemuda saat Demo Rusuh, Siapa Saja dan Kondisi Terkini
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai, Partai Gerindra seharusnya tetap menjaga kepercayaan pemilih dengan menjadi oposisi pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Jika Gerindra masuk dalam pusaran kekuasaan, menurut dia, ini akan mengecewakan pemilihnya.
Menurut Ujang, Prabowo harusnya menyadari bahwa pada Pilpres 2019, ada 68 juta pemilih yang berharap mantan Danjen Kopassus itu menjadi presiden.
"Harusnya Gerindra jadi oposisi saja. Karena pendukungnya banyak yang menginginkan Gerindra berada di luar kekuasaan. Menjadi oposisi sama-sama terhormatnya dengan berkuasa," kata Ujang saat dihubungi wartawan, Sabtu (12/10/2019).
"Bahkan, menjadi oposisi lebih terhormat karena bisa mengingatkan pemerintah ketika pemerintah salah jalan dan salah arah," ucap dosen politik di Universitas Al Azhar ini.
Oleh karena itu, Ujang menilai, langkah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang bertemu Presiden Jokowi kemarin kurang etis jika membicarakan peluang koalisi.
Namun, menurut dia, dalam politik, manuver Prabowo tersebut merupakan hal yang wajar.
"Jadi masuknya Gerindra ke koalisi Jokowi sebagai bagian dari ingin merapat atau mendapat bagian kekuasaan. Itulah politik, sifatnya cair, dinamis, dan kompromistis. Dulu lawan, sekarang kawan," kata Ujang.