PRABOWO Subianto Prihatin saat Besuk Menkopolhukam Wiranto: Saya Tidak Melihat Ada Rekayasa

TRIBUNJAMBI.COM - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menuturkan tak ada rekayasa dalam insiden Menteri

Editor: ridwan
Kompas.com
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.(ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY) 

Sedangkan reaksi yang diberikan oleh masyarakat terkhusus warganet beragam.

Bukan prihatin, sejumlah masyarakat justru 'bersyukur' atas apa yang menimpa Wiranto.

Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (11/10/2019), Koentjoro menuturkan reaksi yang diberikan masyarakat merupakan bentuk agresivitas yang terpendam.

Pemilik 5 Zodiak Ini Tak Tega Putuskan Pacarnya, Padahal Udah Nggak Cocok!

Bikin Nyesek - Tukang Becak Pergoki Istrinya Kabur dan Selingkuh dengan Pria Bermobil

 

Agresivitas merupakan perilaku yang memiliki maksud untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik atau verbal.

Sehingga saat ada kabar Wiranto diserang, ada yang justru bahagia.

"Jadi begitu ada kabar itu (Wiranto diserang dan ditusuk), meledak sebagai suatu kegembiraan. Ini semuanya adalah dampak dari yang kemarin-kemarin, pemilu kemarin," kata Prof Koen melalui sambungan telepon, Jumat (11/10/2019).

 

Psikolog Poppy Amalya Baca Ekspresi Penusuk dan Penolong Wiranto, Sama-sama Perlihatkan Wajah Marah

Kawanan Rampok Bersenjata Api Ngaku Polisi Razia, Sikat Uang Tauke Getah di Bathin XXIV

 

Ia lantas mengatakan reaksi yang ditujukan sejumlah masyarakat itu merupakan echo chambering.

Echo chamber itu sendiri adalah ruang tempat kita hanya mendengar apa yang kita teriakkan tanpa mau tahu kondisi nyata.

"Ini hubungan dari, kalau istilah saya, terjadi echo chamberingyang kemudian membuat bias kognitif," sambungnya.

Wiranto diserang oleh orang tak dikenal di Pandeglang, Banten pada Kamis (10/10/2019).
Wiranto diserang oleh orang tak dikenal di Pandeglang, Banten pada Kamis (10/10/2019). (Istimewa Tribunnews.com)

Menurut Prof Koen, bahwa saat mereka yang memiliki echo chamber itu telah bergantung pada suatu kelompok, maka akan memiliki kebencian yang sangat kuat.

"Ketika kebencian sudah sangat kuat, dan ada kejadian seperti kemarin (yang menimpa Wiranto), maka kemudian mereka akan bersyukur," jelas Prof Koen.

Disambungnya lagi, menurut Prof Koen bahwa reaksi itu juga muncul dari reaksi sebelum-sebelumnya.

Yakni hubungan sebab-akibat.

KETEGARAN Hati Kolonel Kav Hendi Suhendi, Resmi Dicopot Sebagai Dandim Kendari Akibat Ulah Istri

Kronologi Penangkapan Rampok Bersenpi di Batanghari, Polisi Temukan Beragam Senjata

 

"Ini tidak berdiri sendiri-sendiri. (Fenomena) ini muncul karena peristiwa-peristiwa yang lalu," tegas dia.

"Seakan-akan (kebenciannya) terbalaskan," ungkapnya.

Sementara itu kaitan motif pelaku dengan reaksi masyarakat, berbeda.

Prof Koen menilai mereka memilki alasan masing-masing.

"Siapa saja yang bisa membuat seseorang (yang dibenci) sakit, maka yang lain akan terpuaskan," jelasnya.

(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved