Hadapi Tuntutan Mahasiswa Jokowi "Bimbang", Fahri Hamzah: Jokowi Bisa Jatuh di Tengah Jalan Kalau. .
Saat ditanya apa yang membuatnya berbeda sikap antara RUU KPK dan RUU lainnya, Jokowi hanya menjawab singkat.
“Kalau Pak Jokowi sebagai negarawan ingin memperbaiki bangsa dan sesuai dengan apa yang dikatakan tanpa beban, tak ingin memilih penjilat-penjilat dan memilih menteri tanpa afiliasi politik maka akan selamat dia. Orang politik banyak yang bisa bekerja tapi jangan pilih penjilat,” tegas Fahri.
Ia menegaskan bila salah pilih menteri Jokowi bisa mengulang sejarah aksi demonstrasi besar pada 1998 yang berakhir dengan lengsernya Presiden Soeharto.
“Kalau dia salah, mohon maaf, kita masih begini karena belum ada krisis, kalau sudah ada krisis meledak semua nanti,” ujarnya.
Terlalu Cepat Jadi Anarkis
Dalam wawancara dengan Tribunnews di kantornya, Fahri Hamzah juga menyinggung tentang aksi demonstrasi mahasiswa menolak sejumlah revisi undang-undang seperti UU KPK dan UU KUHP.
Fahri menilai aksi demonstrasi mahasiswa yang terjadi beberapa waktu terakhir terlalu cepat berubah menjadi kerusuhan.

Ia menilai mahasiswa seharusnya menghindari provokasi untuk mengedepankan dialog untuk menyampaikan aspirasinya.
“Saya mendukung aksi mahasiswa karena yang masalah yang menyumbat bangsa ini, dan kalau benar-benar murni gerakan mahasiswa ini akan hilang pada waktunya. Tapi saya kaget dan heran aksi kemarin ini terlalu cepat menjadi api,” ungkap Fahri Hamzah saat diwawancara di ruangannya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (27/9/2019).

Mantan politikus PKS ini menilai tema penolakan sejumlah revisi undang-undang seperti RUU KPK dan RUU KUHP tidak memiliki kekuatan yang kuat untuk dibawa sebagai penggerak mahasiswa.
Ia menilai tema tersebut terlalu mudah dipatahkan.
Fahri pun menyayangkan mahasiswa terprovokasi yang membuat aparat keamanan bergerak mengambil alih keadaan.
“Iya itu tidak kuat, karena ini mudah dipatahkan. Selain itu saya tahu siapa penggerak gerakan ini, saya bisa langsung tebak ini bahan bakunya tidak kuat,” tegasnya.

Fahri Hamzah mengatakan aksi mahasiswa sekarang berbeda dengan pada tahun 1998 dulu.
“Kalau dulu kan diawali krisis moneter tahun 1997, orang antre sembako di mana-mana, dan parahnya lagi Presiden Soeharto saat itu memilih kabinet yang salah, harusnya kabinetnya bisa membawa Indonesia keluar dari krisis, tapi pemilihan kabinet jadi seperti kesalahan di ujung,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan mahasiswa harus mengedepankan dialog dan menghindari provokasi untuk menyampaikan aspirasinya.
