7 Kejanggalan Kematian Lily Wahidin, Jahitan dari Bawah Kerongkongan hingga Tubuh Bagian Bawah

Ini membuat tanda tanya pihak keluarga.Tubuhnya penuh jahitan panjang, dari bagian atas hingga bawah tubuh

Editor: Duanto AS
(KOMPAS.com/YAMIN ABDUL HASAN)
Foto Lily Wahidin dan suami. TKW Ternate, Maluku Utara, Selasa (17/09/2019) 

3. Ada luka memar juga

Selain sejumlah jahitan, di lutut bagian belakang serta beberapa bagian tubuh lainnya juga terdapat memar.

Semua ini diketahuinya setelah membuka peti jenazah yang tiba di Kota Ternate pada Kamis (5/9/2019).

“Begitu buka peti serta kafan, langsung melihat jahitan yang begitu panjang dari bawah kerongkongan hingga bawah pusat,” kata Mahrus.

Sebelum kabar kematian istrinya, Mahrus mengaku sudah menyimpan firasat yang tidak baik ketika beberapa hari sebelum kematian istri, dirinya sulit berkomunikasi dengan pihak agengsi.

4. Komunikasi dengan Lily Wahidin

Terakhir, kata dia, ia berkomunikasi dengan istrinya pada 29 Agustus 2019, itupun dengan menggunakan ponsel milik majikannya di Malaysia.

Komunikasi itu juga hanya belangsung beberapa menit, setelah itu putus.

“Istri saya hanya bilang kalau dia sudah tiba di rumah majikannya. Hanya itu, langsung putus, padahal saya masih ingin bicara lagi lebih banyak dengan dia,” ujar Mahrus.

Keesokan harinya, pada 30 Agustus 2019, sekitar jam 4 sore, dia menerima telepon dari nomor +60, dia sangat yakin bahwa nomor yang diawali dengan angka itu adalah dari Malaysia, dan ternyata dari pihak agengsi.

5. Agensi bilang sakit

Dalam pembicaraan itu, pihak agengsi mengatakan bahwa, “istri bapak sakit tapi kelihatan tidak sakit atau pura-pura dan saya sudah ambil dari rumah majikan untuk dibawa ke agengsi di sana selama dua hari”.

“Saya langsung jawab, kalau memang begitu, tidak bisa lagi kerja, lebih baik istri saya dipulangkan saja, terus katanya tidak bisa karena harus membayar ganti rugi sebesar Rp 30 juta. Saya tanya lagi, apakah Rp 30 juta sudah termasuk biaya dia kembali hingga ke Ternate atau belum, terus katanya sudah,” kata Mahrus.

“Saya bilang juga, kalau ada istri saya di situ saya ingin bicara. Dan memang ada, saya tanya sakit apa, terus katanya pusing, cuma itu,” kata Mahrus lagi.
Setelah itu, komunikasi pun tiba-tiba putus padahal menurut Mahrus, dia masih ingin menanyakan ke mana uang sebesar Rp 30 juta itu ditransfer agar bisa mempercepat kepulangan istrinya.

“Dari situ saya mulai gelisah, karena saya hubungi nomor tadi dari agengsi tapi tidak bisa. Kemudian, Senin tanggal 2 September 2019, saya menelepon kantor pusat perusahaan yang ada di Jakarta. Orang perusahaan itu katakan bahwa dirinya baru saja berkomunikasi dengan agengsi yang ada di Malaysia, tapi tidak menyampaikan bahwa ada satu orang tenaga kerja yang sakit,” kata Mahrus.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved