Dulu Beri Pengobatan Gratis Kini Dr Mangku Sitepoe Tetapkan Tarif Rp 10Ribu, Alasannya Bikin Miris!

Mangku Sitepoe (84) dikenal sebagai dokter yang mematok biaya Rp 10.000 untuk pasien yang berobat kepadanya. Setiap Rabu

Editor: rida
Kompas.com
Dokter Mangku Sitepoe 

TRIBUNJAMBI.COM- Mangku Sitepoe (84) dikenal sebagai dokter yang mematok biaya Rp 10.000 untuk pasien yang berobat kepadanya.

Setiap Rabu dan Sabtu, ia berpraktik di Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St Tarsisius, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Pengabdian dokter Mangku telah dimulai sejak 1995. Hingga kini, banyak peristiwa yang telah ia lalui sebagai dokter yang mengabdi untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Berikut beberapa fakta yang perlu diketahui tentang sosok dokter Mangku:

1. Menolong sesama karena gagasan altruisme

Dokter Mangku tergerak untuk melakukan perbuatan baik dan menolong sesama karena kepercayaannya pada gagasan altruisme.

Gagasan altruisme menyatakan bahwa setiap individu yang berakal sehat memiliki keinginan untuk mengabdikan dirinya bagi sesama tanpa pamrih.

Baca: Ahmad Dhani Dipenjara, Bagaimana Cara Mulan Jameela Lepas Kangen dengan Sang Suami? Ternyata Begini

Baca: Ingin Punya Rumah dengan Budget Minim, Ini Tips Hemat Bangun Rumah dari Nol!

Baca: Anak Tolak Mengemis, Orang Tua Tega Siksa dan Ikat Bocah 9 Tahun Dengan Rantai Besi

Atas dasar itulah, dokter Mangku dan rekan-rekannya mendirikan klinik pengobatan untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah.

Selain itu, ia juga percaya, keinginan untuk menolong orang lain akan membuahkan hasil yang baik.

"Saya kira kita ingin berbuat untuk sesama, banyak juga yang ingin memperhatikan kita," kata dia.

2. Bermula sebagai dokter hewan

Sebelum menjadi dokter umum, Mangku adalah seorang dokter hewan. Ia mengeyam pendidikan untuk menjadi seorang dokter hewan di Universitas Gadjah Mada.

Pada akhir masa perkuliahannya, ia juga sempat melalukan praktik di Denmark.

Ketika kembali ke tanah asalnya di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, warga sekitar meminta bantuannya untuk mengobati penyakit mereka.

Hal itu disebabkan oleh minimnya jumlah dokter umum yang praktik di sana pada masa itu.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved