Ternyata Prabowo Subianto Kerahkan Pasukan Elit untuk Lindungi Habibie saat Masa Genting Mei 1998

Prabowo Subianto sebagai Panglima Kostrad dilaporkan sudah mengerahkan pasukan dari luar Jakarta dan mengarah ke Istana Presiden.

Editor: Suci Rahayu PK
FOTO: Historia.id/Nando
Letnan Jenderal Prabowo Subianto dan Presiden Habibie, Mei 1998 

Pun sebaliknya, sejak SMA Habibie telah mengagumi ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo yang pernah jadi Menteri Keuangan era Sukarno serta Menteri Perdagangan di masa Soeharto dalam Kabinet Pembangunan I (1968-73).   

Mahasiswa se-Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi mendatangi Gedung MPR/DPR, Mei 1998, menuntut reformasi dan pengunduran diri Presiden Soeharto. Sebagian mahasiswa melakukan aksi duduk di atap Gedung MPR/DPR. Hegemoni Orde Baru yang kuat ternyata menjadi inspirasi bagi orangtua untuk memberi nama bagi anak-anak mereka. (KOMPAS/EDDY HASBY)
Mahasiswa se-Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi mendatangi Gedung MPR/DPR, Mei 1998, menuntut reformasi dan pengunduran diri Presiden Soeharto. Sebagian mahasiswa melakukan aksi duduk di atap Gedung MPR/DPR. Hegemoni Orde Baru yang kuat ternyata menjadi inspirasi bagi orangtua untuk memberi nama bagi anak-anak mereka. (KOMPAS/EDDY HASBY) ((KOMPAS/EDDY HASBY))

Soemitro-lah merekomendasikan Habibie kepada Presiden Soeharto untuk mengelola proyek pembangunan teknologi.

Pada 1978, Habibie menjabat Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dalam Kabinet Pembangunan III.

Jabatan itu diemban Habibie berturut-turut hingga berakhirnya masa Kabinet Pembangunan VI pada 1998.

Di saat yang sama, Prabowo telah merintis namanya sebagai perwira tinggi TNI sekaligus menantu Presiden Soeharto.

Baca: Kronologi Video Panas Siswi SMA di Prabumulih, Mulai Video Call, Rayuan Maut hingga Tunjukkan Aurat

Baca: Fakta-fakta Terbaru Video Panas Siswi SMA yang Lagi Viral, Berawal dari Pacar yang Minta Bagian Dada

Habibie mengenal karakter Prabowo.

Prabowo lahir dan dibesarkan di lingkungan yang sangat intelektual dan rasional.

Disiplin intelektual memungkinkannya untuk menganalisis, mempertanyakan, memperdebatkan tiap jejak seorang diri dengan lingkungannya, termasuk dengan atasannya.

Berbeda halnya dengan disiplin militer yang hanya mengenal satu jawaban, “siap laksanakan”.

Menurut Habibie pembawaan Prabowo masih bernapaskan disiplin intelektual.

Prabowo Subianto dan B.J. Habibie bertemu di desa Kakerbeck, Altmarkkreis Salzwedel, Jerman, 2013. Foto: Facebook Prabowo Subianto.

Dalam autobiografinya, Habibie mengatakan bahwa Prabowo dalam gerakan dan tindakannya sering terjadi konflik antara disiplin militer dan disiplin sipil.

Ini tidak lain dikarenakan statusnya sebagai menantu Soeharto di mana budaya feodal masih subur.

Makanya apapun yang dilakukan Prabowo akan ditoleransi dan tidak pernah mendapat teguran dari atasannya.

Kebiasaan pemberian :eksklusivitas” kepada Prabowo adalah mungkin salah satu penyebab gerakan pasukan Kostrad tanpa konsultasi, koordinasi, dan sepengetahuan terjadi.

“Walaupun saya sangat akrab dan dekat dengan Prabowo, kebiasaan tersebut tidak boleh saya tolerir dan biarkan. Ini suatu pelajaran bagi semua bahwa dalam melaksanakan tugas, pemberian 'eksklusivitas' kepada siapa saja, termasuk kepada keluarga dan teman, tidak dapat dibenarkan,” ujar Habibie.

Makam BJ Habibie.
Makam BJ Habibie. (Tangkapan Layar Twitter @bayugusa)

Soal pengerahan pasukan Kostrad pun sebenarnya masih simpang siur.

Menurut Letjen (Purn.) Sintong Panjaitan yang saat itu menjadi penasihat Habibie bidang Pertahanan dan Keamanan, kehadiran pasukan Kostrad dari luar Jakarta perlu dicek lebih dahulu.

Tetapi, disebabkan kendala waktu, - padatnya agenda Habibie dan keadaan negara yang genting – maka kehadiran pasukan itu tidak perlu dicek lagi.

“B.J. Habibie percaya kepada Wiranto yang dianggapnya sebagai orang jujur,” kata Sintong kepada Hendro Subroto dalam Perjalanan Seorang Prajurit: Para Komando.   

Tanda tanya serupa pun diungkapkan ayah Prabowo, Soemitro.

Berdasarkan keterangan yang diperolehnya dari Panglima Kodam Jaya saat itu, Sjafrie Sjamsuddin, dapat dipastikan kalau pasukan itu bukan berasal dari Kostrad melainkan Kopassus.

Ini didasarkan atas perintah Panglima ABRI di Markas Komando Garnisun, 14 Mei 1998.

Kostrad ditugaskan untuk mengamankan instalasi vital; Marinir bertugas mengamankan konsulat asing dan kedutaan asing; Kopassus bertugas mengamankan RI-1 dan RI-2.

“Jelas sudah, dalam soal ini satu dari dua orang itu: Habibie atau Wiranto, pasti berdusta,” tegas Soemitro dalam dalam biografinya Jejak Perlawanan Begawan Pejuang.   

Halaman
123
Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved