Kisah Militer RI

PASUKAN Harimau Lebih Garang dari Kopassus, Benteng Terakhir Soekarno, Pakai Taktik Tempur Senyap

TRIBUNJAMBI.COM - Prsiden pertama RI, Soekarno selalu berhasil meninggalkan cerita mengesankan.

Editor: ridwan
Kolase/Kepoan.com
Detasemen Harimau (Den Harin) 

TRIBUNJAMBI.COM - Prsiden pertama RI, Soekarno selalu berhasil meninggalkan cerita mengesankan. 

Satu contohnya adalah cerita penjaga terakhir Soekarno yang jarang terekspos.

Cerita tentang para penjaga Soekarno sebelum kehebatan Kopassus dikenal dan diakui dunia.

Sebuah pasukan khusus yang ternyata ditakuti lebih dari Kopassus, pasukan ini bernama Datasemen Harimau (Den Harin).

Pasukan Den Harin ternyata sangat terkenal saat zaman Soekarno menjabat sebagai Presiden Indonesia saat itu.

Baca: VIDEO: Tim Subsatgas IV Sarolangun Ciduk Seorang Diduga Terlibat Karhutla di Konsesi PT Samhutani

Baca: Kronologi Video Panas Siswi SMA di Prabumulih, Mulai Video Call, Rayuan Maut hingga Tunjukkan Aurat

Baca: LAGA PSIS Vs Persebaya Pekan ke-19 Liga 1 2019, Pembuktian Diogo Campos Bagi Bajul Ijo

 

Berikut cerita lebih lengkapnya, seperti dikutip TribunJatim.com dari Tribun Jambi.

Aksi pasukan Den Harin sangat ditakuti seperti halnya pasukan elite saat ini, Kopassus.

Baca: Udara di Bungo Sangat Tidak Sehat Akibat Kabut Asap, Siswa SD dan SLTP Dipulangkan

Baca: Kuliah Ikatan Dinas? Daftar 19 Perguruan Tinggi Ikatan Dinas, Lengkap Syarat, Lulus Langsung Kerja

Baca: Kuliah Ikatan Dinas? Daftar 19 Perguruan Tinggi Ikatan Dinas, Lengkap Syarat, Lulus Langsung Kerja

 

Sebelumya, Presiden Soekarno lakukan Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, namun hal ini sulit untuk dilihat oleh masyarakat.

Khususnya oleh rakyat Sulawesi Selatan karena masih jarang yang memiliki radio.

Oleh karena itu, pasukan NICA dan KNIL yang sudah dibebaskan oleh pasukan Jepang dari tahanan memanfaatkan situasi minimnya informasi di Sulawesi Selatan itu untuk mengambil alih kekuasaan.

Pasukan NICA dan KNIl yang dengan cepat melakukan konsolidasi itu langsung memiliki pengaruh karena didukung persenjataan hasil rampasan dari pasukan Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu.

Kisah 14 Menteri Tolak Trik Selamatkan Soeharto, Sang Presiden Terpukul, Cerita BJ Habibie Berbeda

 

Baca: Kontroversial Film The Santri, Ustaz Yusuf Mansur Mengaku Sudah Kaya Raya, Dulu Jadi Penjaga Toilet

Baca: Niat dan Keutamaan Puasa Daud, & Kisah Pemuda yang Mendapat Keajaiban karena Rajin Puasa Daud

 

ILUSTRASI - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat dievakuasi pasukan Raider 300 Brajawijaya dalam simulasi pembebasan sandera di Pendopo Pemkab Purwakarta, Kamis (31/8/2017).
ILUSTRASI pasukan

Pada 24 September 1945, pasukan Sekutu (Australia-Belanda) mendarat di Makassar untuk melaksanakan misi pembebasan tawanan pasukan Belanda yang ditahan Jepang sekaligus melucuti persenjataan pasukan Jepang.

Baca: Klasemen Liga Champions 2019-2020 per Rabu (18/9), Hasil Pertandingan Banyak di Luar Dugaan

Baca: Niat dan Keutamaan Puasa Daud, & Kisah Pemuda yang Mendapat Keajaiban karena Rajin Puasa Daud

Baca: Merk Sepatu yang Dipakai Jokowi saat Tinjau Karhutla, Berlepotan Abu Lumpur, Apakah akan Ganti?

 

Pasukan Sekutu itu selain membawa pasukan Belanda juga membekali diri dengan “surat sakti”, yakni Perjanjian Postdam yang ditandatangani pada 26 Juli 1945.

Isi perjanjian Postdam itu menyatakan bahwa “wilayah yang diduduki musuh” (occupied area) harus dikembalikan kepada penguasa semula."

Jika isi perjanjian itu dikaitkan dengan Indonesia, berarti pasukan Jepang harus mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Singkat kata Belanda memang ingin menguasai Indonesia lagi dan menjadikan Makassar sebagai ibu kota Negara Indonesia Timur.

Kisah Pasukan Khusus Bennie Adkins Diselamatkan Harimau Sumatera Seusai 4 Hari Tempur Habis-habisan
ilustrasi

Para pejuang kemerdekaan di Makassar pun kemudian membentuk pasukan perlawanan demi melawan pasukan Belanda.

Baca: Sinopsis Film Kucumbu Tubuh Indahku - Kisah Juno, Si Penari Lengger Laki-laki yang Penuh Trauma

Baca: BREAKING NEWS, Polres Muarojambi Panggil Dua Perusahaan Terkait Karhutla

Baca: Jambi Dikepung Asap, Gubernur Fachrori Bagi-bagi Masker di Pasar Angso Duo

 

Pasukan perlawanan yang saat itu berhasil dibentuk untuk mempertahankan kemerdekaan RI adalah Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris).

Satu pejuang Lapris yang kemudian gugur dan menjadi pahlawan nasional adalah Robert Wolter Mongisidi.

Karena perlawanan pasukan Lapris selalu berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda, kekuatannya menjadi terpecah-pecah.

Pada serangan militer Belanda yang dilancarkan pada 8 Agustus 1946, kubu pasukan Lapris yang berada di Gunung Ranaya berhasil dihancurkan dan para pejuang Lapris pun memilih turun gunung .

Mereka kemudian melanjutkan perlawanan melalui taktik peperangan secara gerilya.

 

Mengintip Gaji Kopassus, Pasukan Elit yang Dapat Serangkaian Latihan Neraka, Berapa Paling Tinggi?

Baca: KRITIK Keras Fadli Zon di ILC, Sindir Jokowi yang Marah-marah Soal Karhutla, tapi Tak Ada Hasil

Baca: Sikapi Kabut Asap, Orang Rimba dan Polres Merangin Bagikan Ribuan Masker

 

Salah satu personel yang terus bertempur secara gerilya adalah Maulwi Saelan, yang kelak menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno.

Maulwi yang pada puncak kariernya berpangkat kolonel juga menjabat sebagai Wakil Komandan Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa.

Setelah turun gunung dan kembali meneruskan perjuangan ke Makassar, Maulwi dan rekan-rekan seperjuangan kemudian mencari nama baru bagi pasukan gerilyanya yang juga merupakan pasukan khusus itu.

Karena pada masa penjajahan Jepang Maulwi dan rekannya suka menonton film yang ada harimaunya, pasukan gerilya Maulwi kemudian dinamai Pasukan Harimau Indonesia.

Laskar Harimau Indonesia ini memang terkenal militan karena terdiri dari para pejuang kelompok pelajar SMP Nasional yang umumnya mahir berbahasa Belanda.

Mereka pernah menyerang dan menduduki Hotel Empres pada 29 Oktober 1945 dari tangan NICA serta berhasil membebaskan rekan yang semula ditahan oleh NICA.

Ngerinya Pelatihan Prajurit Kopassus, Pantas Jadi Pasukan Elit, Tahap Akhir Dijuluki Minggu Neraka

 

Baca: KISAH Kopassus Terpaksa Minum Air Aneh Suguhan Warga di Negara Konflik, Kaget saat Tahu Sumbernya

 

Baca: UPDATE PENEMUAN BAYI DI JAMBI, Puluhan Orang Mendaftar untuk Adopsi

 

Komandan Pasukan Harimau Indonesia adalah Muhammad Syah, Wakil Komandan Robert Wolter Mongisidi, dan Maulwi Saelan sendiri menjabat sebagai Kepala Staf.

Seperti tertulis dalam buku "Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Seokarno," dalam strategi tempurnya Pasukan Harimau Indonesia memiliki taktik dan strategi tempur khusus.

Yakni menyerang dan merampas persenjataan pasukan Belanda dengan target individu atau kelompok kecil serdadu NICA, KNIL, polisi, kaki tangan Belanda, serta gudang amunisi.

Jika digambarkan sebagai pasukan jaman sekarang, Pasukan Harimau Indonesia ini memang seperti pasukan khusus yang bertempur secara senyap, mahir melaksanakan sabotase sasaran vital musuh, menimbulkan ketakutan dan kepanikan terhadap kehidupan sehar-hari pasukan Belanda, menghadang distribusi logistik, dan lainnya.

Singkat cerita Pasukan Harimau Indonesia yang dibentuk di Makassar pada era Perang Kemerdekaan ini sangat populer.

Robert Wolter Mongisidi yang merupakan personel Pasukan Harimau yang paling ditakuti Belanda memang berhasil ditangkap dan kemudian dihukum mati pada 5 September 1949.

Ketika akan dieksekusi, Mongisidi menolak memakai penutup mata dan tetap meneriakkan “Merdeka!” sebelum peluru regu tembak menerjangnya.

Di era Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, sosok Mongisidi kembali populer setelah kisah perjuangannya dibuat film bertajuk Tapak-Tapak Kaki Wolter Mongisidi (1982).

Selain diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 1973, Mongisidi juga mendapatkan penghargaan tertinggi dari negara, yakni Bintang Mahaputra.

Dikuak Sintong Panjaitan, Serangan Ganas Kopassus Buat Separatis Papua Kocar-kacir Pasca Mengepung

Baca: Sindir Jokowi Soal Kabut Asap dan Ibukota Baru, Fadli Zon di ILC Soroti 3 Ironi Terjadi

Baca: Tayang di Bioskop - Sinopsis One Piece: Stampede, Mampukah Monkey D Luffy Melawan Douglas Bullet

 

Nama Mongisidi pun diabadikan sebaga nama bandara, kapal perang, dan satuan militer (TNI).

ABRI (TNI) di era Orde Baru memiliki pasukan khusus yang dinamai Datasemen Harimau (Den Harin) yang bertugas mengawal presiden secara senyap.

Tapi keberadaan "pasukan super" yang dianggap jauh lebih hebat dari Kopassus ini masih gelap dan simpang siur karena tidak adanya bukti yang otentik.

Padahal sebagai satuan khusus yang dibentuk secara resmi oleh pemerintah, jika Den Harin memang ada pasti ada bukti dan dokumen otentiknya. (Artikel TribunJambi)

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Penjaga Terakhir Soekarno, Pasukan Harimau Lebih Garang dari Kopassus, Pakai Taktik Tempur Senyap

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved