Obituari
Mengenang Mendiang Junaidi T Noor Masih Diminta Tunjuk Ajar Sebelum Wafat
“Sebelum wafat ia masih sering kedatangan tamu untuk dimintai pendapat soal budaya Jambi," ujar Andika.
Banyak periuk dijerang orang
di periuk besar buah diikat
banyak petunjuk dikenang orang
petunjuk ajar sejarah menyurat
Pantun itu termuat di sekapur sirih dalam buku Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. Penulisnya Junaidi T Noor.
Sejarawan juga budayawan Jambi yang mengembuskan napas penghabisan Selasa (10/9) sekitar pukul 13.00. Pak Jun, begitu ia disapa, menulis buku itu bersama DR Lindayati dan Ujang Hariadi.
Begitulah, totalitasnya terhadap sejarah dan budaya Jambi membuat mantan Kepala Bappeda Provinsi Jambi itu memiliki tempat tersendiri bagi pegiat sejarah dan budaya.
Selasa malam, suasana duka masih terpancar di rumah almarhum di Jalan Tengku Sulaiman, Kelurahan Tambak Sari, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi.
Sekitar pukul 20.00 WIB, para pelayat baru saja merampungkan tahlil dan yasin.
Andika Pratama, anak pertama mendiang berdiri di depan pintu bersama beberapa kerabatnya.
Ia menyalami pelayat yang baru datang maupun yang hendak pulang.
"Semasa hidup orangnya care sama teman, sama keluarga. Ia orangnya baik dan tidak pernah marah sampai memukul sosok panutan di keluarga," kata Andika kepada Tribun, tadi malam.
Andika menceritakan bahwa kepedulian alamrhum terhadap kebudayaan Jambi sudah ada sejak masih menjabat sebagai Kepala Bappeda.
Namun ia baru totalitas mengkaji dan mengangkat kebudayaan Jambi yang mulai dilupakan di kalangan muda sejak tahun 2007. Junaidi kala itu telah pensiun.
Kepedulian itu misalnya dengan berburu literatur dan sumber yang menguatkan kebudayaan di Jambi. Junaidi T Noor, lahir pada 27 April 1947.
baca pula
Baca: TRIBUNWIKI - Zumi Zola dan 23 Tokoh yang Terima Gelar Adat Lembaga Adat Melayu Jambi
Baca: Ini Arti Tepung Tawar di Festival Kampung Laut, Ismail Jelaskan Makna Budaya Adat Melayu Timur
Baca: Jambi Muara Kopi Semesta
Ia anak tertua dari 18 bersaudara. Sejumlah karya yang ia hasilkan kemudian dicetak. Namun menurut Andika, buku itu tidak diperjualbelikan.
Mendiang Pak Jun lebih senang membagikan karyanya secara gratis kepala kalangan muda.
Terutama saat mengisi forum seminar.
Ia juga aktif mengikuti kegiatan diskusi sebagai pembicara.
Bukan semata karya tulis, Gentala Arasy yang kini megah berdiri juga ada sumbang pemikiran beliau. Sejak dua tahun terakhir ia mulai mengurangi aktivitasnya karena sakit.
Junaidi kemarin dimakamkan di pemakaman keluarga berdekatan dengan makam almarhum istrinya.
Di usianya yang menginjak 72 tahun, para pegiat budaya dan sejarah masih banyak yang meminta tunjuk ajar pada Junaidi T Noor.
“Sebelum wafat ia masih sering kedatangan tamu untuk dimintai pendapat soal budaya Jambi," ujar Andika.
Gubernur Jambi Fachrori Umar menyampaikan duka yang mendalam atas wafatnya budayawan Jambi Junaidi T Noor.
Menurut Fachrori Junaidi merupakan sosok yang selama ini banyak membantu Pemerintah Provinsi Jambi terutama pemikirannya tentang budaya Jambi dan sejarah Melayu Jambi.
“Selama ini Junaidi T Noor terkenal dengan sosok yang pandai menciptakan pantun,” katanya.
Fachrori tak menyangka jika saat acara pengukuhan Perempuan Melayu Jambi merupakan pertemuan terakhir antara dirinya dengan budayawan Jambi tersebut.
Selamat jalan pemegang gelar adat Datuk Bandar Naraco Budayo.
Semoga semangatmu menjaga sejarah dan budaya Jambi yang mulai luruh di era digital terus terpatri pada generasi muda di Jambi. (dedy nurdin/kip/wan)