Karhutla di Jambi
Benarkah sudah 18.000 Hektare Lahan Hutan di Jambi Terbakar? Tersangkanya Orang-orang Ini
Terkait perbedaan data ini, Rudi Syaf mengungkapkan metode yang dilakukan melakukan penghitungan data luasan yang terbakar.
Benarkah sudah 18.000 Hektare Lahan Hutan di Jambi Terbakar? Tersangkanya Orang-orang Ini
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Luas hutan dan lahan yang terbakar di Provinsi Jambi dalam rentang Januari-September 2019 sudah mencapai 18 ribu hektare.
Data itu dirilis oleh KKI Warsi pada acara talkshow Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Jambi, Selasa (10/9).
Acara ini di antaranya dihadiri oleh Pemprov Jambi, Dansatgas Karhutla Provinsi Jambi, perwakilan Polda Jambi.
Warsi menghitung luas lahan dan hutan terbakar itu dengan metode overlay data hotspot ke peta, yang disertai pengecekan sampel ke beberapa lokasi.
Berdasarkan data tersebut, hingga kini luas lahan terbakar terbesar berada di kawasan restorasi, disusul di areal perusahaan kelapa sawit, selanjutnya hutan tanaman industri, lalu di lahan masyarakat, terakhir di areal izin hak penguasahaan hutan.
Baca Juga
Setelah 19 Tahun Perubahan Tubuh Maria Ozawa Mulai Terlihat, 33 Tahun Tak Lagi di Film Panas
Duduk Perkara Audisi PB Djarum (Tulisan Hamid Awaludin) Terungkap
Pak RT Kaget Tapi Tetap Jaga Rahasia, Polwan Cantik Undercover Kenakan Pakaian Minim
Polwan Cantik Ngaku Janda, Penyamaran untuk Masuk Warung Kuro-kuro, Anak Buah Tertipu
Penampakan CCTV Novy Chardon Wanita Cantik Asal Surabaya yang Hilang di Australia, Misterius
Data yang dihimpun dari KKI Warsi, sepanjang Januari-Sepember 2019 ini, lahan yang terbakar di area restorasi telah mencapai 6.579 hektare.
Di lahan perkebunan kelapa sawit seluas 4.359 hektare.
Lalu di lahan konsesi hutan tanaman industri seluas 3.499 hektare.
Di lahan masyarakat seluas 2.954 hektare, dan di lahan hak penguasaan hutan seluas 1.194.
Memang data ini tak merinci luasan yang terbakar dalam dua bulan terakhir.
“Data kami sudah seluas 18 ribuan hektare yang terbakar. Itu sampai dengan 1 September 2019. Bisa jadi semakin bertambah karena kebakaran hutan dan lahan terus meluas,” ungkap Rudi Syaf, Direktur KKI Warsi.
Total jenderal ada 18.584 hektare lahan yang terbakar.
Berbeda dengan data pemprov
Data yang disampaikan Warsi ini jauh di atas data yang disampaikan Pemprov Jambi, yang juga hadir di acara itu.
Gubernur Jambi diwakili Asraf selaku Staf Ahli Gubernur Jambi Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik.
Asraf mengungkapkan data Pemprov Jambi, luas yang terbakar sekitar 700 hektare.

Ia minta agar semua pihak bahu-membahu mengatasi karhutla yang masih terjadi di Jambi.
Terkait perbedaan data ini, Rudi Syaf mengungkapkan metode yang dilakukan melakukan penghitungan data luasan yang terbakar.
“Kami melakukan analisis kebakaran hutan dan lahan yang terjadi Januari sampai September 2019. Kami merujuk kepada satelit citra yang ada, yang terbuka untuk diakses, yaitu satelit Nasa, Lapan, Aquaterra dan Landsat,” ungkapnya.
Ia menyebut, dari satelit Nasa, Lapan, Aquaterra, terangnya, diperoleh data hotspot.
“Lalu dengan citra satelit landsat, kami menganalisis lahan terbakar sampai dengan 1 September 2019. Dari analisis citra satelit landsat kami mendapatkan angka lahan terbakar sekitar 18 ribu hektare. Kami melakukan overlay dengan peta Provinsi Jambi, dengan RTRW dan perizinan,” ungkapnya.
Ia menyebut untuk memastikannya, juga dilakukan pengecekan ke beberapa lokasi sebagai sampel.
“Kami melakukan pengecekan sampling ke lapangan. Jadi dari analisa kami sudah sekitar 18 ribu hektare hutan dan lahan yang terbakar di Provinsi Jambi ini sejak Januari sampai awal September,” ungkapnya.
Terkait tingginya luas kebakaran lahan dan hutan di areal restorasi, perusahaan perkebunan, dan juga hutan tanaman industri, ada dugaan bahwa perusahaan atau pemegang izin konsesi tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk pemadaman kebakaran.
“Tadi juga Dansatgas meminta agar instansi terkait memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana perusahaan,” ungkap Rudi.
Ironisnya ditemukan beberapa sampel lahan gambut yang terbakar kali ini, juga terbakar pada tahun 2015 lalu.
Ingat 2015?
Mengingatkan, tahun 2015 adalah bencana karhutla dan asap terparah di Provinsi Jambi dalam beberapa tahun terakhir.
"Ground check di Londrang cukup luas terbakar tahun 2015 saat ini terbakar juga. Itu salah satu sampling kami ambil, termasuk di beberapa daerah di Kumpeh yang dulu pernah terbakar saat ini kembali terbakar," ujarnya.

Terkait ketersediaan sarana dan prasarana perusahaan untuk penanganan karhutla, Taufik dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi mengungkapkan bahwa selama ini pihaknya sudah melakukan pemeriksaan rutin ke perusahaan.
Hasil pemantauan mereka, perusahaan sudah taat, dan punya sarana prasarana yang cukup atau memadai.
Hal senada juga disampaikan Ema, dari Dinas Perkebunan Provinsi Jambi.
Ia mengungkapkan pihaknya bersama tim penegakan hukum (gakum) telah melakukan pemeriksaan ke perusahaan perkebunan yang ada di Jambi.
Hasilnya, ungkapnya, semua perusahaan itu punya sarana dan prasarana yang memadai.
Siapa tersangkanya?
Namun dalam penanganan kasus hukumnya, hingga kini yang justru banyak menjadi tersangka dalam kasus karhutla ini adalah para petani dan buruh tani.
“Belum ada tersangka dari pihak korporasi,” kata AKBP Tamba, utusan Polda Jambi di acara yang digelar KKI Warsi, di Hotel Rumah Kito itu.
Dia mengungkapkan hingga kini jumlah kasus karhutla yang sudah dalam penyidikan sebanyak 11 kasus dengan jumlah tersangka sebanyak 15 orang.
“Ini semua tangkapan langsung dari polisi yang turun ke lapangan. Tidak ada yang berasal dari laporan masyarakat. Ini memang hasil polisi sendiri,” ungkapnya.
Sementara pada 2015, terangnya, perkara karhutla yang sampai ke tahap pelimpahan ada 23 kasus, dengan jumlah tersangka sebanyak 33 orang, dengan rincian 27 orang tersangka perorangan dan enam tersangka korporasi.
“Tugas kami hanya sampai tahap dua atau menyerahkan ke pihak kejaksaan,” jelasnya.
Lalu pada 2016 berkas perkara yang dilimpahkan sebanyak 16 kasus dengan jumlah tersangka 35 orang.
Selanjutnya pada 2017 ada lima kasus yang dilimpahkan dengan jumlah tersangka delapan orang.
Lalu pada 2018, ada 2 kasus yang disidik, sembilan kasus dilimpahkan, jumlah tersangka 13 orang. Ia menyebut berdasarkan pengalaman selama ini, kebanyakan pelaku perorangan yang ditangkap adalah orang-orang yang dimanfaatkan oknum tertentu, dan yang jauh dari informasi.
“Penegakan hukum adalah langkah terakhir yang kami lakukan. Sebelum itu sudah ada sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membakar lahan dan hutan. Tapi mungkin para pelaku itu tidak menonton TV dan tidak mendapatkan akses internet, sehingga informasi tak sampai kepada mereka,” jelasnya. (ang/dnu/ Tribunjambi.com)
Tante Pergoki Kakek Remas-remas Sang Cucu, Pencabulan Anak Kelas 6 SD selama 2 Tahun Terbongkar
Download Lagu MP3 Kompilasi 25 Dangdut Koplo Terbaik 2019 dan Video Nella Kharisma Via Vallen
Duduk Perkara Audisi PB Djarum (Tulisan Hamid Awaludin) Terungkap
Tiga Menteri Pamitan, Cek Latar Belakang Susi Pudjiastuti dan Generasi Kelima di Pangandaran
Info Terbaru CPNS 2019 Usia Pelamar Maksimal 40 Tahun, Berikut Ini Daftar Posisi yang Terbuka