Karhutla di Jambi

Benarkah sudah 18.000 Hektare Lahan Hutan di Jambi Terbakar? Tersangkanya Orang-orang Ini

Terkait perbedaan data ini, Rudi Syaf mengungkapkan metode yang dilakukan melakukan penghitungan data luasan yang terbakar.

Editor: Duanto AS
ist
Minggu (8/9/2019) sore, api di Dusun Apung, Kecamatan Bathin III Ulu, masih menyala. Terhitung, sudah lebih empat hari api membakar lahan di sekitar kawasan itu. 

Data yang disampaikan Warsi ini jauh di atas data yang disampaikan Pemprov Jambi, yang juga hadir di acara itu.

Gubernur Jambi diwakili Asraf selaku Staf Ahli Gubernur Jambi Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik.

Asraf mengungkapkan data Pemprov Jambi, luas yang terbakar sekitar 700 hektare.

Kondisi pasca kebakaran di kawasan TNBD Sarolangun.
Kondisi pasca kebakaran di kawasan TNBD Sarolangun. (IST)

Ia minta agar semua pihak bahu-membahu mengatasi karhutla yang masih terjadi di Jambi.

Terkait perbedaan data ini, Rudi Syaf mengungkapkan metode yang dilakukan melakukan penghitungan data luasan yang terbakar.

“Kami melakukan analisis kebakaran hutan dan lahan yang terjadi Januari sampai September 2019. Kami merujuk kepada satelit citra yang ada, yang terbuka untuk diakses, yaitu satelit Nasa, Lapan, Aquaterra dan Landsat,” ungkapnya.

Ia menyebut, dari satelit Nasa, Lapan, Aquaterra, terangnya, diperoleh data hotspot.

“Lalu dengan citra satelit landsat, kami menganalisis lahan terbakar sampai dengan 1 September 2019. Dari analisis citra satelit landsat kami mendapatkan angka lahan terbakar sekitar 18 ribu hektare. Kami melakukan overlay dengan peta Provinsi Jambi, dengan RTRW dan perizinan,” ungkapnya.

Ia menyebut untuk memastikannya, juga dilakukan pengecekan ke beberapa lokasi sebagai sampel.

“Kami melakukan pengecekan sampling ke lapangan. Jadi dari analisa kami sudah sekitar 18 ribu hektare hutan dan lahan yang terbakar di Provinsi Jambi ini sejak Januari sampai awal September,” ungkapnya.

Terkait tingginya luas kebakaran lahan dan hutan di areal restorasi, perusahaan perkebunan, dan juga hutan tanaman industri, ada dugaan bahwa perusahaan atau pemegang izin konsesi tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk pemadaman kebakaran.

“Tadi juga Dansatgas meminta agar instansi terkait memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana perusahaan,” ungkap Rudi.

Ironisnya ditemukan beberapa sampel lahan gambut yang terbakar kali ini, juga terbakar pada tahun 2015 lalu.

Ingat 2015?

Mengingatkan, tahun 2015 adalah bencana karhutla dan asap terparah di Provinsi Jambi dalam beberapa tahun terakhir.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved