Kisah Caleg Termuda DPRD Jabar, Usia Baru 22 Tahun, Kampanye Irit Cara "Tandem" dan "Door to Door"
Rey, begitu ia disapa, lahir di Jakarta 30 Oktober 1996. Ia anak ketiga dari lima bersaudara hasil pasangan Elita Budiyati dan Budi Hendratno.
Kehadiran politisi muda, kata Rey, untuk mengubah stigma Golkar sebagai partai orang tua.
"Pak Dedi ingin menghilangkan stigma Golkar sebagai partai orang tua. Pak Dedi ingin regenarasi yang baik. Hampir di setiap Dapil anak muda dikasih tiket," ucapnya.
Modal patungan Rey menyadari bahwa ongkos politik untuk Pileg 2019 tak sedikit.
Untuk itu, ia mengaku bertandem dengan calon legislatif untuk DPR RI guna memangkas biaya kampanye.
Bahkan, Rey mengaku tiap baliho yang ia pasang merupakan hasil patungan dengan dua calon legislatif lainnya.
"Enggak besar biayanya, karena saya itu paket. Jadi saya tandem dengan calon se-dapil untuk pemilihan tingkat DPRD Subang dan DPR RI. Untuk keperluan apapun jadi kita bagi tiga. Misalnya pasang baliho, fotonya ada tiga, lumayan memangkas cost," kata dia.
Selama kampanye, Rey mengaku lebih banyak melakukan teknik door to door atau menemui langsung masyarakat.
Menurut dia, hal itu lebih efektif untuk mengikat hati masyarakat.
Ia pun kini berharap bisa menjadi anggota Komisi V DPRD Jabar yang fokus mengurusi bidang olahraga, pendidikan, budaya dan kesehatan.
Dengan usia yang sangat muda, Rey mulai belajar membagi waktu dengan profesinya sekarang sebagai wakil rakyat.
"Bagi waktunya saya kan kuliah malam hari Senin dan Selasa. Sekarang tinggal nyusun jadi tidak terlalu padat. Kalau waktu untuk main dan nongkrong, saya kira sudah cukup saat kuliah dulu. Saya sudah mulai serius, saya harus serius jalani amanat ini," kata Rey.
Tolak Dimadu dengan Umi Pipik, Begini Reaksi Istri Sah Sunu Matta Usai Hengkang dari Rumah
Siapa Sebenarnya Irjen Firli? Capim KPK yang Kekayaan Rp 18,2 M, Orang Lama di Lembaga Anti Rasuah
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN JAMBI:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Anggota DPRD Jabar Berusia 22 Tahun, Modal Patungan hingga Stigma Partai Orang Tua"