Bukan Cuma Kemarau, Tahun 2019 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas, Ini Dampaknya bagi Manusia!
Tidak hanya itu, studi yang dipublikasikan pada jurnal Geophysical Research Letters menyatakan bahwa dampak El Nino semakin memburuk di beberapa tahun
Jumlah ini meningkat dari sebelumnya yang hanya berjumlah 53.
Badai kuat dan merusak ini diketahui membawa kehancuran di Kepulauan Mariana, Filipina, Vietnam, Korea, dan Tonga.
Gelombang panas 2018 juga menurunkan produktivitas manusia secara signifikan.
Sebab, orang-orang harus berada di rumah selama beberapa hari karena terlalu berisiko jika beraktivitas di luar ruangan.
Sebanyak 153 jam kerja musnah akibat gelombang panas tahun ini.
La Nina, kebalikan dari El Nino, membentuk siklus alam yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga tiga tahun. Ketika itu terjadi, pola cuaca di seluruh duni akan terpengaruh.
Menimbulkan berbagai dampak pada hasil panen, kelaparan, risiko kebakaran, pemutihan karang, dan cuaca ekstrem.
Peneliti mengatakan, dampak dari El Nino maupun La Nina saat ini, lebih parah dari 20 tahun sebelumnya akibat suhu yang menghangat.
Ketika El Nino membawa hujan dan suhu yang lebih dingin di selatan AS, itu akan membawa panas dan kekeringan di Australia, serta musim salju yang kering di tenggara Afrika dan utara Brasil.
Menurut Stevenson, peristiwa El Nino akan menyebabkan kondisi dingin dan basah di AS, berisiko banjir.
Sementara itu, La Nina akan meningkatkan bahaya kebakaran dan kekeringan.
Meski dampak peristiwa El Nino dan La Nina diperkuat oleh suhu yang lebih hangat, tapi belum diketahui apakah perubahan iklim juga akan memengaruhi kejadian di masa depan. (Gita Laras Widyaningrum)
Artikel ini sudah tayang di Nationalgeographic.co.id dengan judul "2019 Akan Menjadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Manusia, Ini Dampaknya".