Pohon Bahan Obat Kanker yang Terancam Punah Ternyata Ada di TNKS Kerinci, Begini Penampakannya

Tak hanya itu, kemampuan mengeluarkan oksigen selama 24 jam, membuat pohon ini bisa mencegah polusi. Pohon Taxus ini sebenarnya sudah ditemukan sejak

Editor: Duanto AS
Istimewa
Pohon Taxus sumatrana. 

Pohon Bahan Obat Kanker yang Terancam Punah Ternyata Ada di TNKS Kerinci, Begini Penampakannya

TRIBUNJAMBI.COM - Kerinci merupakan sebongkah tanah surga yang tercecer. Itu kalimat yang kerap dipakai untuk menggambarkan keindahannya.

Memang wilayah Kerinci di Provinsi Jambi memiliki keindahan alam yang tak ternilai. Namun di balik itu, ada banyak hal tak terduga yang ditemukan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Kawasan TNKS ternyata menyimpan satu kekayaan alam yang luar biasa.

Satu di antaranya pohon Taxus sumatrana.

Pohon yang kerap disebut dengan Cemara Sumatera ini mampu membunuh virus kanker.

Baca Juga

 Inilah Wajah Tiga Siswa SMA di Palangkaraya yang Temukan Obat Kanker Mujarab, Menang WICO di Seoul

 Susunan Kabinet Jokowi Beredar Lagi di WhatsApp, Fadli Zon Menteri Perdagangan, Susi Geser Luhut

 Penghasilan Anggota DPRD Kota Jambi Perbulan, Gaji Pokok Plus Tunjangan-tunjangan

 Daftar Nama 106 Anggota DPRD DKI Jakarta 2019-2024, Ada Artis Tina Toon Dkk

Tak hanya itu, kemampuan mengeluarkan oksigen selama 24 jam, membuat pohon ini bisa mencegah polusi.

Pohon Taxus ini sebenarnya sudah ditemukan sejak beberapa tahun lalu.

Hanya saja, belum diketahui banyak orang, seberapa besar manfaat pohon ini untuk mengobati berbagai jenis penyakit, terutama jenis penyakit kanker.

Informasi yang dihimpun Tribunjambi.com pada Senin (23/11/2015), sampai saat ini belum ada data resmi berapa banyak jumlah pohon Taxus sumatrana.

Pohon ini tumbuh liar di dalam kawasan TNKS.

"Biasanya para peneliti mencari sampel penelitian dalam kawasan TNKS. Tumbuhan ini banyak ditemukan di sekitar Gunung Kerinci dan Danau Gunung Tujuh. Untuk jumlah keseluruhan belum diketahui," ujar Dafid, Petugas Bidang Perlindungan TNKS yang bertugas kala itu.

Tumbuhan Taxus di wilayah TNKS, untuk sementara hanya ditemukan di kawasan Kerinci bagian utara saja.

Sementar itu di kawasan lainnya belum ditemukan.

"Kalau ada temuan di daerah lain, pasti ada laporan," ungkapnya.

Mengapa bisa menyembuhkan?

Dia mengatakan dalam penelitian yang telah dilakukan, tumbuhan Taxus sumatrana ini mengandung zat Taxol yang diyakini mampu menyembuhkan kanker, sehingga banyak diburu warga.

"Statusnya terancam punah, di sejumlah negara seperti di Tiongkok bahkan sudah tidak ada lagi," bebernya.

Diakuinya, Taxus memang selama ini kurang terekspose, sehingga tidak banyak diketahui orang.

"Baru beberapa tahun ini, banyak peneliti yang datang untuk meneliti Taxus," tambah Dafid.

Manfaat senyawa taxol

Untuk diketahui, penemuan senyawa kimia taksol yang terkandung dalam tumbuhan Taxus sumatrana ini, memberikan harapan baru bagi pasien yang terserang virus kanker.

Senyawa taxol mempunyai keaktifan yang dapat membunuh virus penyebar berbagai kanker, seperti kanker payudara dan kanker rahim.

Dari keterangan yang dirangkum dari berbagai sumber, Taksol adalah senyawa kimia dipertenoid tipe taksan yang telah diisolasi dari spesies taxus.

Taxus sumatrana atau dikenal dengan Sumatran yew (Cemara Sumatera) merupakan satu-satunya jenis Taxus yang tumbuh di Indonesia.

Jenis ini tumbuh secara alami di TNKS pada ketinggian 1400-2300 mdpl pada punggung-punggung bukit atau tepian jurang.

Kulit, daun, cabang, ranting dan akar dari Genus Taxus merupakan sumber Taxane, dimana paclitaxel atau lebih dikenal dengan merk dagang Taxol diekstraksi, sebagai obat yang sangat sukses digunakan dalam pengobatan kemoterapi untuk berbagai jenis kanker.

Pohon bajakah dan 3 siswa SMA

Tiga orang siswa SMA Negeri 2, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, meraih juara dunia atas temuan obat kanker mujarab, dengan bahan baku alami berupa batang pohon tunggal, atau dalam bahasa Dayak disebut dengan Bajakah, yang diperoleh di hutan Kalimantan Tengah, Senin (12/08/2019).

Keberhasilan ketiga siswa tersebut berawal dari informasi dari Yazid, salah seorang siswa yang ikut dalam tim tersebut, bahwa ada salah satu tumbuhan di hutan Kalimantan Tengah yang kerap digunakan keluarganya menyembuhkan kanker, bahkan kanker ganas stadium empat sekalipun.

Di bawah bimbingan Ibu Helita MPd, guru biologi, ketiga siswa SMA Negeri 2 Palangkaraya ini memutuskan untuk memulai pembahasan awal yang lebih serius mengenai kayu bajakah.

Penelitian diawali dengan uji pendahuluan dilakukan ketiga siswa dan guru pembimbing pada laboratorium sekolah mereka.

Lalu penelitian dilanjutkan dengan uji sampel lanjutan yang menggunakan dua ekor mencit betina atau tikus kecil berwarna putih yang sudah diinduksi atau disuntikkan zat pertumbuhan sel tumor atau kanker.

Sel kanker pun menyebar di tubuh mencit dengan ciri-ciri banyaknya benjolan, mulai dari ekor hingga bagian kepala.

Ketiga siswa yang berhasil mengharumkan Indonesia melalui Karya Ilmiah Kayu Bajakah Penyembuh Kanker
Ketiga siswa yang berhasil mengharumkan Indonesia melalui Karya Ilmiah Kayu Bajakah Penyembuh Kanker ((KOMPAS.com/KURNIA TARIGAN))

“Kami memberikan dua penawar atau obat yang berbeda terhadap kedua mencit tersebut, satu mencit diberikan bawang dayak dalam bentuk cairan yang diminumkan, sementara satu satu ekornya diberi air rebusan yang berasal dari kayu bajakah tersebut. Setelah memasuki hari kelima puluh, mencit yang diberikan air penawar dari bawang dayak tewas, sementara mencit yang diberikan cairan kayu Bajakah tetap sehat, bahkan justru bisa berkembang biak," jelas Helita.

Setelah melalui pembuktian terhadap media uji sampel melalui dua ekor mencit tersebut, maka pada awal Mei 2019, penilitian dilanjutkan dengan memeriksa kadar dalam kayu bajakah tersebut melalui uji laboratorium.

Uji kadar tersebut dilakukan dengan bekerjasama pihak laboratorium di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Berdasarkan hasil uji laboratorium, kayu bajakah tersebut memiliki kandungan yang cukup kaya dan anti-oksidan bahkan ribuan kali lipat dari jenis tumbuhan lain yang pernah ditemukan, khususnya untuk penyembuhan kanker.

Beberapa zat dalam pohon itu adalah fenolik, steroid, tannin, alkonoid, saponin dan terpenoid.

Berdasarkan hasil tertulis uji laboratorium dari Universitas Lambung Mangkurat tersebut, ketiga siswa dibantu guru pembimbing mengolah kayu bajakah menjadi serbuk teh siap sedu.

Serbuk teh itulah yang dibawa ke ajang kompetisi di Bandung pada 10 Mei 2019 dalam ajang Youth National Science Fair 2019 (YNSF) yang dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Hasilnya, mereka meraih medali emas.

“Kami bersyukur setelah kami berhasil memenangkan perlombaan tersebut. Bahkan, tak disangka bahwa kami menjadi perhatian dan berhasil meraih juara, dengan memperoleh medali emas, terbaik se-Indonesia, menjadi tiket kami untuk melangkah ke tingkat internasional,” kata Yazid kepada Kompas.com saat ditemui di sekolahnya.

Setelah sukses di Bandung, karya ilmiah dari ketiga siswa tersebut dipilih mewakili Indonesia, untuk tampil dalam perlombaan tingkat internasional, dalam ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan.

Namun dalam ajang selanjutnya, Yazid tidak ikut, sehingga diwakilkan oleh dua rekannya, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani.
Awalnya, mereka merasa tidak yakin karya dibawa ke tingkat internasional itu akan berhasil meraih juara.

Namun mereka tetap berusaha tampil sebaik mungkin.

"Sehingga sangat tidak diduga, kami kembali berhasil meraih juara di tingkat internasional, dengan meraih juara dunia life science pada ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan. Kami kembali memperoleh medali emas dengan menggeser 22 negara yang ikut berkompetisi saat itu,” kata Aysa.

Kemenangan tersebut ternyata membuat semangat ketiga siswa semakin meningkat.

Banyak kenangan dan wawasan yang mereka temukan saat itu.

Selain itu, tentu saja, kemenangan itu menjadi kebanggan tersendiri bagi ketiga siswa itu karena bisa membawa harum nama Provinsi Kalimatan Tengah dan Negara Republik Indonesia di ajang lomba ilmiah internasional yang bergengsi.

“Kami merasa senang sekali karena bisa membantu orang banyak, bermanfaat bagi semua orang dan membagi informasi tentang kearifan lokal Kalimantan Tengah. Ke depannya, kami akan terus berupaya menggali potensi alam lainnya, agar Kalimantan Tengah yang kaya akan sumber daya bisa bermanfaat bagi banyak orang,” ucap Anggina.

Hingga kini belum ada rencana baik guru pembimbing dan ketiga siswa untuk memproduksi hasil temuan mereka untuk diperjualbelikan meski sudah sangat banyak yang menghubungi.

 SPG Mobil Ni Putu Yuniawati Dibunuh Gig0l0 Online, karena Bilang Servis di Kamar Tak Memuaskan

 Briptu Heidar Dijebak Jambi Mayu Telenggen untuk Pertemuan, Disandera lalu Dibunuh KKB Papua

 Kronologi Briptu Heidar Tewas oleh KKB Papua, Disandera lalu Ditemukan sudah Meninggal

 Daftar Nama 106 Anggota DPRD DKI Jakarta 2019-2024, Ada Artis Tina Toon Dkk

 Susunan Kabinet Jokowi Beredar Lagi di WhatsApp, Fadli Zon Menteri Perdagangan, Susi Geser Luhut

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved