Idul Adha 2019
Bacaan Niat Sholat Idul Adha, Tata Cara dan Panduan Shalat Id Mulai Dari Takbir Hingga Salam
Berikut ini adalah bacaan niat Sholat Idul Adha beserta tata cara dan panduan Shalat Id mulai dari Takbir hingga mengucapkan salam
Artinya: “Saya niat salat sunnah idul adha dua raka’at menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta’ala”
b. Takbiratul Ihram
Terdapat hal yang membedakan salat yang kita kerjakan seperti biasanya dengan salat Idul Adha, yaitu dari jumlah takbirnya.
Setelah takbiratul ihram yaitu membaca do’a iftitah kemudian dilanjutkan membaca takbir sebanyak 7 kali di rakaat pertama.
Di antara takbir terdapat bacaan khusus, sebagai berikut:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
Bisa juga membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.
c. Membaca Surat Al-Fatihah
Setelah membaca surat Al-Fatihah umat muslim yang melaksanakan salat Idul Adha disunnahkan untuk membaca surat Qof diraka’at pertama dan surat Al-Qomar diraka’at kedua, atau surat Al-A’la, dan surat Al-Ghosyiyah.
Dilanjutkan dengan melakukan ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri kembali seperti shalat biasa.
Baca: Kebakaran, Asap Membubung Tinggi di Lapangan Eks MTQ Bungo
Baca: Tips dan Trik Cara Memotong Daging Kurban agar Tidak Alot Saat Dimasak, Idul Adha 2019
Baca: Pebulutangkis Ganda Putera Indonesia Dipastikan Ikut Olimpiade 2020, Ini yang Jadi Alasannya
d. Membaca Takbir sebanyak 5 kali
Jika di rakaat pertama membaca takbir sebanyak 7 kali, berbeda dengan rakaat kedua.
Di rakaat kedua kita wajib untuk membaca takbir sebanyak 5 kali dengan mengangkat tangan mengucapkan ‘Allahu Akbar’.
Bacaan khususnya sama seperti dirakaat pertama, hanya berbeda jumlah durasi bacaannya.
Pada rakaat kedua umat muslim dianjurkan untuk membaca membaca Surat al-Ghâsyiyah.
Kemudian dilanjutkan dengan bacaan dan gerakan seperti sholat biasanya yaitu ruku’, sujud, dan seterusnya hingga terakhir mengucapkan salam.
e. Membaca Takbir di awal Khutbah
Jika sudah salam, maka jamaah baiknya tidak disarankan untuk bergegas pulang, melainkan mendengarkan khutbah Idul Adha terlebih dahulu hingga selesai.
Di awal khutbah pertama disunnahkan untuk membaca takbir secara 9 secara berkesinambungan.
Pada khutbah kedua bacaan takbir disunnahkan sebanyak 7 kali di awal.
Materi khutbah baiknya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, seperti tentang berkurban, zakat fitrah, dan persiapan menunaikan ibadah haji di tanah suci.
Dalam melaksaakan salat Idul Adha, umat Islam dianjurkan untuk berjalan kaki saat mengunjungi masjid dan ketika akan berpulang.
Dengan tidak menggunakan kendaraan terkecuali ada hajat tertentu, misalnya sangat jauh.
Sebagaimana hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang." (HR. Ibnu Majah)
Umat muslim saat akan berangkat dan pulang dari tempat salat Idul Adha dianjurkan untuk melewati jalanan yang berbeda.
Sebagaimana hadits dari Jabir radhiyallahu ‘anhu
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘id, beliau lewat jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang. "(HR. Bukhari)
Artikel ini dikutip dari laman zakat.or.id oleh Glenzi Fizulmi dengan judul: Bacaan Sholat Idul Adha
Amalan Idul Adha
Berikut ini adalah amalan sunah yang dilakukan sebelum melaksanakan Sholat Idul Adha, diantaranya yakni mengumandangkan takbir, memakai wewangian dll.
Umat Islam bakal merayakan Hari Raya Idul Adha pada Minggu 11 Agustus 2019.
Sebelum melaksanakan Sholat Id berikut ini adalah amalan sunah yang dilakukan sebelum melaksanakan Sholat Idul Adha, diantaranya yakni mengumandangkan takbir, memakai wewangian dll.
Dikutip nu.or.id, sebagai ibadah tahunan pada Idul Adha 2019, umat muslim bisa mengerjakan semua amalan-amalan sunnah sebelum sholat Ied/Idul Adha dengan niat tulus dan mengharap pahala dari Allah SWT.
Di Hari Raya Idul Adha 2019 ini juga ada amalan sunnah sebelum sholat Id/sholat Idul Adha 2019.
Amalan sunah yang dilakukan sebelum melaksanakan Sholat Idul Adha, diantaranya yakni mengumandangkan takbir, memakai wewangian.
Berikut amalan sunnah yang dianjurkan oleh para ulama sebelum sholat Ied/Idul Adha 2019:
1. Kumandangkan Takbir
Mengumandangkan takbir di Masjid-masjid, Mushalla dan rumah-rumah pada malam hari raya, dimulai dari terbenamnya matahari sampai imam naik ke mimbar untuk berkhutbah pada hari raya idul fitri atau Idul Adha dan sampai hari terakhir tanggal 13 Dzulhijjah pada hari tasyriq.
Karena pada malam tersebut kita dianjurkan untuk mengagungkan , memuliakan dan menghidupkannnya, anjuran ini sebagaimana terdapat dalam Kitab Raudlatut Thalibin
فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُتَأَكَّدًا، إِحْيَاءُ لَيْلَتَيِ الْعِيدِ بِالْعِبَادَةِ
Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.
Sebagian fuqaha’ ada yang memberi keterangan tentang beribadah dimalam hari raya, yaitu dengan melaksanakan shalat maghrib dan isya’ berjama’ah, sampai dengan melaksanakan shalat subuh berjama’ah.
2. Mandi Untuk Sholat Id
Mandi untuk sholat Id sebelum berangkat ke masjid, hal ini boleh dilakukan mulai pertengahan malam, sebelum waktu subuh, dan yang lebih utama adalah sesudah waktu subuh.
Dikarenakan tujuan dari mandi adalah membersihkan anggotan badan dari bau yang tidak sedap, dan membuat badan menjadi segar bugar, maka mandi sebelum waktu berangkat adalah yang paling baik.
Berbeda jika mandinya setelah pertengahan malam maka kemungkinan bau badan akan kembali lagi, begitu juga kebugaran badan.
يُسَنُّ الْغُسْلُ لِلْعِيدَيْنِ، وَيَجُوزُ بَعْدَ الْفَجْرِ قَطْعًا، وَكَذَا قَبْلَهُ، ويختص بالنصف الثاني من الليل
Disunnahkan mandi untuk sholat Id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu subuh atau sebelum subuh, atau pertengahan malam.
Kesunahan mandi adalah untuk semua kaum muslimin, laki-laki maupun perempuan, baik yang akan akan berangkat melaksanakan shalat Id maupun bagi perempuan yang sedang udzur syar’I sehingga tidak bisa melaksanakan sholat Id.
3. Sunah Memakai Wangi-wangian
Disunnahkan memakai wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau-bau yang tidak enak, untuk memperoleh keutamaan hari raya tersebut.
Pada hakikatnya hal-hal tersebut boleh dilakukan kapan saja, ketika dalam kondisi yang memungkinkan, dan tidak harus menunggu datangnya hari raya, misalnya saja seminggu sekali saat hendak melaksanakan sholat jum’at.
Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab terdapat keterangan mengenai amalan sunnah ini,
والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب
Disunnahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengan memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jum’at, dan disunnahkan juga memakai wangi-wangian.
4. Memakai Pakaian Paling Baik
Memakai pakaian yang paling baik lagi bersih dan suci jika memilikinya, jika tidak memilikinya maka cukup memakai pakaian yang bersih dan suci, akan tetapi sebagian ulama’ mengatakan bahwa yang paling utama adalah memakai pakaian yang putih dan memakai serban.
Berkaitan dengan memakai pakaian putih, ini diperuntukkan bagi kaum laki-laki yang hendak mengikuti jama’ah sholat Id maupun yang tidak mengikutinya, semisal satpam atau seseorang yang bertugas menjaga keamanan lingkungan, anjurannya ini tidak terkhususkan bagi yang hendak berangkat sholat saja, melainkan kepada semuanya.
Sedangkan untuk kaum perempuan, maka cukuplah memakai pakaian yang sederhana atau pakaian yang biasa ia pakai sehari-hari, karena berdandan dan berpakaian secara berlebihan hukumnya makruh, begitu juga menggunakan wangi-wangian secara berlebihan.
Dalam Kitab Raudlatut Thalibin dijelaskan,
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَلْبَسَ أَحْسَنَ مَا يَجِدُهُ مِنَ الثِّيَابِ، وَأَفْضَلُهَا الْبِيضُ، وَيَتَعَمَّمُ. فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا ثَوْبًا، اسْتُحِبَّ أَنْ يَغْسِلَهُ لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، وَيَسْتَوِي فِي اسْتِحْبَابِ جَمِيعِ مَا ذَكَرْنَاهُ، الْقَاعِدُ فِي بَيْتِهِ، وَالْخَارِجُ إِلَى الصَّلَاةِ، هَذَا حُكْمُ الرِّجَالِ. وَأَمَّا النِّسَاءُ، فَيُكْرَهُ لِذَوَاتِ الْجَمَالِ وَالْهَيْئَةِ الْحُضُورُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْعَجَائِزِ، وَيَتَنَظَّفْنَ بِالْمَاءِ، وَلَا يَتَطَيَّبْنَ، وَلَا يَلْبَسْنَ مَا يُشْهِرُهُنَّ مِنَ الثِّيَابِ، بَلْ يَخْرُجْنَ فِي بِذْلَتِهِنَّ.
Disunnahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban.
Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya.
Baca: NAK KEMANO KITO: Agenda Menarik di Kota Jambi, di Akhir Pekan Hingga Sepanjang Agustus 2019
Baca: VIDEO VIRAL: Detik-detik Wahana Roller Coaster di Pasar Malam Keluar Jalur, Tiga Orang Terluka
Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat Id maupun yang tidak.
Sedangkan untuk kaum perempuan cukuplah ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian.
Sabda Nabi SAW berikut memberi penjelasan tentang memakai pakaian yang paling baik, riwayat dari Sahabat Ibnu Abbas RA,
كَانَ يلبس في العيد برد حبرة
Rasulullah SAW di hari raya Id memakai Burda Hibarah (pakaian yang indah berasal dari yaman).
5. Utamakan Berjalan Kaki
Ketika berjalan menuju ke masjid ataupun tempat shalat Id hendaklah ia berjalan kaki karena hal itu lebih utama, sedangkan untuk para orang yang telah berumur dan orang yang tidak mampu berjalan, maka boleh saja ia berangkat dengan menggunakan kendaraan.
Dikarenakan dengan berjalan kaki ia bisa bertegur sapa mengucapkan salam dan juga bisa bermushafahah (Bersalam-salaman) sesama kaum muslimin.
Sebagaimana sabda Nabi SAW riwayat dari Ibnu Umar,
كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan shalat Id dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat shalat Id.
Selain itu dianjurkan juga berangkat lebih awal supaya mendapatkan shaf atau barisan depan, sembari menunggu sholat Id dilaksanakan ia bisa bertakbir secara bersama-sama di masjid dengan para jama’ah yang telah hadir.
Imam Nawawi dalam Kitabnya Raudlatut Thalibin menerangkan anjuran tersebut,
السُّنَّةُ لِقَاصِدِ الْعِيدِ الْمَشْيُ. فَإِنْ ضَعُفَ لِكِبَرٍ، أَوْ مَرَضٍ، فَلَهُ الرُّكُوبُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْقَوْمِ أَنْ يُبَكِّرُوا إِلَى صَلَاةِ الْعِيدِ إِذَا صَلَّوُا الصُّبْحَ، لِيَأْخُذُوا مَجَالِسَهُمْ وَيَنْتَظِرُوا الصَّلَاة
Bagi yang hendak melaksanakan sholat Id disunahkan berangkat dengan berjalan kaki, sedangkan untuk orang yang telah lanjut usia atau tidak mampu berjalan maka boleh ia menggunakan kendaraan.
Disunnahkan juga berangkat lebih awal untuk shalat Id setelah selesai mengerjakan shalat subuh, untuk mendapatkan shaf atau barisan depan sembari menunggu dilaksanakannya shalat.
6. Makan Setelah Sholat Id
Untuk Hari Raya Idul Adha disunnahkan makan setelah selesai melaksanakan shalat Id, berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri disunahkan makan sebelum melaksanakan shalat Id.
Pada masa Nabi Muhammad SAW makanan tersebut berupa kurma yang jumlahnya ganjil, entah itu satu biji, tiga biji ataupun lima biji, karena makanan pokok orang arab adalah kurma.
Jika di Indonesia makanan pokok adalah nasi, akan tetapi jika memiliki kurma maka hal itu lebih utama, jika tidak mendapatinya maka cukuplah dengan makan nasi atau sesuai dengan makanan pokok daerah tertentu.
عن بريدة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يخرج يوم الفطر حتى يطعم ويوم النحر لا يأكل حتي يرجع
Diriwayatkan dari Sahabat Buraidah RA, bahwa Nabi SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan, dan pada hari raya Idul Adha sehingga beliau kembali ke rumah.
Diriwayatkan juga dari Sahabat Anas RA,
نَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَخْرُجُ يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وترا
Rasulullah SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan beberapa kurma yang jumlahnya ganjil.
Dengan demikian, anjuran makan pada hari raya Idul Adha adalah setelah selesai melaksanakan sholat Id, alanglah lebih baik jika ia makan kurma sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, akan tetapi jika tidak mendapati kurma, bolehnya ia makan dengan yang lain, misalnya nasi bagi rakyat Indonesia, disesuaikan dengan makanan pokok daerah tertentu.
Karena amalan sunnah sebelum sholat Ied/Idul Adha 2018, dikerjakan dapat pahala, tidak dikerjakan tidak apa-apa
Bacaan Niat Sholat Idul Adha, Tata Cara dan Panduan Shalat Id Mulai Dari Takbir Hingga Salam. Selamat Hari Raya Idul Adha 1440 H tahun 2019.