Berita Tanjab Timur
Harga Kelapa Tak Kunjung Membaik, Petani Tanjabtim Lirik Tanam Pinang, Timbul Mampu Jual 2000 Bibit
Di tengah terpuruknya harga komoditi kelapa saat ini, tanaman pinang memang menjadi andalan bagi para petani Tanjab Timur.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: bandot
Harga Kelapa Tak Kunjung Membaik, Petani Tanjab Timur Lirik Tanam Pinang, Timbul Mampu Jual 2000 Bibit
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Tanaman pinang saat ini menjadi primadona bagi masyarakat Tanjung Jabung Timur, tidak hanya buah siap olah saja bibit buah berserabut tersebut juga memiliki nilai jual.
Di tengah terpuruknya harga komoditi kelapa saat ini, tanaman pinang memang menjadi andalan bagi para petani Tanjab Timur.
Selain nilai jual yang lebih ekonomis juga pengolahan buah pinang tersebut dinilai petani lebih mudah.
Dengan angin segar harga pinang saat ini, dan harga jual pinang yang lebih stabil jika dibanding dengan harga kelapa membuat masyarakat berani menerapkan sistem bagi hasil atau pun membeli buah pinang dari pemilik kebun.
Bukan hanya pengolah buah pinang yang merasakan manfaat baik dari usaha perkebunan ini terkait harga jual dari buah pinang yang menjanjikan, dikatakan Timbul (30) warga rantau rasau yang sehari-harinya beraktivitas sebagai penjual bibit pinang pun merasakan hal sama.
Baca: Jadwal Siaran Langsung Piala AFF U-18 2019, Timnas Indonesia vs Filipina Live Streaming SCTV
Baca: VIDEO: Kuliner Jambi, Segarnya Nyeruput Cendol Organik Aneka Rasa di Cendol Queen Elizabeth Jambi
Baca: Warga Lebak Bandung Kota Jambi Geger, Sosok Pria Ditemukan Tergantung di Belakang Rumah
Dikatakannya, memulai usaha penjualan bibit pinang di awal tahun 2019 ini, Timbul telah mampu menjual minimal 2.000 bibit pinang perbulannya dengan harga jual Rp 1.500 per batang.
" Saat ini permintaan konsumen yang datang cukup tinggi, dan membuat stok yang ada saat ini tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan tersebut," ujarnya.
Dijelaskannya pula, bibit miliknya bukan hanya dijual kepada konsumen yang ada di provinsi jambi saja, melainkan juga telah merambah ke provinsi-provinsi lain seperti Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau.
"Konsumen kami jugo ado dari luar jambi, seperti padang dan pekanbaru. Malah infonyo bibit yang kami jual ke padang dan pekanbaru tu di jual lagi ke luar negeri dengan harga jual jauh lebih tinggi dari harga jual yang kami kasih" ujarnya
Akan tetapi saat ini dirinya masih terkendala oleh ketersediaan bakal bibit (buah pinang yang akan dijadikan bibit tunas) yang sulit di dapati. Karena masyarakat banyak yang memilih menjual pinang yang telah masuk dalam proses pengolahan terlebih dahulu (yang telah dibelah dan di keringkan) di banding harus menjual buah pinang bulat yang belum diolah.
Baca: 2 Penyakit Ini Perlu Diwaspadai Saat Musim Kemarau di Muarojambi, Warga Diminta Gunakan Air Bersih
Baca: Inilah Wajah Pelaku Pembunuhan Sadis Bak Film-film Mafia, Korbannya Dimasukan ke Sumur Hidup-hidup
Baca: Jadi Darurat Karhutla, Pemkab Tanjab Timur Naikkan Status Karhutla, Dirikan 5 Posko di daerah Rawan
" tu salah satu penyebab harga jual pinang olahan jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga jual buah pinang bulat (bibit), sehingga kita kesulitan untuk mencari stok," ujarnya.
Rata-rata pinang yang dipilih oleh para konsumen yaitu yang berusia tiga sampai lima bulan. Hal itu dikarenakan pinang usia ini tergolong mudah dibudidayakan atau lebih gampang tumbuh sewaktu dipindahkan dari polybag ke lokasi kebun yang akan dijadikan lokasi penanaman.
"Sekarang orang yang beli sudah tau trik-trik nya. Orang ini beli bibit yang baru berdaun duo atau tigo. Jarang yang beli daun limo atau enam kayak dulu soalnyo gampang stres atau gampang layu bibitnyo," pungkasnya
