Berita Nasional

Kenang Benny Moerdani, Luhut Binsar Sebut Jadi Golden Boy dan Buat Seniornya Banyak Tak Senang

Kenang Benny Moerdani, Luhut Binsar Sebut Jadi Golden Boy dan Buat Seniornya Banyak Tak Senang

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Facebook/Luhut Binsar Panjaitan
Luhut Binsar ke Makam Benny Moerdani 

Setelah pulang dan saya mulai memimpin pasukan anti-teror pertama di Indonesia yaitu Datasemen 81 (Den-81), saya sering dipanggil menghadap Pak Benny di kantornya di Jalan Sahardjo (sekarang lokasinya menjadi Balai Prajurit TNI), entah menanyakan pelatihan pasukan yang baru itu, atau lain-lain.

Dari situ saya mendapat kesan khusus mengenai betapa ia memiliki karakter yang sangat kuat. Auranya memancarkan wibawa ditambah dengan wajahnya yang keras dan jarang tersenyum.

Saya kagum bahwa loyalitas kepada pimpinan negara dan NKRI tidak perlu dipertanyakan lagi. Setiap kata atau tindakannya mencerminkan, menurut istilah masa kini, kesetiaan yang tegak lurus ke atas.

Baca: Kisah Pilu Seorang Suami Melihat Video Mesum Istri Dengan Kakek Direkam Tetangga di Kebun Tebu

Baca: Hari Bhakti Adhyaksa ke 59, Pemkab Tanjab Barat Berikan Penghargaan ke Kejari Tanjab Barat

Baca: Suami Ini Terkejut dan Histeris Lihat Video Istri Hubungan Intim dengan Seorang Kakek di Kebun Tebu

Suatu hari sebelum saya mendapat penugasan memimpin operasi khusus mengamanan Presiden Soeharto dalam KTT ASEAN di kota Manila, Filipina, Pak Benny yang sudah jadi Panglima ABRI mengatakan dengan dingin.

“Luhut, sejak dua atau tiga tahun lalu, sudah banyak yang antre untuk menggantikan saya, tetapi orang ini (sambil menunjuk foto Pak Harto di dinding) kalau terjadi sesuatu pada dirinya…Republik itu menjadi kacau…!” ujarnya dengan tegas.

“Jadi Luhut, taruhan keselamatan Pak Harto adalah lehermu..!” Sebagai perwira saya cuma menjawab, “Siap! Laksanakan!”

Akibat sering dipanggil ke kantornya, lama-kelamaan saya jadi risih. Kebanggaan dipanggil oleh Panglima ABRI mengecil, karena pasti banyak yang tahu, dan banyak pula senior saya yang tidak senang, mungkin juga jadi iri, seorang perwira menengah dipanggil oleh jenderal bintang empat berjam-jam.

Suatu hari ketika mood Pak Benny sedang bagus, saya beranikan diri bertanya, “Pak, mohon izin, lain kalau memanggil saya bisakah melalui atasan saya?”” Saya curi pandang wajahnya, dan mukanya lalu mengeras. Kedua tangannya mulai menyapu-nyapu mejanya, dan saya menyesal kok berani-berani membuat beliau marah.

Tapi nasi sudah jadi bubur, saya pasrah. “Luhut!”katanya dengan nada dalam. “Saya jenderal bintang empat…!”sambil menunjukkan tanda pangkatnya di bahu “..dan kamu Letkol…!

”Itu saja, dan saya sudah mengerti maksudnya. “Siap!” jawab saya.

Sejak itu saya tidak pernah berani menanyakan lagi soal itu. Beberapa tahun kemudian ketika Pak Benny pensiun, saya menerima konsekuensi karena jadi golden boys Pak Benny.

Tapi saya terima itu dengan besar hati. Tidak jadi Danjen Kopassus, tidak jadi Kasdam atau Pangdam; bagi saya itu harus bayar sebagai akibat kesetiaan yang tegak lurus. Dan saya bangga mampu menjalankan nilai-nilai yang diturunkan oleh Pak Benny kepada saya.

Beberapa tahun kemudian, Pak Benny sudah tidak punya power lagi, kecuali jabatan sebagai Menteri Hankam yang “tak bergigi” saya berpangkat Kolonel dan baru pulang dari pendidikan di NDU di Washington DC.

Baca: Ini Kegiatan dari Prabowo Subianto Usai Pilpres 2019, Tiap Pagi Tidak Lepas Lakukan Hal Satu Ini

Baca: Pemalak Tewas Ditembak, Diduga Pelakunya Sopir Truk, Seorang Wanita Memangku Korban

Baca: SEDANG TAYANG Live Streaming, Bali United Vs PSS Sleman, Pekan 11 Liga 1 2019

Saya datangi kantor beliau, dan menanyakan kepada Pak Benny, rumor yang beredar di luar bahwa beliau sudah “jauh” dari Pak Harto.

“Benar itu Luhut..!” katanya terus terang.

Ia menjelaskan bahwa Presiden Soeharto marah kepadanya, ketika dengan cara halus mencoba mengingatkan bisnis yang dijalankan oleh putera-puterinya yang sudah kelewat batas di meja bilyar; Pak Harto lalu tiba-tiba meletakkan stik bilyar dan masuk kamar. Sejak itu, Benny Moerdani tidak pernah dekat dengan Presidennya.

“Tetapi asal kamu tahu ya Luhut. Apapun sikap beliau, saya tidak pernah kehilangan kesetiaan saya kepadanya…!”

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved