Benarkah Potensi Tsunami Selatan Jawa bukan Hoaks? Langkah Awal yang Sebaiknya Masyarakat Lakukan
amun begitu, para ahli dan badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) menyarankan agar viral pesan.
Baik jalur evakuasi mandiri maupun shelter tsunami sebaiknya jauh dari alur sungai. Ini karena gelombang tsunami berpotensi masuk ke sungai lewat muara. Jika diperlukan jarak aman yang lebih, masyarakat bisa bekerjasama membuat jalur evakuasi dan shelter hingga sejauh 3 kilometer.
Baca: Leher Sakit Saat Bangun Tidur? Ternyata Ini Bisa Jadi Penyebabnya Hindari Posisi Tidur Ini Sementara
Baca: Sempat Alami Hal Mistis, 50 Prajurit Kopassus Gempur Markas KKB Papua, Dipimpin Sintong Panjaitan
Kenali Karakter Tsunami
Secara geologis, Indonesia sangat kompleks. Jadi, gempa dan tsunaminya juga sangat beragam. Gempa dan tsunami selatan Jawa bisa punya karakteristik yang berbeda dengan yang terjadi di barat Sumatera seperti pada 2004 di Aceh.
Dari sekian ragam yang mungkin terjadi, gempa dan tsunami di selatan Jawa bisa dibagi dua jenis. Pertama adalah yang gempanya terasa. Ini seperti tsunami di Banyuwangi pada 3 Juni 1994 yang didahului gempa M 7,8 di Samudera Hindia, zona subduksi.
"Tidak berselang lama setelah gempa, wilayah pantai selatan Jawa Timur dilanda tsunami destruktif. Tsunami menimbulkan kerusakan di pantai Banyuwangi hingga Tulungagung. Jumlah korban meningal akibat tsunami ini mencapai 223 orang, 15 orang hilang," urai Daryono.
Tsunami tipe kedua adalah yang dipicu oleh gempa lamban. Seperti namanya, gempa lamban tidak terasa dan efeknya pun lama. Gempa seperti ini pernah terjadi di Jawa pada 17 Juli 2006 dengan magnitudo 7,7 dan memicu tsunami di Pangandaran.
Tsunami Pangandaran mengagetkan karena baru selain gempanya tak terasa, gelombang tsunami baru datang 20 menit setelah guncanga. "Penduduk desa dan ratusan orang yang sedang berlibur tak sempat menyelamatkan diri. Bencana sore itu menelan korban jiwa sebanyak 668 orang meninggal," kata Daryono.
Karena memiliki 2 tipe gempa dan tsunami, masyarakat di selatan Jawa pun juga harus punya sikap berbeda. Misalnya, warga tak bisa santai hanya karena getaran gempa tak terasa sebab bisa jadi gempa yang terjadi adalah gempa lamban.
"Prinsipnya untuk selatan Jawa, jika gempa terasa baik itu lemah maupoun kuat, tetapi lebih dari 30 detik, segeralah lari menjauhi pantai sesuai jalur evakuasi yang telah ditentukan sebelumnya sebab gempa pembangkit tsunami di Jawa bisa terasa bisa tidak," ungkap Abdul.
Abdul menuturkan, secara umum warga di pesisir selatan Jawa masih memiliki waktu hingga 30 menit untuk lari melalui jalur evakuasi setelah gempa. Bila infrastruktur seperti jalur evakuasi terbangun, besar peluang warga selamat dari tsunami.
Baca: Terungkap, Ternyata Nunung Sudah Komsumsi Narkoba Sejak 20 Tahun Lalu, Anaknya Beberkan Fakta Ini
Baca: MISI Kopassus ke Lembah X Mencari Suku Pemakan Manusia: Sintong Dikepung Etnis Pedalaman Papua
Pahami Dengan Benar Potensi Tsunami Selatan Jawa
Informasi potensi tsunami selatan Jawa telah lama beredar. Potensi tsunamidihitung dari gempa yang mungkin terjadi, yaitu bermagnitudo hingga 8,8 di zona subduksi selatan Jawa. Zona subduksi ini adalah pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Para ahli memperkirakan potensi berdasarkan data historis tsunami dipadu dengan pemodelan. Dari sisi sejarah, selain terjadi pada 1994 dan 2006, tsunami selatan Jawa pernah terjadi pada tahun 1840, 1857, 1921, bahkan tahun 1500-an pada era Kerajaan Mataram Islam.
"Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar bukanlah berita bohong," kata daryono seraya menegaskan bahwa yang dimaksud ilmuwan adalah "potensi" bukan "prediksi" seperti yang sering disalahpahami.
Peneliti tsunami purba dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, potensi merujuk pada sesuatu yang mungkin terjadi tetapi belum tahu kapan. Sementara prediksi adalah sesuatu yang hampir pasti terjadi dalam waktu dekat.