Pertempuran Jenderal TNI Asal Jambi dan Tatang Koswara, Sniper Legendaris Kopassus Beraksi

Jenderal TNI Asal Jambi Kaget Lihat Tembakan Tatang Koswara, Sniper Legendaris Kopassus Beraksi

Editor: Duanto AS
Istimewa
Tatang Koswara, sniper Kopassus. 

Tugas sebagai pengawal pribadi Dansatgasus itu lama-lama membuat Tatang kurang berperan maksimal sebagai seorang sniper yang baru lulus dari didikan Green Beret.

Apalagi sesuai dengan doktrin pendidikannya, seorang sniper bukan hanya bertugas melaksanakan pengawalan tapi harus mampu menembus wilayah musuh secara senyap untuk melaksanakan missi intelijen.

Selain itu, sniper yang berhasil memasuki jantung wilayah musuh tanpa terdeteksi juga bertugas menciptakan kekacuan dengan cara melumpuhkan sasaran terpilih, khususnya komandan tertinggi yang bertugas mengendalikan jalannya peperangan.

Demi bisa menjalankan fungsi sniper yang sesungguhnya di medan tempur, Tatang pun kemudian memberanikan diri untuk minta ijin kepada Kolonel Edi untuk masuk ke medan tempur lawan dan ternyata diperbolehkan.

Tatang terjun dalam pertempuran di kawasan Lautem, Lospalos Utara, dan masih menghadapi perlawanan sengit dari Fretilin. Melalui taktik perang gerilya yang dterapkan di kawasan pegunungan dan pantai, pasukan TNI harus bertempur mati-matian untuk menghancurkan kekuatan Fretilin.

Tatang untuk pertama kali menembak mati targetnya yang bertempur menggunakan senapan otomatis, dalam pertempuran terbuka di Lautem.

Tembakan awal yang sempat mengguncang jiwanya karena dia ternyata telah membunuh manusia.

Tapi karena Tatang menyadari bahwa di medan perang seorang tentara hanya mengenal doktrin dibunuh atau membunuh, untuk menjatuhkan sasaran tembak berikutnya ia sudah merasa biasa.

Kill 49 Orang

Satu di antara misi tempur Tatang yang menghasilkan kill hingga 49 korban adalah ketika Tatang bertempur untuk mengadang serangan pasukan Fretilin di kawasan Remexio (1977).

Medan tempur Remexio yang bergunung dan terletak di belakang kota Dili memang dikenal sebagai kuburan bagi pasukan TNI mengingat begitu banyak prajurit yang gugur.

1 peluru untuk diri sendiri

Sebelum berangkat ke medan perang di pegunungan Remexio, yang terletak sekitar 30 Km dari kota Dili, Tatang membekali diri dengan senapan Winchester M-70 berperedam suara lengkap dengan 50 butir peluru kaliber 7,62 mm berwarna putih.

Sesuai doktrin pelatihan sniper Green Beret, setiap sniper yang bertugas perang diperintahkan membawa 50 peluru. Sebanyak 49 peluru untuk musuh, sedangkan satu peluru yang tersisa untuk sniper-nya.

Melalui doktrin latihan sniper, Tatang ditekankan lebih baik seorang sniper mati bunuh diri daripada tertangkap musuh.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved