Haji Bandu Mau Turunkan Kalau Ada Tawaran Rp 1000 per Butir, Kondisi Kelapa Kopra Jambi Terkini
Namun sejak setahun terakhir, para petani kelapa kopra mulai gelisah dengan anjloknya harga jual kelapa cungkil (kopra) di pasaran.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Duanto AS
H Bandu, satu dari petani sekaligus pemilik kebun kelapa di kawasan Desa Kuala Lagan, menuturkan para petani di Kecamatan Kuala Jambi hampir semua mengeluh saat ini.
Terutama untuk harga kelapa cungkil (kopra) yang jauh mengalami merosot.
"Saat ini untuk sepikul kelapa (kopra) siap jual saja hanya mampu dihargai pembeli Rp 210 ribu saja. Jumlah tersebut jauh berbanding terbalik dengan beberapa tahun sebelumnya yang mencapai Rp 300 ribu-Rp 600 ribu per pikul," ujarnya Kamis (5/7/2019).
Diakuinya, keadaan tersebut sudah terjadi hampir setahun berjalan para petani sakit.
Sejak sebelum pemilu harga sudah mulai anjlok dan terus merosot hingga di angka yang saat ini.
Dengan keadaan tersebut, ratusan hektare kebun kelapa di daerah tersebut terancam tak terurus.
Terkait anjloknya harga kelapa tersebut, menurut petani berdasarkan keterangan dari para tauke dan pengepul merosotnya harga kelapa kopra di pasaran, satu di antaranya karena banjirnya pasokan kelapa dari provinsi tetangga.
Termasuk kelapa kopra yang selama ini menjadi urat nadi perekonomian warga pesisir timur Jambi.
"Selain itu ada juga kabarnya, dikarenakan pabrik pengolahan kelapa di provinsi tersebut gulung tikar. Jadi banyak buah kelapa yang dilempar ke Jambi sehingga harga kelapa lokal berdampak," jelasnya.
Dia mengatakan untuk jenis kelapa selain kopra, kelapa bulat (kupas palembang), meski harga jualnya lebih tinggi hitungan butir, namun masih belum bisa menjadi alternatif bagi petani.
Pasalnya selain sepi peminat juga tidak ada nya pemesan jumlah banyak yang datang mencari tidak seperti kelapa kopra tadi.
"Kalau ada yang mau ngambil Rp 1.000 saja per butir, saya mau turunkan semua kelapa kita. Tetapi itulah yang mencari itu (pembeli) masih sepi tidak seramai kopra," jelasnya.
Meskipun ada beberapa petani memang sudah memiliki link atau langganan tetap, sasaran mereka tidak lagi skala provinsi melainkan kota besar lainnya termasuk jakarta.
Jadi mereka sudah ada pembeli tetap sehingga tidak takut merugi.
"Saat ini kita petani kelapa merasa sakit dengan harga jual yang tidak sesuai harapan. Selain itu harus membayar upah cungkil dan sulak pekerja Rp 85-Rp 100 per orang. Dari hasil penjualan kopra tersebut hanya mencukupi untuk kebutuhan makan sehari hari saja dan itu sudah sangat bersyukur," tuturnya.