KISAH Oding Suhendar, Polisi yang Korbankan Nyawa Saat Amankan Soekarno, dari Teror Pembunuhan

TRIBUNJAMBI.COM - Presiden Soekarno di Jakarta pernah mengalami hal yang mengerikan mendapat ancaman

Editor: ridwan
Serambi Indonesia
Soekarno dan Hartini 

TRIBUNJAMBI.COM - Presiden Soekarno di Jakarta pernah mengalami hal yang mengerikan mendapat ancaman teror pembunuhan.

Tepatnya, teror pembunuhan terhadap Soekarno itu terjadi di Cikini, Jakarta.

Soekarno saat itu akan dibunuh melalui pelemparan granat.

Baca: POLISI Beberkan Kronologi 2 Korban Tewas pada Kerusuhan 22 Mei, Ditembak dari Jarak 30 Meter

Baca: Konser di Jambi, Sheila on 7 Nyanyikan 15 Lagu yang Bikin Jatuh Cinta

Baca: Thoriq Rizky Maulidan, Pendaki yang Hilang di Gunung Piramid Bondowoso Ditemukan Tak Bernyawa

Beruntung saat itu nyawa Soekarno masih bisa diselamatkan.

Walaupun, pada akhirnya peristiwa itu juga memakan korban.

Seorang pengawal Soekarno, yang juga merupakan seorang polisi kehilangan nyawa seusai menyelamatkan sang presiden.

Kisah itu seperti yang terdapat dalam buku berjudul "Jenderal Polisi RS Soekanto Tjokrodiatmojo, Bapak Kepolisian Negara RI Peletak Dasar Kepolisian Nasional yang Profesional dan Moder", karya Awaloedin Djamin, dan G Ambar Wulan, terbitan Kompas, tahun 2016 lalu.

Baca: Akhirnya Pendaki Gunung Piramid Bondowoso Ditemukan, Thoriq Rizky Dievakusi Dalam Keadaan Tewas

Baca: Tentara Brunei yang Selalu Diremehkan Mendadak Jadi Sangar Usai Berguru ke Kopassus, Malaysia Keok

Baca: Cuma Kopaska TNI AL, Pasukan Elite RI yang Pernah Jalani Misi Bunuh Diri dengan Torpedo Manusia

Dalam buku itu disebutkan, peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 31 Oktober 1957 malam.

Saat itu, Soekarno akan meninggalkan gedung Sekolah Rakyat Cikini.

Saat ini, gedung tersebut terletak di Jalan Cikini Raya.

Baca: Lagu Pejantan Tangguh Jadi Lagu Pembuka Konser SO7 di Jambi

Baca: Pierre Tendean, Sosok TNI Ganteng yang Pernah Susupi Malaysia dengan Mudah Dalam Misi Berbahaya

Baca: Begini Penjelasan Arkeolog Soal Makna Kubur Tempayan di Masa Neolitikum

Soekarno berada di tempat itu karena adanya perayaan sekilah sebagai orang tua murid.

Namun, saat akan menaiki mobilnya untuk meninggalkan sekolah tersebut, upaya teror pembunuhan pun terjadi.

"Granat-granat dilemparkan ke arah Presiden secara berturut-turut, tepat pada waktu komandan Polisi Lalu Lintas yang mengawal Presiden mempergunakan sepeda motor memberikan aba-aba dengan kata,"Hormat", tulis penulis di buku tersebut.

Baca: Kubur Tempayan di Sungai Bahar Diyakini Peninggalan Sebelum Budha di Sumatera

Baca: POLISI Beberkan Kronologi 2 Korban Tewas pada Kerusuhan 22 Mei, Ditembak dari Jarak 30 Meter

Baca: Celana Dalam Wanita Dicuri sampai 2 Karung Banyaknya oleh Tukang Bubur Pembunuh Bocah SD di Bogor

Pemberian penghormatan ini merupakan keharusan yang selalu dilakukan oleh para pengawal.

Termasuk pengawal kehormatan dari Polisi Lalu Lintas kepada Presiden RI yang selalu mendampingi di kanan, kiri dan depan mobil presiden dalam perjalanan.

Pada saat pelemparan granat, dua orang anggota pasukan pengawal pribadi presiden, yaitu IP I Oding Suhendar, dan IP I Soedirjo berdiri di kanan kiri Soekarno.

Baca: 243 Kontingen se Indonesia akan Berebut Juara di Kejurnas Dayung Jambi

Baca: Pemkab Sarolangun Segera Ajukan Draft APBD-P ke Dewan

Baca: Tahu Siapa Sosok yang Dijadikan Model Patung Pancoran? Soekarno Usulkan Langsung Orang Ini

Mereka kemudian membuka jalan dari desakan murid-murid Sekolah Rakyat Cikini yang mengantar Soekarno ke mobilnya.

Secepat kilat, Soedijo dan Oding Suhendar merangkul dan menarik Soekarno untuk dibawa lari dalam posisi membungkuk.

Tujuan mereka adalah sebuah rumah yang ada di depan Sekolah Rakyat Cikini, sebagai tempat penyelamatan presiden.

Baca: Akhirnya Pendaki Gunung Piramid Bondowoso Ditemukan, Thoriq Rizky Dievakusi Dalam Keadaan Tewas

Baca: Konser di Jambi, Sheila on 7 Nyanyikan 15 Lagu yang Bikin Jatuh Cinta

Baca: Cuma Kopaska TNI AL, Pasukan Elite RI yang Pernah Jalani Misi Bunuh Diri dengan Torpedo Manusia

Beruntung, dalam peristiwa itu Soekarno berhasil diselamatkan.

Namun, seorang pengawal Soekarno, yang juga merupakan seorang anggota polisi, Oding Suhendar tergeletak di samping Soekarno.

Saat itu, Oding Suhendar mengalami luka-luka akibat pecahan granat.

Darah Oding Suhendar pun terus-menerus keluar.

Sehingga, Oding Suhendar pun kehilangan nyawanya.

Baca: Pekerjaan Soeharto Sebelum Jadi Jenderal dan Presiden, Siapa Sangka Cuma di Jadi Pegawai Bank Desa

Baca: Ribuan Ikan Mati di Embung Penyengat Olak, Dinas Perikanan Uji Sampel Air Gambut

Baca: Kubur Tempayan di Sungai Bahar Diyakini Peninggalan Sebelum Budha di Sumatera

Selain Oding Suhendar, juga ada pengawal lainnya yang juga menjadi korban peristiwa itu.

Di antaranya AIP I Soemardi, AIP Ngatijimo, dan AIP I Toepan Waloejo, yang mengalami luka-luka di tubuhnya.

Baca: Dianggap Sebagai Provokator, Tujuh Mahasiswa Unaja Terancam Skorsing

Baca: Pierre Tendean, Sosok TNI Ganteng yang Pernah Susupi Malaysia dengan Mudah Dalam Misi Berbahaya

Baca: Thoriq Rizky Maulidan, Pendaki yang Hilang di Gunung Piramid Bondowoso Ditemukan Tak Bernyawa

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Kisah Oding Suhendar, Polisi yang Korbankan Nyawa Saat Amankan Soekarno, Sebabnya Teror di Jakarta,

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved