Fakta di Balik Obrolan Presiden Jokowi dan Ivanka Trump Diungkap Luhut Pandjaitan, Begini Logatnya
Fakta Obrolan Presiden Jokowi dan Ivanka Trump Diungkap Luhut Binsar Pandjaitan, Begini Logatnya
Luhut menegaskan bahwa Jokowi lancar berkomunikasi dengan bahasa Inggris meskipun ia memiliki aksen medok khas Jawa.
Menurut Luhut, hal itu bukanlah hal yang memalukan lantaran tiap daerah di Indonesia punya logat sendiri-sendiri yang akan mempengaruhi ketika bicara dengan bahasa lain.
Bahkan para pemimpin negara lainnya juga memiliki aksen medok, misalnya medok ala Jerman dan Prancis sehingga tak perlu menilai rendah orang lain.
Luhut pun menceritakan bagaimana asyiknya obrolan Jokowi dengan Ivanka Trump yang sampai tertawa-tawa saat mengobrol.
Dalam acara tahunan itu, jajaran Jokowi bersama jajaran pemerintah dari negara lain membicarakan banyak hal.
Di antaranya adalah industri pertahanan, investasi, lingkungan hidup, hingga soal perekonomian.
"Ada yang bilang bahasa Inggris Pak Jokowi medok Jawa. Memang betul. Saya juga medok, tapi medok Batak.
Lantas apakah kita harus malu dengan lidah Indonesia kita? Saya tidak setuju, karena saya bangga jadi orang Indonesia, dan saya bangga dengan logat Batak saya.
Masalah aksen ini saya perhatikan ketika mendampingi Pak Jokowi selama menghadiri KTT G20 di Jepang minggu lalu.
Saya mendengar Beliau selalu berbahasa Inggris dengan lancar dalam setiap komunikasinya dengan pimpinan negara lain.
Kalau bahasa Inggrisnya tidak baik, maka tidak mungkin seperti Ivanka Trump atau para pimpinan negara lain sampai ketawa-ketawa saat berbincang dengan Beliau.
Tidak hanya terhadap Pak Jokowi, saya juga memperhatikan aksen dari pemimpin negara lain seperti dari Jerman dan Prancis.
Mereka medok juga, tapi medok ala Jerman dan Prancis. Artinya setiap bangsa punya logat khasnya masing-masing. Jadi, tidak perlu kita menilai rendah seseorang hanya karena aksen bahasa Inggrisnya.
Pak Jokowi sendiri tadinya menerima 17 permintaan pertemuan bilateral dari negara lain. Ini adalah bukti betapa populernya Indonesia sekarang di kalangan anggota G20 yang notabene merupakan negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Tapi karena waktu itu harus menunggu pengumuman Mahkamah Konstitusi sebelum bertolak ke Jepang, maka pertemuan bilateral jadi banyak dikurangi.