TERORIS Flamboyan yang Tidak Hanya Diburu Mossad, tapi Banyak Wanita Tergila-gila Mencintai Dirinya

TRIBUNJAMBI.COM - Licin bak belut itulah julukan Ali Hassan Salameh, tokoh teroris legendaris yang menjadi

Editor: ridwan
Ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM - Licin bak belut itulah julukan Ali Hassan Salameh, tokoh teroris legendaris yang menjadi buruan kelas wahid agen rahasia Israel, Mossad.

Sosok tampan dan flamboyan serta parlente ini paling sulit dilumpuhkan.

Memang Ali Hasan Salameh dikenal sebagai teroris yang pandai menyamar, membuat tergila-gila para wanita cantik, dan kelompoknya kerap melancarkan serangan mematikan ke target-target Israel di tahun 1970-an.

Salameh yang terus diburu-buru dan memiliki nama lain Abu Hassan sudah menjadi tokoh besar di kalangan PLO dan kelompok teroris Black September.

Mossad pernah melakukan operasi pembunuhan terhadap Salameh di Norwegia tetapi ternyata salah sasaran.

(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)

Baca: 7 Hari Lagi, Parpol Masih Godok Nama Calon Pendamping Fachrori Umar

Baca: Kuli Bangunan Gasak Barang Saat Rumah Kosong, Curi Kalung Berlian dan Jam Tangan Rolex

Pada saat itu sesungguhnya Salameh memang berada di negara itu. Tapi dirinya ternyata luput dari incaran Mossad dan setelah peristiwa itu, dia malah makin piawai.

Salameh juga dikenal sebagai ahli menyamar dan berkali-kali lolos dari buruan Mossad.

Keahlian menyamar itu ternyata diperoleh dari rekannya yang menjadi tokoh teroris dunia yang jago menyamar dan meloloskan diri, Carlos The Jackal.

Tapi Salameh mulai menunjukkan kelemahannya saat bermukim kembali ke Beirut dan menikah lagi dengan gadis Lebanon, Georgina Rizak.

Baca Juga: Dialah Ali Hassan Salameh, Teroris yang Tak Hanya Diburu oleh Mossad tapi Juga Para Wanita

Baca: 15 Tampilan Seram Pasukan Elit Dunia yang Bikin Musuh Gentar Melihatnya, Dua Diantaranya dari TNI

Baca: Sakit Hati Diputus Pacar, Pemuda Ini Nekat Sebar Foto Bugilnya Bareng Kekasih

Georgina yang sangat menyukai Salameh pernah menjadi Ratu Kecantikan Sejagat tahun 1971.

Kepopuleran Georgina RIzak lah yang membuat Mossad berhasil mencium keberadaan Salameh dan kemudian merancang operasi pembunuhan.

Untuk memasuki Beirut agen Mossad yang terdiri dari tim pria dan wanita tidak mengalami banyak kesulitan.

Bahkan untuk mendeteksi kediaman Salameh yang berada di suatu apartemen dan kebiasaannya wara-wiri ke istri barunya juga makin mempermudah aksi Mossad.

Baca: PSMS Medan vs Cilegon United di Stadion Teladan, Tim Tamu Bermain Menyerang dengan Kekuatan Penuh

Baca: Cari Gara-gara dengan Sandera WNI, Perompak Filipina Berurusan dengan Denjaka atas Perintah Presiden

Baca: Haji Umar, Sang Prajurit Kopassus yang dengan Mudah Tumbangkan Guru & Ahli Karate Jepang Baret Merah

Ali Hassan Salameh, dalang Black September
 
Ali Hassan Salameh, dalang Black September

Baca: Hore Gaji ke 13 Segera Cair, Pemerintah Merangin Siapkan Rp 25 Miliar

Baca: Fotonya Tersebar di Media Sosial, Lihat Ekspresi Luna Maya saat Foto Bareng Ibu Faisal Nasimuddin

Sialnya Salameh dan pengawalnya yang selama ini selalu waspada dan curiga tidak menyadari bahwa seorang agen wanita Mossad, Erika Mary Chambers, yang tinggal di seberang apartemen Salameh selalu mengawasinya.

Erika yang dikenal sebagai wanita genit dan penggemar kucing serta suka melukis memang sama sekali tidak mencerminkan sosok agen Mossad.

Setelah Erika berhasil memastikan apa saja rutinitas dan rute yang selalu dilewati Salameh, ia segera memanggil tim pembunuh Mossad untuk segera datang ke Beirut.

Dua personel Mossad yang bertugas sebagai regu pembunuh pun segera terbang ke Beirut.

(Baca juga: Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian)

Agen Mossad yang pertama tiba di Beirut pada bulan Januari 1978 adalah Peter Sriver.

Ketika tiba di Beirut, Peter yang berpaspor Inggris mengaku sebagai konsultan teknik dan usahawan Inggris.

Peter kemudian menginap di salah satu hotel dan menyewa Volkswagen yang natinya akan difungsikan sebagai bom mobil.

Sehari kemudian agen Mossad yang kedua, Ronald Kolberg, menyusul tiba di Beirut dan menggunakan paspor Kanada.

Baca: Fachrori Umar Belum Putuskan Maju di Pilgub Jambi

Baca: Pendaftaran ODUA’S IDOL Masih Dibuka, Hadiah Jutaan Rupiah dan Paket Liburan, Cek di Sini Syaratnya

Baca: DPRD Tanjab Timur Gelar Paripurna Kata Akhir Fraksi Terkait Pembahasan Ranperda

Ali Hassan Salameh
palestineposterproject.org
Ali Hassan Salameh

Baca: Sakit Hati Diputus Pacar, Pemuda Ini Nekat Sebar Foto Bugilnya Bareng Kekasih

Baca: BKD Jambi Kirimkan Usulan Formasi CPNS 2019 ke Kemenpan, Segini Jumlahnya

Baca: PSMS Medan vs Cilegon United di Stadion Teladan, Tim Tamu Bermain Menyerang dengan Kekuatan Penuh

Ia menginap di hotel yang tidak jauh dengan tempat Peter menginap.

Tujuan menginap di hotel terpisah itu adalah untuk menghilangkan kecurigaan bahwa mereka salin kenal.

Setelah mengisi Volkswagen dengan peledak dan meninggalkan kunci untuk Kolberg, Sriver segera terbang ke Lebanon menggunakan paspor bukan Inggris.

Kolberg yang sudah menyewa mobil pun meluncur ke hotel tepat menginap Sriver lalu mengambil kunci Volkswagen dan mengendarainya di jalan yang biasa dilalui Salameh.

Baca Juga: Saat Nyawa PM Israel Nyaris Terenggut oleh Pistol Anggota Paspampres Gara-gara Arogansi Agen Mossad

Kolberg kemudian memarkir Volkswagen yang dipenuhi bom di dekat apartemen Salameh.

Tanpa mengundang banyak perhatian, Kolberg menghilang naik taksi.

Tepat pada tanggal 22 Januari pukul 15.35 petang, Salameh yang mengendarai Chevrolet bersama empat pengawalnya melintas tepat di samping Volkswagen.

Bom yang dipicu melalui gelombang radio pun meledak menghancurkan mobil Chevrolet bersama isinya.

Baca Juga: Kisah Black September, Teroris yang Pernah Bikin Mossad Israel Kalang Kabut

Tak hanya Salameh dan empat pengawalnya yang tewas, empat orang lain yang sedang melintas juga turut tewas.

Mossad dan rakyat Israel pun merasa puas dengan tewasnya Salameh karena dendamnya terbalas.

Tapi tewasnya Salameh ternyata tidak mampu menghentikan aksi teror terhadap Israel.

Gerakan teror Black September bahkan menjadi momentum internasional bagi terorisme grobal untuk melancarkan serangan ke seluruh dunia.

Baca: DPRD Tanjab Timur Gelar Paripurna Kata Akhir Fraksi Terkait Pembahasan Ranperda

Baca: Sakit Hati Diputus Pacar, Pemuda Ini Nekat Sebar Foto Bugilnya Bareng Kekasih

Baca: Kuli Bangunan Gasak Barang Saat Rumah Kosong, Curi Kalung Berlian dan Jam Tangan Rolex

Aksi terorisme di AS pada 9 September 2002 yang menghancurkan dua gedung kembar WTC di New York bahkan memanfaatkan bulan September sebagai ikon aksi pembalasan.

Baca Juga:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved