Pengakuan Joanna Palani, Dewi Kematian ISIS di Suriah, Pulang ke Denmark Dipenjara & Dicap teroris
Joanna Palani ingin menyelamatkan Eropa dari teroris ISIS. Namun, ketika kembali ke Denmark, ia justru dipenjara, kehilangan rumah, dilarang
Tetapi jangan salah, mainannya ketika kecil bukan boneka barbie atau beruang, melainkan pistol.
Sejak usia 9 tahun, ia sudah dilatih oleh kakeknya menggunakan senjata sehingga kemampuan menembaknya tidak perlu diragukan.
Bangsa Kurdi dikenal sebagai bangsa yang sepanjang sejarahnya selalu berperang dan paling ditakuti di Timur Tengah.
Bahkan, di masa pemerintahan diktator Saddam Husein memimpin Irak, Kurdi tak pernah berhasil ditaklukkan hingga akhir pemerintahannya.

Tinggalkan Kuliah Demi Perang
Melihat bangsanya bertempur melawan ISIS, Joanna Palani meninggalkan bangku kuliahnya di Kopenhagen dan terjun langsung ke medan laga bertempur melawan ISIS.
Ia datang ke Manbijj, Suriah, dan mengangkat senjata untuk melawan ISIS.
Manbijj adalah kawasan strategis di pinggiran Kota Alepo, salah satu basis militer terkuat ISIS.
Di Timur Tengah, Joanna Palani juga bukan pasukan Amerika Serikat, NATO atau Suriah, melainkan anggota militan Kurdi yang ikut memerangi ISIS.
Palani menenteng senapan sniper SVD Dragunov dan 'senapan serbu Kalashnikov.
Bermodalkan dua senjata tersebut, Joanna dilaporkan allthatsinteresting.com berhasil membantai 100 orang milisi ISIS.
"Senjata saya buatan Rusia, jadi harus bersabar menggunakannya," kata Joanna Palani kepada MailOnline
Batalion YPG yang merupakan Angkatan Bersenjata Pemerintah Regional Kurdistan memberikan apresiasi luar biasa kepadanya.
Ketika beroperasi di lapangan, Joanna diketahui sering 'masuk kolam' pada malam hari untuk mencabut nyawa para milisi ISIS.
"Para kombatan ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka," ungkap Joanna kepada Daily Mail.