Komunitas Barber
Jhaco, Komunitas Barber di Jambi, Bukan Profesi yang Dipandang Sebelah Mata
Jhaco, Komunitas Barber di Jambi, Bukan Profesi yang Dipandang Sebelah Mata
Penulis: Nurlailis | Editor: Deni Satria Budi
“Saya merasa jenuh dipangkas rambut dari segi modelnya. Ketika saya melihat dunia luar tentang barber, itu membuat saya penasaran. Kok bisa barber modelnya keren, tarifnya tinggi, gayanya juga selalu upgrade. Sejak itu saya belajar, mengikuti seminar dan berganti nama dari pangkas rambut imam menjadi imam barber,” paparnya.
Seiring perubahan nama tersebut dalam hal lainnya juga berubah seperti kualitas potongan, harga, kenyamanan tempat serta attitude atau sikap dari seorang barber.
Ia mengatakan yang ditonjolkan dari seorang barber adalah attitude, harus ramah dengan pelanggan dan tampak bersahabat.
Baca: Beda Nasib Kivlan Zen dengan Soenarko soal Penangguhan Penahanan, Polri pun Ungkap Alasannya
Baca: Gerebek Pesta Narkoba di Kantor Camat Sungai Penuh, Sat Narkoba Polres Kerinci Amankan 7 Remaja
Baca: Evi Buat Laporan Kehilangan Mobil, Diselidiki Polisi dan Ada yang Janggal, Ternyata Dibawa Pacarnya
Dulu saat pangkas rambut ia mematok tarif Rp 18 ribu. Saat menjadi barber menjadi Rp 25 ribu hingga Rp 75 ribu. Selain itu dari segi pelanggan juga jadi lebih banyak anak muda.
“Kita tidak lagi bekerja mengejar setoran. Sebelumnya minimal 15-20 kepala, kalau barber 10-15 udah lumayan. Kalau dipangkas rambut 30 menit untuk satu kepala itu terlalu lama, untuk barber itu waktu standar. Kita jadi lebih mencintai pekerjaan dan menikmatinya,” ungkapnya.
Jhaco, Komunitas Barber di Jambi, Bukan Profesi yang Dipandang Sebelah Mata (Nurlailis/Tribun Jambi)