Pengakuan Mengejutkan Rocky Gerung Ceritakan Sempat Dapat 10 Ribu Bully-an dalam Sehari di Twitter
Pengamat politik, Rocky Gerung menceritakan sempat mendapat hingga 10 ribu bully-an dalam sehari di sosial media pribadinya.
TRIBUNJAMBI.COM- Pengamat politik, Rocky Gerung menceritakan sempat mendapat hingga 10 ribu bully-an dalam sehari di sosial media pribadinya.
Hal itu disampaikan Rocky Gerung saat membicarakan terkait ruang publik di acara 'Layar Demokrasi' di CNN Indonesia, dikutip TribunWow.com, Selasa (18/6/2019).
Awalnya, pembawa acara meminta tanggapan kepada Rocky Gerung terkait banyaknya kerancuan di ruang publik yang membuat masyarakat bingung menilai mana benar dan salah.
Baca: Nama Sandiaga Uno Semakin Menguat, Orang Ini Bongkar Alasan Jika Jokowi Sodorkan Kursi Menteri
Pernyataan itu disampaikan pembawa acara terkait adanya sejumlah kabar kegaduhan di ruang publik pasca-pilpres.
"Rancunya banyak sekali di ruang publik, jadi mungkin publik agak dibuat bingung, agak dibuat simpang siur dengan mana yang benar dan mana yang salah," ujar pembawa acara.
"Anda melihat bagaimana tentang ruang publik," tanyanya kemudian.
Rocky menjelaskan bahwa hal itu tak lepas dari peran pemerintah.
"Karena pemerintah kasih batasan terhadap lalu lintas pikiran dengan segala macam trik gitu," jelas Rocky.
"Karena itu saya enggak melihat bahwa teori ruang publik sebagai ruang yang seharusnya bebas distorsi, itu sekarang tidak diisi oleh argumen publik."
"Ruang publik itu diisi oleh argumen privat," sambungnya.
Baca: Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia - Timnas Indonesia Masuk Pot 5 Peluang Bertemu Negara Kuat
Lebih lanjut, Rocky menjelaskan dengan memberi contoh.
"Ya penghinaan, fitnah, dan segala macam," kata Rocky.
Bahkan, dirinya juga sempat mendapat dampak sisi negatif dari sejumlah kabar pasca-pilpres.
Rocky mengaku sempat mendapat hingga 10 ribu bully-an dalam sehari lewat akun Twitter pribadinya.
"Setiap kali saya buka Twitter, itu juga termasuk public fear (ketakutan publik -red)," papar Rocky.
"Isinya itu adalah kalau saya diamin satu hari itu yang bully saya 3 ribu, 5 ribu, 10 ribu, dan hal yang itu-itu juga."
"Tapi kan saya enggak pernah peduli soal begituan," imbuhnya.
Baca: Tutorial Cara Menanam Porang, Umbi yang Membuat Paidi Pemulung Asal Madiun Kini Beromzet Miliaran
Terkait ruang publik pasca-pilpres, Rocky menilai justru banyak ujaran negatif yang dilontarkan oleh para pengguna media sosial.
Padahal menurutnya, sosial media bisa digunakan dengan bijak oleh para pengguna, yakni dengan memaparkan sejumlah pendapat positif.
"Di dalam Twitter yang seharusnya mampu untuk menghasilkan argumentasi, (namun) isinya adalah caci maki dan saya mengalami fitnah segala macam, soal privat dijadiin soal publik, mending benar, tapi itukan fitnah," ungkap Rocky.
"Itu yang saya lihat," jelasnya.
Baca: Nama Sandiaga Uno Semakin Menguat, Orang Ini Bongkar Alasan Jika Jokowi Sodorkan Kursi Menteri
Menanggapi hal tersebut, pembawa acara lantas menyinggung mengapa pemaparannya itu dikaitkan dengan pemerintah.
"Tapi kenapa Anda kemudian meng-highlight bahwa pemerintah membatasi itu," ujar pembawa acara.
"Karena pemerintah di ruang formal itu lampu merah semua, sehingga orang mau menumpahkan segala macam kedu***annya di ruang publik yang non-mainstream yang tadi sosial media itu," jawab Rocky.
"Itu yang terjadi itu," tutupnya.
Simak videonya dari menit 9.05