Hutang Indonesia Semakin Melilit, Benarkah sudah Mengkhawatirkan? Simak Penjelasannya Disini

Utang Indonesia kerap jadi perhatian dan jadi bahan kampanye selama Pemilu Presiden 2019. Benarkah utang Indonesia sudah terlalu besar?

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
kontan
ilustrasi 

Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir April 2019 sebesar 36,5%, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.

Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,2% dari total ULN.

Dengan perkembangan tersebut, menurut Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, meskipun ULN  Indonesia mengalami peningkatan, namun masih terkendali dengan struktur yang tetap sehat.

“Bank Indonesia dan Pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” bunyi laporan itu. 

Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp 5.528 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir April 2019 sebesar 389,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 5.528 triliun (kurs Rp 14.200 per dollar AS). ULN ini tumbuh lebih tinggi dibanding Maret 2019.

ULN tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 189,7 miliar dollar AS, dan utang swasta termasuk BUMN sebesar 199,6 miliar dollar AS.

BI menjelaskan, meningkatnya posisi ULN dibanding bulan sebelumnya dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN dan pengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sehingga utang dalam Rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dollar AS.

Baca: Mujiono, Warga di Sarolangun, Jambi yang Ubah Batu Alam Menjadi Bernilai Tinggi dengan Alat Seadanya

Baca: Detik-detik Mendebarkan Evakuasi Wanita Hanyut Terseret Banjir di Pekanbaru, Jatuh Naik Motor

"ULN Indonesia pada akhir April 2019 sebesar 389,3 miliar dollar AS ini tumbuh 8,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2019 sebesar 7,9 persen (yoy). Peningkatan pertumbuhan ULN pemerintah melambat di tengah peningkatan ULN yang bersumber dari sektor swasta," sebut BI dalam siaran pers, Senin (17/6/2019).

Adapun rinciannya, pertumbuhan ULN pemerintah yang melambat ini tercatat sebesar 186,6 miliar dollar AS atau tumbuh 3,4 persen (yoy) pada April 2019, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,6 persen (yoy).

Lambatnya ULN dipengaruhi oleh pembayaran pinjaman senilai 0,6 miliar dolar AS dan penurunan kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) milik nonresiden senilai 0,4 miliar dollar AS, akibat ketidakpastian di pasar keuangan global.

Selain itu, perkembangannya dipengaruhi oleh pengelolaan ULN yang diprioritaskan untuk membiayai pembangunan pada beberapa sektor produktif, antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi, sektor jasa pendidikan, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, serta sektor jasa keuangan dan asuransi.

Di sisi lain, pertumbuhan ULN swasta mengalami peningkatan. Pada April 2019, posisi ULN swasta tumbuh 14,5 persen (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 13,0 persen (yoy).

"ULN swasta ini didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian. Adapun total pangsanya sebesar 75,2 persen terhadap total ULN swasta," sebut BI.

Meski ULN Indonesia meningkat mencapai 8,7 persen (yoy) dibanding bulan Maret 2019, BI mengklaim struktur ULN Indonesia tetap sehat.

Halaman
123
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved