Tradisi

Diawali dengan Salawat, Tradisi Bekarang, Mencari Ikan dengan Tangkul, di Senaung Kembali Dihidupkan

Diawali dengan Salawat, Tradisi Bekarang, Mencari Ikan dengan Tangkul, di Senaung Kembali Dihidupkan

Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Deni Satria Budi
Tribunjambi/Jaka HB
Diawali dengan Salawat, Tradisi Bekarang, Mencari Ikan dengan Tangkul, di Senaung Kembali Dihidupkan 

Diawali dengan Salawat, Tradisi Bekarang, Mencari Ikan dengan Tangkul, di Senaung Kembali Dihidupkan

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Suhuri (50) menusukkan empat ikan sepat dengan satu ranting kayu. Sempat ikannya lagi ditusukkan oleh Muslia, istri Suhuri.

Lantas tusukkan ikan itu diletakkan di atas bara api lalu Muslia mengipas-kipaskan bara agar ikan yang di panggang lekas matang.

Ikan-ikan yang dipanggang itu didapat dari 'Tradisi Bekarang' yang dilakukan Suhuri dan warga Desa Senaung, Kabupaten Muarojambi, di Danau Teras.

Bekarang punya arti mencari ikan menggunakan tangkul, semacam alat tradisional yang menggunakan jaring dalam ukuran besar. Namun, pada tradisi kali ini, Suhuri mengaku hanya sedikit mendapat ikan.

Baca: Menjelang, Tradisi Tua Saat Lebaran Idul Fitri di Bungo yang Masih Lestari

Baca: Berakhir Petang Menunggu Senja, di Tepi Danau Sipin, Bersama Lelaki Tangkul

Baca: Hasilkan Rp 25 Juta Per Hari, BUMDes Taman Pertiwi, Kerinci, Pekerjakan 70 Warga di Libur Lebaran

“Kalau dulu, tiga kali tangkul sudah cukup nian ikan,” kenang Suhuri.

Suhuri menerangkan terakhir ikan sangat banyak itu pada 1990 sampai 1995. Selepas tahun itu, ikan yang didapat mulai berkurang.

“Seperti ikan Toman, Tembakang itu banyak dulu,” tambahnya.

Meski begitu, Suhuri dan Muslia bahagia-bahagia saja. Sambil berbasa-basi dengan sesama warga desa yang turut piknik di antara pohon-pohon sawit. Tempat Suhuri dan warga Desa Senaung piknik persis di tepi Danau Teras, tempat tradisi bekarang dilakukan.

Warga mendapat ikan dari Bekarang yang digelar warga Senaung, Muarojambi
Warga mendapat ikan dari Bekarang yang digelar warga Senaung, Muarojambi (Tribunjambi/Jaka HB)

Ikan-ikan yang mereka dapat langsung dipotong dan dibakar serta disantap bersama nasi hangat dan sambal.

Ada warga yang sudah ada yang mulai menyantap ikan yang dipanggang, beberapa warga juga masih asik menangkul dan mencari ikan baik dengan ngecall atau pun dijaring.

Setiap kali mengangkat tangkul kalau ada ikan banyak maka sebagian warga berteriak, wooo, wooo. Suasana kian meriah dengan saling goda para pengguna tangkul atau pun warga lain.

Teriakan warga terdengar bukan hanya saat mendapat ikan atau pun tidak. Ada tangkul yang patah juga diteriaki.

Baca: Agung Hercules Unggah Foto Terbarunya, Kalangan Artis Langsung Serbu dengan Komentar Mendoakannya

Baca: 2 Ton Daging Sapi Tak Laku Saat Menyambut Lebaran Idul Fitri di Bungo, Disnakan Duga Ini Penyebabnya

Baca: Satuan Elit Paling Misterius, Istri Sendiri Sampai tak Tahu Suami di Satuan Rahasia Kopassus, Sat-81

Dua kali warga bahkan mendapatkan ular sawo dan dimasukkan dalam karung. Kata warga nanti dilepas lagi. Selain itu ada pula yang mendapatkan kura-kura.

Sementara itu sekira lebih dari 10 tangkul sudah diletak pada pukul 13.00 WIB. Beberapa warga masih ada yang ngecal atau menangkap ikan di danau dengan tangan. Mereka membawa wadah bambu atau tas dari karung beras untuk menyimpan ikan yang didapat.

Ternyata acara ini sudah dimulai jak pukul 09.00 pagi WIB. Acara bekarang dimulai dengan membersihkan danau terlebih dahulu. Setelah dibersihkan dari rumput-rumput dan semak warga yang punya tangkul menurunkan jaringnya.

Baca: Pengakuan Istri yang Digadai Suami Rp250 Juta, Ternyata Berlanjut ke Perselingkuhan & Nikah Siri

Baca: TIGA Tahun Berlalu, Begini Penampakan Rumah Mewah Dodi Triono, Pembeli Sebut Rumah Setan

Baca: Live Streaming KVision TV Uruguay vs Ekuador di Copa America 2019, Mulai Kick Off Pukul 05.00 WIB

“Setelah jaringnya diturunkan, warga bersalawat. Tangkul tidak boleh diangkat sebelum salawat selesai,” kata Syafii, Kepala Desa Senaung.

Syafii mengatakan akan ada lima danau lagi danau atau lubuk larangan yang akan dibuka dengan tradisi bekarang. Mulai dari Danau Teras, dilanjutkan Danau Pauh pada 14 Juli, Danau Raman pada 30 Juni, Danau Sialang 23 Juni, Danau Kelik 7 Juli dan Danau Dusun September 2019, waktu tepatnya belum ditentukan untuk Danau Dusun.

“Danau-danau ini tidak boleh dibuka sebelum acara. Tidak boleh ada yang ambil ikan,” katanya.

Syafii mengatakan tradisi bekarang ini sebenarnya sudah lama sekali. Namun, biasanya tidak terkoordinir.

“Langsung-langsung gitu aja. Sekarang mau dihidupkan lagi. Sebab, sudah mulai banyak warga yang tidak mencari ikan,” tutur Kades Senaung ini.

Karena sudah banyak yang tidak mencari ikan, Syafii mengatakan kini tradisi ini dilakukan sekadarnya saja. Dia mengatakan festival ini tidak bekerjasama dengan pemerintah.

“Nanti akan kita hidupkan lagi. Warga desa saja, kalau sama pemerintah nanti campur-campur dan kita harus ikut jadwal yang di atas (pejabat),” jelasnya.

Diawali dengan Salawat, Tradisi Bekarang, Mencari Ikan dengan Tangkul, di Senaung Kembali Dihidupkan (Jaka Hendra Baittri/Tribun Jambi)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved