Kisah Militer
CUKUP 3 Menit Kopassus Lumpuhkan Pembajak DC-9, Jenderal Benny Telanjur Siapkan 17 Peti Mati
TRIBUNJAMBI.COM - Tidak butuh waktu lama bagi Kopassus untuk menumpas teroris yang membajak pesawat
TRIBUNJAMBI.COM - Tidak butuh waktu lama bagi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk menumpas teroris yang membajak pesawat Garuda di Bandara Thailand pada 1981 silam.
Meski memang banyak hal mencekam dalam drama 3 menit itu. Dari pramugari yang dianiaya hingga penumpang tidak bisa bergerak di tempat duduk.
Sampai-sampai pramugari Garuda Indonesia yang dianiaya, ditampar, ditendang dan diperlakukan tak menyenangkan saat melindungi penumpang Garuda Woyla yang disandera pembajak.
Para pramugari yang mencoba melindungi para penumpang ini harus menerima siksaan dari para pembajak.
Beruntung nasib mereka akhirnya diselamatkan oleh para prajurit Kopassus.
Baca: Siap-siap Materi SKD Tes CPNS 2019 Diprediksi Kian Sulit Dibanding 2018, Simak Kisi-kisi-Nya!
Pembebasan sandera penumpang pesawat DC 9 Woyla milik Garuda Indonesia yang dibajak oleh segerombolan teroris menjadi satu diantara operasi Kopassus yang menyita perhatian dunia.
Pesawat tujuan Jakarta-Medan yang membawa puluhan penumpang tersebut dibajak oleh para teroris.
Saat berada di bawah penyanderaan teroris, para penumpang merasakan penderitaan.
Pesawat DC 9 mlik Garuda Indonesia itu dibajak oleh lima teroris dari kelompok yang mengaku bernama Komando Jihad.
Awal mula peristiwa pembajakan itu pada Sabtu, 28 Maret 1981.
Pesawat yang membawa 48 penumpang tersebut berangkat dari Jakarta dengan tujuan Medan.
Sekitar pukul 09.00, pesawat transit di Palembang. Mengutip dari Harian Kompas yang terbit 1 April 1981, pesawat lepas landas setelah menunggu lima menit.
Baca: Diprediksi Seleksi CPNS 2019 Materi SKD Lebih Sulit Dibanding CPNS 2018 , Kenali Karakter Soalnya!
Awalnya tak ada yang ganjil, semua penumpang duduk pada tempatnya masing-masing.
Pramugari pun melakukan tugasnya untuk melayani kebutuhan penumpang.
Hari itu ada tiga orang pramugari yang betugas Retna Wiyana, Deliyanti, dan Lydia Pangestu.
Sama seperti biasanya mereka melakukan pekerjaan mereka tanpa ada rasa curiga bakal mengalami hal paling mengerikan dalam hidup mereka.
Kecurigaan sebenarnya telah terbersit oleh para Pramugari melihat gelagat aneh lima orang penumpang yang naik pesawat dari Palembang.
Tribunjambi.com melansir dari berbagai sumber, sebelum beraksi satu diantara pembajak sebelumnya meminta koran kepada pramugari yang bertugas.
Baca: Kedepankan Persatuan Indonesia
Pramugari pun memberikan koran yang disediakan bagi penumpang selama dalam perjalanan.
Ketika pramugari tengah membagikan makanan, beberapa penumpang bangun, berlari ke bagian depan kabin.
"Jangan bergerak! Jangan bergerak! Siapa yang bergerak akan saya tembak!"
Terlihat lima orang pria yang membawa senjata dan granat berlarian ke arah depan pesawat melancarkan aksinya membajak pesawat.
Nasib pramugari yang berada dalam pesawat waktu itu jadi sasaran para pembajak.
Satu diantara pramugari Retna yang ketakutan dan menunjukkan gelagat kalut membuat tak senang pembajak.
Pembajak pun menghampirinya dan menyepaknya.
Baca: Saling Memaafkan, Polda Jambi Lakukan Halal Bihalal Bersama Elemen Masyarakat
Melihat rekannya dikasari, Lydia membela rekannya tersebut, namun perlakuan dari teroris tak kalah kasar, Lydia dimarahi oleh pelaku pembajakan pesawat.
Selama proses pembajakan tak henti-hentinya teroris melakukan kekerasan terhadap penumpang, mereka juga mengancam meledakkan pesawat.
Sempat ketakutan dan panik ketiga pramugari ini akhirnya bisa menguasai keadaaan, bahkan Deliyanti mulai berani menyindir pelaku pembajakan.
Tiba kesempatan untuk melakukan perlawanan saat pistol pembajak digeletakkan sembarangan, namun hal tersebut urung dilakukan mengingat risiko tinggi yang mesti dihadapi jika gagal.
Baca: Pemerintah Akan Segera Umumkan Penerimaan CPNS 2019 dan P3K/PPPK, Simak Link Pendaftaran!
Bahkan para pramugari ini juga sempat merencanakan menggunakan obat tidur untuk membius para pelaku teror, namun rencana tersebut juga tak dilakukan.
Hingga akhirnya pasukan Kopasandha atau Kopassus datang menyelamatkan mereka.
Penderitaan yang Dirasakan Penumpang
Pembajak meminta pesawat Woyla diterbangkan ke Sri Lanka. Pilot Herman Rante menolak dengan alasan bahan bakar tak akan cukup bila harus melintasi bagian utara Samudera Hindia.
Maka pesawat Woyla dibelokkan rutenya menuju Penang, Malaysia, dan kemudian diarahkan ke Bangkok, Thailand.
Imran bin Muhammad Zein, pemimpin kelompok pembajak pesawat itu, meminta pemerintah Indonesia membebaskan 80 rekan mereka yang kala itu mendekam di penjara.
Baca: AJUN Perwira Dituding Incar Harta, Jennifer Jill Ungkap Fakta Mengejutkan Ini Soal Uang Suami
Rekan mereka dipenjara karena terlibat peristiwa penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki, Cicendo, Bandung.
Disebut juga, pembajak meminta uang tunai sebesar 1,5 juta dolar AS.
Mereka mengancam akan meledakkan pesawat bila tuntutan tersebut tak dikabulkan. Berhari-hari disandera membuat para penumpang merasa takut dan lelah.
Kala itu, korban sendera dicekoki ceramah yang isinya menjelekkan pemerintahan Soeharto. Para sandera tak boleh berkomentar mengenai ceramah tersebut.
Tangan penumpang harus diangkat ke atas dan kedua telapak tangan harus di bagian atas sandaran kursi.
Penumpang baru boleh menurunkan tangannya setelah pesawat Woyla tiba di Bangkok, Thailand.
Baca: Bantahan TKN Jokowi-Maruf Soal Tuduhan Jokowi Sumbang Rp 19,5 M Untuk Kampanye dan Kenaikan Gaji PNS
Pesawat tersebut mendarat di Bandara Don Mueng, Bangkok, Sabtu sekitar pukul 17.00.
Penderitaan yang dialami oleh penumpang pesawat belum berakhir. Bahkan, penderitaan yang dialami mereka semakin menjadi-jadi.
Mereka hanya diberi selembar roti tawar dan air putih. Para korban sandera itu terus diawasi secara ketat.
Saat menggunakan toilet, mereka tak boleh menutup pintu. Perlakuan tersebut berlaku juga bagi sandera perempuan.
Bahan bakar pesawat yang kian menipis semakin menambah penderitaan sandera.
Pendingin udara tak aktif karena mesin pesawat dimatikan.
Banyak penumpang yang lemas karena kekurangan oksigen.
Baca: Menikmati Suasana Gunung, Oknum Mahasiswi Hampir Diperkosa Pacar Pulang Langsung Lapor Orang Tua
Kopassus Mulai Bergerak
Pemerintah Thailand memberikan izin kepada pasukan Komando Pasukan Sandhi Yudha (Koppasandha, sekarang dikenal Kopassus) untuk melakukan tindakan.
Puncak pembajakan pesawat DC 9 Woyla terjadi pada 31 Maret 1981, di Bandara Mueang, Bangkok, Thailand.
Karena saat itulah dilaksanakan Operasi pembebasan.
Seperti dilansir dari buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap' ,Tempo, PT Gramedia, 2015
Kala itu, pasukan yang diterjunkan adalah pasukan Grup 1 Koppasandha.
Operasi tersebut di bawah komando Kepala Pusat Intelijen Strategis, Letjen Benny Moerdani.
Adapun Letkol Infanteri Sintong Panjaitan ditunjuk menjadi pemimpin operasi di lapangan.
Pada Selasa (31/3/1981) sekitar pukul 02.30 WIB, pasukan Kopassus mulai bergerak setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Thailand.
Baca: Yusril Santai Tanggapi Tuduhan Kenaikan Gaji PNS, Ajakan Nyoblos Pakai Baju Putih, Mudah Dipatahkan!
Saat penyerbuan, pasukan terbagi dalam lima tim.
Tiga tim bertugas menyerbu ke dalam pesawat, dua lainnya bersiaga di luar. Tim pertama dipimpin Kapten Untung Suroso yang akan masuk dari pintu darurat depan.
Tim kedua dipimpin Letnan Dua Rusman AT yang bertugas menyerbu dari pintu darurat atas sayap kiri pesawat.
Adapun pemimpin tim ketiga adalah calon perwira Ahmad Kirang yang masuk melalui pintu ekor pesawat.
Sekitar pukul 02.00, tim bergerak mendekati pesawat dengan menaiki mobil VW Komi.
Para pasukan Kopassus, termasuk Benny Moerdani berdesak-desakan dalam mobil itu.
lam buku Benny: Tragedi Seorang Loyalis.
Baca: VIDEO MESUM Berseragam SMK Viral di WhatsApp, Ternyata Berawal Dari Kecewa Cinta Diputus!
Berjarak sekitar 500 meter dari ekor pesawat, para pasukan pun mulai berjalan kaki.
Saat itulah Benny Moerdani menyusup ke barisan tim Ahmad Kirang.
Penampilannya berbeda dari yang lain. Benny Moerdani memakai jaket hitam dan menenteng pistol mitraliur.
Letkol Infanteri Sintong Panjaitan yang menjadi pemimpin operasi lapangan menjelaskan bahwa kehadiran Benny itu di luar skenario.
"Ini di luar skenario," ujarnya dalam buku 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.'
Namun pada akhirnya Sintong membiarkan Benny Moerdani untuk tetap dalam pasukan.
Setelah pesawat berhasil dikuasai pasukan Kopassus, Benny Moerdani lagi-lagi melakukan aksi tak terduga.
Benny Moerdani tiba-tiba masuk ke pesawat sambil menenteng pistol bersama Kolonel Teddy.
Benny Moerdani kemudian menuju kokpit dan menyuruh Teddy untuk memeriksa panel elektronik Woyla.
Setelah dinyatakan aman dari ancaman bom yang diaktifkan melalui sirkuit pesawat, Benny Moerdani lantas mengambil mikrofon.
Baca: Kenaikan Gaji PNS, TNI & Polri hingga Dana Bansos, 7 Kebijakan yang Dianggap Kecurangan Kubu Jokowi
"This is two zero six. Could I speak to Yoga, please?" kata Benny Moerdani.
Yoga Soegomo yang berada di ruang crisis center di menara bandara pun merespons.
"Operasi berhasil, sudah selesai semua," ujar Benny Moerdani melapor.
Operasi pembebasan itupun berjalan sukses.
Kopassus hanya butuh waktu tiga menit untuk menumpas para pembajak dan membebaskan para sandera. (Putra Dewangga Candra Seta)
Baca: Miliki Rekor Bagus di Catalunya, Valentino Rossi Nantikan MotoGP Catalunya 2019
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul SAAT Kopassus Datang 5 Pembajak di Pesawat Garuda Dilumpuhkan, Operasi 3 Menit yang Mencekam,