Kisah Militer RI

Pasukan Elite Laut AS Sampai Gentar Lihat Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL dengan Kekuatan Misterius

Pasukan Elite Laut AS Sampai Gentar Lihat Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL dengan Kekuatan Misterius

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Ilustrasi 

Pasukan Elite Laut AS Sampai Gentar Lihat Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL dengan Kekuatan Misterius

TRIBUNJAMBI.COM - Tentara setiap negara selalu melakukan latihan perang rutin untuk menjalin hubungan antar kekuatan militernya.

Latihan militer bersama, sering dilakukan oleh negara-negara dengan kekuatan militernya masing-masing.

Dalam berbagai atraksi di luar negeri pasukan khusus TNI AL Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) berhasil membuat gentar pasukan-pasukan khusus lainnya termasuk Navy Seal dari AS.

Para anggota Navy Seal yang secara rutin melakukan latihan bersama Denjaka selalu dibuat geleng-geleng kepala mengingat latihan Denjaka tergolong ekstrem dan berbahaya.

Misalnya saja para personel Denjaka biasa melakukan latihan menembak sasaran dalam jarak dekat dan saling berhadap-hadapan menggunakan peluru tajam, melakukan demo penerjunan dari udara untuk membebaskan teroris dengan cara terjun di atas atap gedung atau kapal kecil yang sedang melaju di tengah laut, dll.

Sebagai pasukan khusus yang dibentuk oleh TNI AL, para personel Denjaka memang merupakan orang-orang pilihan dan terbaik di satuannya.

Para personel Denjaka bahkan berasal dari personel terbaik yang semula sudah bertugas di satuan pasukan khusus TNI AL, yakni Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Intai Amfibi Marinir (Taifib).

Baca: VIDEO: Warga & Media Asing Kaget Lihat Latihan Neraka Kopassus yang Mengerikan, Diberondong Peluru

Baca: Ini Alasan Bupati Merangin Al Haris Pilih Lantik Pejabat per Dinas

Baca: Habiskan Anggaran Rp 3,5 Miliar, Keindahan Tugu Keris Siginjai Mulai Pudar

Baca: Menjelang, Tradisi Tua Saat Lebaran Idul Fitri di Bungo yang Masih Lestari

 

Latihan Militer Denjaka
Latihan Militer Denjaka (Tribunnews)

Eksistensi Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) sebagai satuan antiteror aspek laut TNI dimulai sejak diterbitkannya Surat Keputusan KSAL No.Skep/2848/XI/1982 tertanggal 4 November 1982.

Isinya berupa pembentukan Pasukan Khusus Angkatan Laut (Pasusla) yang bertugas menanggulangi bermacam bentuk ancaman keamanan yang terjadi pada aneka wahana transportasi laut sipil, kapal perang TNI AL, maupun instansi penting yang berada di tepi pantai atau di tengah laut.

Ancaman dapat berupa aksi klandestin, sabotase, penyanderaan, maupun pembajakan konvensional. Denjaka dipimpin perwira berpangkat letnan kolonel.

Di awal pembentukannya, pasusla beranggotakan 70 prajurit pilihan yang berasal dari Satuan Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalion Intai Amfibi Marinir (Yontaifib).

Baca: SINTONG Meradang Lihat Jenderal LB Moerdani Banting Baret Merah: Lalu Katakan Hal Ini kepada Benny

Baca: Kuasa Hukum BPN Minta Mahkamah Konstitusi Kabulkan Prabowo Jadi Presiden Seperti di Pemilu Kenya

Baca: Gadaikan Istri Demi Jaminan Hutang Rp 250 Juta, Pria di Lumajang Justru Salah Bunuh Orang!

Baca: Angka Kecelakaan di Muarojambi Menurun, Arus Balik Lebaran Terpantau Lancar

 

Pasukan Denjaka
Pasukan Denjaka (IST)

Pucuk kendali pembinaan menjadi tanggung jawab Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dengan koordinasi bersama Komandan Korps Marinir. Sementara wewenang penugasan ada di tangan KSAL.

Pasusla memperoleh legalisasi lewat surat keputusan Panglima ABRI tahun 1984.

Sejak itu Pasusla menjadi satuan antiteror yang pembinaannya khusus di bawah Komandan Korps Marinir.

Secara resmi nama “Detasemen Jala Mangkara” mulai dipakai sejak keluarnya Surat Keputusan KSAL No.Kep/42/VII/1997 tertanggal 31 Juli 1997.

Namun hingga kini justru tanggal 4 November yang ditetapkan sebagai hari jadi satuan elite yang bermarkas komando merangkap pusat pendidikannya berada di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan.

Fasilitas pendidikan Denjaka di Bhumi Marinir itu merupakan fasilitas latihan yang lengkap karena terdapat bangunan yang bisa mensimulasikan lautan, kapal perang, kapal selam, hutan belantara, rawa-rawa, bangunan untuk latihan perang antiteror dan lainya.

Baca: Daftar 10 Drakor Terpopuler Juni 2019, dari Arthdal Chronicles hingga Abyss, Wajib Buat Ditonton

Baca: Daftar Harga Motor Sport Juni 2019, Ada Honda CB, Yamaha Vixion, Motobi sampai Kawasaki, Cek di Sini

 

Denjaka
Denjaka (ist)

Pada dasarnya, materi pendidikan antiteror dan antisabotase yang diterima calon anggota Denjaka tak banyak beda dengan yang disuguhkan pada unit-unit antiteror lainnya di jajaran TNI.

Hanya saja ruang lingkup operasi lebih banyak berkutat di laut.

Selain metode pencapaian sasaran lewat teknik lintas udara (combat free fall) juga ditekankan penguasaan metode bawah air (combat diving) dan lintas atas air senyap.

Baik dengan berenang (combat swimming) maupun memakai perahu karet.

Hal ini wajar mengingat pada praktiknya satuan Denjaka sedang menggabungkan ketiga macam teknik perlintasan guna mencapai sasaran yang dituju.

Alhasil, satuan elit ini bakal mengadakan program latihannya di tempat yang bermatra lautan.

Baca: INILAH 9 Hakim MK yang Bakal Tangani Sengketa Pilpres 2019, Nomor 8 Pengamat Hukum Tata Negara

Misalnya kapal penumpang yang tengah berlayar, anjungan minyak lepas pantai, atau pulau terpencil di tengah laut.

Selain penguasaan ilmu bertempur, Denjaka juga dibekali ilmu kejiwaan dan analisa situasi khusus.

Sebelum melancarkan serangan, biasanya diajukan tim pendahulu yang bertindak sebagai negosiator dengan teroris.

Di samping agar tahu apa yang dituntut, dari negosiasi dapat juga diukur waktu yang cukup lama agar unit serbu sempat menyiapkan diri sebaik mungkin.

Tak hanya itu, para negosiator juga bertugas “membaca” kemampuan, kekuatan, tipu muslihat, sekaligus kelemahan teroris.

Bila upaya negosiasi berujung pada kebuntuan, unit serbu segera dikerahkan.

Terbagi dalam tiga tim, yakni tim atas air, bawah air dan lintas udara. Masing-masing tim beranggotakan selusin prajurit dengan spesialisasi beragam.

Baca: Pilgub Jambi, Cek Endra Masih Lakukan Survei: Kita Tak Mau Membabi Buta

Mulai dari penjinakan bahan peledak, medis, komunikasi elektronik dan teknologi informasi.

Ada banyak sandi yang dipakai dalam operasi Denjaka. Isyarat operasi bisa disandikan dengan “KILAT”, penundaan dengan “MENDUNG”, dilanjutkan dengan “CERAH”.

Waktu yang dibutuhkan oleh ketiga tim serbu Denjaka sejak masuk ke lokasi sasaran, menggelar serangan dadakan hingga evakuasi personel biasanya tak lebih dari 15 menit.

Layaknya satuan antiteror, tim serbu mengandalkan persenjataan yang cukup mumpuni dalam pertarungan jarak dekat.

Beragam pistol otomatis, granat asap, granat kejut hingga senapan mesin ringan, masuk dalam inventaris.

Misalnya, pistol otomatis SiG Sauer P-226/P-228 kaliber 9mm, pistol mitraliur Uzi kaliber 9mm, senapan otomatis MP5 dengan beragam variannya dan senapan tembak runduk SG-550 kaliber 5,56mm.

Baca: Dibongkar Irfansyah, Kivlan Zen Ternyata Jadi Pemberi Tugas Rencana Pembunuhan 4 Tokoh Nasional

Tim serbu juga memanfaatkan sejumlah peralatan pendukung. Daftarnya cukup standar: perahu karet bermotor, peralatan selam lengkap, peralatan para lengkap, komunikasi elektronik, senter kedap air, navigasi GPS serta pengendus malam NVG.

Tak hanya operasi antiteror dan antisabotase, Denjaka dapat pula dilibatkan dalam operasi rahasia “jenis lain” berdasarkan perintah langsung Panglima TNI. Hingga kini, keberadaan satuan ini terkesan dirahasiakan.

Bahkan penugasannya pun acap kali tak diakui ataupun tercatat resmi oleh Markas Besar TNI.(intisari-online/Agustinus Winardi)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved