Sejarah Indonesia
Kala Soeharto Menerima Surat yang Buatnya Gugup & Lengser dari Kursi Kepresidenan, Merasa Ditinggal
Kala Soeharto Menerima Surat yang Buatnya Gugup & Lengser dari Kursi Kepresidenan, Merasa Ditinggal
Apalagi, di antara 14 menteri bidang Ekuin yang menandatangani surat ketidaksediaan itu, ada orang-orang yang dianggap telah "diselamatkan" Soeharto.
Baca: JK Ungkap Pembicaraan Telepon Prabowo Subianto yang Minta Tak Ada Lagi Aksi Massa
Alinea pertama surat itu, secara implisit meminta agar Soeharto mundur dari jabatannya.
Perasaan ditinggalkan, terpukul, telah membuat Soeharto tidak mempunyai pilihan lain kecuali memutuskan untuk mundur.
Soeharto benar-benar tidak menduga akan menerima surat seperti itu.
Persoalannya, sehari sebelum surat itu tiba, ia masih berbicara dengan Ginandjar untuk menyusun Kabinet Reformasi.
Ginandjar masih memberikan usulan tentang menteri-menteri yang perlu diganti, sekaligus nama penggantinya.
Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di kediaman Jalan Cendana, malam itu, mengungkapkan, Soeharto pada malam itu terlihat gugup dan bimbang.
Baca: Cabai Merah Naik Menjadi Rp 50 Ribu, Ayam Potong, Telur, Update Harga Sembako di Bangko, Merangin
"Pak Harto gugup dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu. Suasana bimbang ini baru sirna setelah Habibie menyatakan diri siap menerima jabatan Presiden," ujarnya.
Probosutedjo menggambarkan suasana di kediaman Soeharto malam itu cukup tegang.
Perkembangan detik per detik selalu diikuti dan segera disampaikan ke Soeharto.
Dikatakan, "Saya berusaha memberikan informasi terkini, tentang tuntutan dan permintaan yang terjadi di DPR, informasi bahwa akan ada orang-orang yang bergerak ke Monas, serta perkembangan dari luar negeri," ujar Probosutedjo, seraya menambahkan bahwa pada saat itu semua anak-anak Soeharto berkumpul di Jalan Cendana.
Baca: Dipangku Reino Barack Sambil Tersenyum Manjah Syahrini Seperti Adegan Drama Korea! Awas Nyilu
Soeharto kemudian bertemu dengan tiga mantan Wakil Presiden; Umar Wirahadikusumah, Sudharmono, dan Try Sutrisno.
Soeharto memerintahkan ajudan untuk memanggil Yusril Ihza Mahendra, Mensesneg Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto pada pukul 23.00 WIB
Soeharto sudah berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Wapres BJ Habibie.
Wiranto sampai tiga kali bolak-balik Cendana-Kantor Menhankam untuk menyikapi keputusan Soeharto.
Wiranto perlu berbicara dengan para Kepala Staf Angkatan mengenai sikap yang akan diputuskan ABRI dalam menanggapi keputusan Soeharto untuk mundur.
Baca: Sholat Idul Fitri Sendirian atau Tidak Berjamaah? Apakah Dapat Pahala? Begini Penjelasannya
Setelah mencapai kesepakatan dengan Wiranto, Soeharto kemudian memanggil Habibie.
Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan Amien Rais. Dalam pertemuan itu, Yusril menyampaikan bahwa Soeharto bersedia mundur dari jabatannya, pukul 23.20 WIB.
Yusril juga menginformasikan bahwa pengumumannya akan dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB.