Pengakuan Janda Positif HIV AIDS, Akui Sering Berhubungan Intim Dengan Mantan dan Gonta-ganti Pacar

AD, seorang janda penderita HIV-AIDS (ODHA) akibat kebiasaan kerap berhubungan intim saat masih muda.

Editor:
Shutterstock
Ilustrasi 

Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987, angka pengidap penyakit itu mencapai 21.018 dengan temuan berkisar 100 hingga 120 kasus per bulan.

“Estimasi nasional dari Kemenkes RI dinyatakan bahwa populasi risiko tinggi di Bali mencapai 26.000 orang. Jika temuan riil kasus ini dibagi estimasi nasional, maka cakupannya sudah mencapai 81%," kata Wakil Gubernur (Wagub) Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace).

"Hal ini bisa diasumsikan bahwa minat masyarakat Bali untuk tes HIV sangatlah tinggi. Jika diuraikan lebih jauh, maka temuan kasus sekitar 2-4 orang per hari baik tes secara sukarela maupun tes wajib," imbuhnya.

Hal itu disampaikannya dalam acara Diskusi Publik Mengintensifkan Upaya Mendapatkan Hak Asasi bagi Pengidap HIV/AIDS (ODHA) dalam rangka Peringatan Malam Perenungan AIDS Nusantara (MRAN) di ruang rapat Praja Sabha, Denpasar, Kamis (23/5/2019).

Penglingsir Puri Ubud ini mengajak semua pihak bersinergi mengurangi bahkan menghentikan masalah HIV/AIDS ini.

“Mulai dari pemerintah, masyarakat, LSM hingga akademisi kita bahu-membahu agar pertumbuhan kasus bisa kita hentikan,” imbuhnya.

Mengenai upaya pemerintah merespons masalah tersebut, Cok Ace ingin memperbanyak pusat-pusat layanan tes gratis di berbagai daerah di Bali.

Demikian pula terapi HIV dengan obat Anti Retroviral (ARV) sudah disiapkan sebagai tindak lanjut pascates yang dilakukan.

Semakin cepat diketahui status HIV seseorang maka semakin cepat pula orang tersebut mendapatkan pengobatan ARV guna meningkatkan kualitas hidup mereka sebagaimana layaknya kondisi orang normal tanpa HIV.

Merujuk kembali pada data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Cok Ace menambahkan ternyata puncak kasus terjadi di tahun 2015 yaitu sebanyak 2.529 yang terus mengalami penurunan menjadi 2.174 di tahun 2018.

Hal itu sejalan dengan laporan dari Yayasan Kerti Praja yang menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan kasus sebesar 9,3% .

“Kita boleh berbangga bahwa kita sudah bekerja pada track yang benar dan ini merupakan prestasi yang patut saya hargai. Satu hal yang tidak boleh kita abaikan dalam penanggulangan AIDS ini adalah menciptakan lingkungan yang kondusif agar pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS dapat berjalan secara harmonis dan produktif,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Luh Putu Putri Suastini mengajak masyarakat untuk berhenti memberikan stigma negatif dan diskriminatif terhadap Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA).

Sebab, menurutnya, mereka juga mempunyai hak yang sama dengan masyarakat lainnya sebagai warga negara.

“Para ODHA bukanlah monster yang harus kita takuti, mereka hanya sakit karena kekebalan tubuh mereka hilang. Jadi bagaimana caranya agar masyarakat bisa membuka diri dengan mereka, dan mereka juga bisa terbuka mengatakan jika mereka sakit AIDS seperti penderita penyakit lainnya bisa bilang, saya lho kena kanker, dan lainnya,” jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved