Pilpres 2019
Keakraban Prabowo dan Luhut Sejak Tugas di Pasukan Siluman Satgultor 81 Kopassus, Atasan dan Bawahan
Bahkan keduanyalah yang menjadi pelopor dibentuknya Sat 81 satu diantara satuan paling elite yang dimiliki oleh TNI
Keakraban Prabowo dan Luhut Sejak Bertugas di Sat Gultor 81 Kopassus, Merupakan Atasan dan Bawahan
TRIBUNJAMBI.COM - Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto dikabarkan menelepon Luhut Binsar Pandjaitan satu diantara orang kepercayaan Jokowi.
Pasca pengumuman pemenang Pilpres 2019 politik Indonesia menghangat, kubu Prabowo menuding dicurangi dalam Pilpres kali ini.
Upaya rekonsiliasi mempertemukan Prabowo dan Jokowi belum juga terwujud meski Jokowi sebelumnya telah mengutus Luhut Binsar Pandjaitan.
Rabu kemarin dikabarkan Prabowo dan Luhut terlibat perbincangan melalui sambungan telepon.
Prabowo yang saat ini berada di luar negeri menelepon Luhut Pandjaitan.
Isi percakapan keduanya dibocorkan oleh Ruhut Sitompul.
Tahukah Anda jauh sebelum mereka berseteru di Pilpres, keduanya merupakan sahabat akrab?
Prabowo dan Luhut sama-sama dari Kopassus, waktu itu masih bernama Kopassandha.
Bahkan keduanyalah yang menjadi pelopor dibentuknya Sat 81 satu diantara satuan paling elite yang dimiliki oleh TNI.
Luhut merupakan komandan pertama Satgultor 81 Kopassus sedangkan Prabowo Subianto merupakan Wakil Komandan.
Luhut dan Prabowo oleh Benny Moerdani dikirimkan ke Jerman untuk mempelajari pasukan antiteror dan membentuk Satgultor 81 Kopassus.
Baca: Isi Percakapan Prabowo Dengan Luhut Dibocorkan Ruhut Sitompul, Tujuan ke Luar Negeri Terungkap!
Baca: BPN Ancam Laporkan Kelompok Aktivis 98, Tuduh Prabowo Dalang Kerusuhan 22 Mei
Baca: Siapa Dalang Percobaan Pembunuhan 4 Jendral? Moeldoko Sebut Pelaku Segera di-BAP
Berikut ini kisah persahabatan mereka, nama Kopassus sebagai pasukan elite kepunyaan Indonesia sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Namun bila menyebut Detasemen 81/Antiteror dari Kopassus sendiri, mengetahuinya kah?
Ya, sejarah pembentukan Detasemen 81/Antiteror, pasukan antiteror Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha/Kopassus) ternyata melalui banyak perjuangan yang berat.
Untuk membentuk pasukan elit itu, dua Perwira muda Kopassandha, yakni Mayor Luhut Panjaitan dan Kapten Prabowo Subianto, pada tahun 1982 dikirim ke Jerman Barat untuk menjalani pendidikan di satuan antiteror Grenzschutzsgruppe 9 (GSG-9).
Satuan GSG-9 sudah menorehkan banyak prestasi dalam operasi pembebasan sandera dan penanganan antiteror lainnya, meski sepak terjangnya sangat jarang diberitakan.
Tapi, untuk menjalani pendidikan di GSG-9 yang sangatlah berat dan biasanya siswa yang lulus hanya 20 persen saja.

Artinya 80 persen sisanya dipastikan gagal dalam pendidikan dan sama sekali tidak ada kompromi bagi mereka.
Pendidikan antiteror di GSG-9 berlangsung selama 22 minggu.
Dalam 13 minggu pertama, pelajarannya meliputi tugas-tugas pokok kepolisian, masalah hukum, kemampuan menggunakan berbagai jenis senjata dan seni beladiri karate.
Setelah 13 minggu, pelajaran yang diberikan berupa ketrampilan pasukan antiteror yang mahir bertempur di darat, laut, dan udara, serta tempat-tempat ekstrem lainnya.
Mayor Luhut dan Kapten Prabowo ternyata bisa lulus dari pendidikan GSG-9 dengan prestasi yang memuaskan.
Ketika Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategis, Letjen TNI LB Moerdani, saat itu membentuk pasukan Detasemen 81/Antiteror Kopassandha, Mayor Luhut diangkat sebagai Komandan dan Kapten Prabowo sebagai Wakil Komandan.

Nama Detasemen 81/Antiteror ternyata diciptakan sendiri oleh Mayor Luhut dan Kapten Prabowo sewaktu menghadap Panglima ABRI Jenderal TNI M Jusuf.
Alasannya adalah Detasemen Antiteror dibentuk tahun 1981, dan disetujui oleh Jenderal M Jusuf.
Tapi, Jenderal M Jusuf ternyata memiliki alasan sendiri yang unik.
Baca: Beri Uang Cash 15 Juta untuk Sayembara Ini, Nikita Mirzani Ajak 10 Netizen Makan di Rumah Mewahnya
Baca: Siapakah Muzakir Manaf? Pengusul Aceh Gelar Referendum, Ternyata Tak Sendiri, Dulu Panglima GAM
Baca: Pakar Berkaca-kaca Dengar Debat Arteria Dahlan dan Dahnil Anzar, Sayang Nggak Dengan Bangsa Ini?
Menurut Jenderal M Jusuf penamaan Detasemen 81/Antiteror sudah betul karena angka 81 jumlahnya 9.
‘Pesawat Hercules yang selalu saya gunakan mempunyai call sign A-1314. Jumlah angkanya juga 9. Angka paling bagus itu,’ ujar Jenderal M Jusuf seperti dikutip dalam buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009.
Dalam perkembangannya Detasemen 81/Antiteror Kopassandha kemudian berubah menjadi Sat Gultor 81/Kopassus, lalu berubah lagi menjadi Sat-81 Kopassus.

Cikal bakal pasukan antiteror Kopassus ini juga tidak bisa dilepaskan dari peran Letjen TNI Sintong Panjaitan yang pada tahun 1971 masih berpangkat Kapten Senior.
Pada tahun itu Sintong yang tergabung dalam kesatuan Grup 4/Sandiyudha RPKAD (Kopassus) dan menjabat sebagai Kasi 2/Operasi bertugas merencanakan operasi dan latihan pasukan.
Demi membentuk pasukan antiteror yang profesional, Sintong yang oleh Mabes ABRI (TNI) ditempatkan di Gabungan 1/Intelijen Hankam kemudian diberi kesempatan untuk mengunjungi sejumlah satuan antiteror kelas dunia seperti SAS Inggris, Korps Commando Troopen (KCT) Belanda, dan Grenzchutzgruppe 9 (GSG-9) Jerman.
Tapi di antara satuan-satuan antiteror kelas dunia itu yang mengesankan Sintong adalah GSG-9 Jerman karena telah memiliki banyak prestasi.

Pasukan antiteror Kopassus yang kemudian dibentuk secara ilmu dan kemampuan merupakan kombinasi dari pasukan antiteror SAS, KCT, dan GSG-9.
Namun ilmu antiteror yang paling banyak diserap oleh pasukan antiteror Kopassus adalah yang diambil dari GSG-9 Jerman.
Yang kemudian pada tahun 1982, Kopassandha mengirimkan dua perwira remajanya untuk berlatih di GSG-9, yakni Mayor Luhut Panjaitan dan Kapten Prabowo Subianto.
Kini keduanya diketahui masih bersahabat meski beda keyakinan politik, Luhut Binsar Pandjaitan saat ini merupakan satu diantara orang kepercayaan dari Presiden Jokowi.
(Sumber : Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009)