Pilpres 2019
Polri Sebut Potensi Terorisme, Masyarakat Diimbau Tak Ikut Demo 22 Mei 2019 Jelang Pengumuman
Maka dari itu, Mabes Polri imbau seluruh masyarakat tak ikut demo 22 Mei 2019. 68 pelaku terorisme selama 2019 mulai Januari sampai Mei ini, terungkap
Polri Sebut Potensi Terorisme, Masyarakat Diimbau Tak Ikut Demo 22 Mei 2019 Jelang Pengumuman Pemenang Pilpres
TRIBUNJAMBI.COM - Mabes Polri sebut demo 22 Mei 2019 berpotensi serangan teroris.
Maka dari itu, Mabes Polri imbau seluruh masyarakat tak ikut demo 22 Mei 2019.
Diketahui, demo 22 Mei 2019 potensi serangan terorisme diungkap Kadiv Humas Mabes Polri Irjen M Iqbal.
Dikatakannya aksi demonstrasi atau turun ke jalan untuk menyikapi hasil Pemilu 2019, pada 22 Mei mendatang, saat Komisi Pemilihan Umum atau KPU tetapkan hasil penghitungan suara.
Baca: Bisa Meramal Masa Depan Tapi Roy Kiyoshi Ditipu Asisten Pribadi Rp 300 Juta, Kok Bisa?
Baca: Nama Putri Hary Tanoesoedibjo, Angela Herliani Tanosoesoedibjo Disebut Bakal Jadi Menteri Jokowi
Baca: Sandiaga Uno Tanggapi Rencana Aksi Massa ke KPU 22 Mei: Kita Semua Ingin Semuanya Damai Tenteram
Dijelaskan Iqbal, dari penangkapan 68 pelaku terorisme selama 2019 mulai Januari sampai Mei ini, terungkap.
Bahwa teroris rencana lakukan serangan bom di aksi 22 Mei 2019 mendatang.
Sasaran mereka kata Iqbal adalah massa yang berdemo selain aparat yang berjaga.
Sebab kelompok teroris mereka ini tambah Iqbal memiliki aliran antidemokrasi atau berkeyakinan bahwa demokrasi adalah syirik akbar yang membatalkan keIslaman.
"Karenanya saya selaku Kepala Divisi Humas Polri atau sebagai juru bicara Polri, menyampaikan kepada masyarakat, agar pada tanggal 22 Mei kami imbau tidak turun berdemo," kata Iqbal di Mabes Polri, Jumat (17/5/2019).
Menurut Iqbal meski sudah berhasil menangkap 68 pelaku terorisme yang merupakan kelompok JAD Indonesia dan terafiliasi ISIS, selama 2019 ini, pihaknya tidak mau meremehkan keberadaan jaringan kelompok mereka.
Sebab katanya kemungkinan masih adanya anggota jaringan mereka yang lainnya dan siap beraksi, harus tetap diwaspadai.
"Kita tidak boleh underestimate, Polri akan terus bekerja. Kami tidak bisa meyakinkan, apakah kelompok teroris ini selesai sampai di sini, atau masih ada. Yang pasti Densus 88 akan terus bekerja, untuk menangkap jaringan mereka dan mencegah aksi terorisme terjadi,” papar Iqbal.
Baca: Berhubungan Intim Setelah Salat Tarawih, Waktu yang Tepat Untuk Mandi, Niat dan Cara Mandi Wajib
Baca: Tantang Sikap Prabowo, Petinggi Demokrat, PAN, dan PKS Tak Satu Suara Jelang Keputusan KPU 22 Mei
Menurut Iqbal pihaknya tidak ingin serangan bom kelompok teroris terjadi di kerumunan massa.
"Bayangkan, kalau yang demo ratusan orang saja akan berapa jatuh korban. Jadi agar tidak dimanfaatkan oleh kelompok teroris kami imbau masyarakat tak turun berdemo 22 Mei nanti," katanya.
Sebab dengan keyakinan antidemokrasi mereka akan menyerang semua massa termasuk aparat dengan menggunakan bom.
"Karenanya kami akan terus menyisir dan menangkap pelakunya untuk pencegahan," kata Iqbal.

68 Teroris Dibekuk
Sebanyak 68 pelaku tindak pidana terorisme berhasil ditangkap Detasement Khusus 88 Antiteror dari berbagai wilayah di Indonesia.
Delapan orang diantaranya tewas saat dilakukan penangkapan.
Dimana, satu orang meledakkan diri di Sibolga dan 7 lainya ditembak karena mengancam keselamatan petugas.
Selaku Kadiv Humas Mabes Polri Irjen M Iqbal menerangkan para pelaku terorisme ini berencana melakukan serangan bom.
Rencananya dilakukan saat ada kerumunan massa yang menggelar aksi demonstrasi terkait Pemilu pada 22 Mei mendatang.
"Mereka ini memanfaatkan momentum demokrasi untuk melakukan serangan atau amaliyah dengan bom di kerumuman massa saat 22 Mei mendatang.
Sasaran mereka adalah semua massa termasuk aparat dengan menggunakan bom," kata Iqbal di Mabes Polri, Jumat (17/5/2019).
Sebab kata Iqbal para pelaku yang merupakan anggota jaringan Jamaah Ansharut Daullah (JAD) dan terafiliasi ISIS ini, memiliki keyakinan bahwa demokrasi adalah syirik akbar yang membatalkan keislaman.
"Jadi mereka ini antidemokrasi, karena tidak sesuai dengan aliran atau keyakinan mereka," katanya.
Sehingga katanya momentum demokrasi pada 22 Mei saat aksi massa terjadi, para pelaku berencana melakukan serangan.
Iqbal merinci ke 68 tersangka teroris itu, ditangkap pada bulan Januari 4 orang, Februari 1 orang, Maret 20 orang, pada bulan April 14 orang dan pada bulan Mei 29 orang.
Dari tangan mereka kata Iqbal diamankan lima bom rakitan, bahan kimia bom senyawa TATP atau mother of satan, empat pistol dan dua busur panah.
"Sembilan tersangka yang kami tangkap bulan Mei diketahui merupakan anggota aktif JAD dan pernah mengikuti pelatihan paramiliter di dalam negeri dan berangkat ke Suriah"
Baca: Terlalu Asyik 4 Jam Berhubungan Intim Dengan Bos, Wanita Ini Tak Sadar Balita-nya Tewas di Mobil
Baca: SIAPA Saja Tokoh-tokoh di Kubu 02 Tak Sejalan Lagi dengan Prabowo Subianto Terkait Pilpres 2019
"Lalu ada dua orang lainnya yang juga kami tangkap Mei ini dan jaringan kelompok yang merupakan deportan dari Suriah. Kedua orang ini sempat hijrah ke Suriah dan belajar membuat bom di Camp Aleppo Suriah," kata Iqbal.
Dari data dan fakta ini katanya kelompok para pelaku terorisme ini benar-benar sudah merencanakan aksi pengeboman secara cermat.
Yakni, dengan memanfaatkan momentum demokrasi saat aksi massa 22 Mei datang.
"Tim Densus 88 masih dan akan terus melakukan pengembangan dan penyidikan untuk menangkap anggota jaringan mereka lainnya sebagai langkah preventif straight," kata Iqbal. (Warta Kota/BUM)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Demo 22 Mei 2019 Berpotensi Serangan Teroris, Begini Penjelasan Polisi,