Memberi Hakikatnya Menerima
“Saat memberi kita akan kehilangan sesuatu. Tapi disaat yang sama sesuatu yang lebih besar bersiap untuk mendatangi kita”
Oleh : Dr Bahrul Ulum MA
Dosen UIN STS Jambi/PWNU Prov. Jambi/Pengurus MUI
Prov. Jambi
“Saat memberi kita akan kehilangan sesuatu. Tapi disaat yang sama sesuatu yang lebih besar bersiap untuk mendatangi kita”
Satu di antara ibadah yang banyak dianjurkan oleh Allah SWT dan rasul-Nya adalah tolong menolong dalam berbuat kebaikan, baik dalam bentuk pertolongan materi maupun dalam bentuk lainnya. Selain itu merupakan anjuran agama, sikap saling tolong menolong adalah naluri dasar manusia yang tidak bisa hidup sendirian, tetapi cenderung hidup berkelompok.
Karena itulah tolong menolong adalah perbuatan yang tidak bisa dihindarkan. Secara tegas perintah menolong sesama dapat dilihat dari firman Allah SWT:
“Tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS Al-Maidah ayat 2).
Pada hadis Rasulullah SAW juga ditegaskan: “Allah pasti membantu dan menolong, selagi orang itu membantu dan menolong sesamanya” (HR. Muslim).
Dalam rumusan matematika, bila sesuatu dikeluarkan, maka akan ada yang berkurang, atau istilah arab, tajaffa, yang arti harfianya adalah mengering.
Sepuluh jika dikurangi tiga maka sisanya tujuh. Namun apakah ini berlaku untuk konsep memberi dalam Islam? Tentu dalam Islam tidak bisa dipersamakan. Dalam ajaran (doktrin) agama kita memberikan pertolongan kepada orang lain dalam bentuk perbuatan baik, maka si pemberi pertolongan akan mendapatkan kebaikan-kebaikan dari sumber yang tidak disangka.
Di sinilah hakikat memberi artinya menerima. Karena memberikan sesuatu pada orang lain pada hakikatnya adalah untuk mensucikan diri kita, sebagaimana kita mengeluarkan zakat terkandung makna untuk mensucikan harta yang kita miliki.
Mari kita perhatikan perbedaan air yang menggenang dan yang mengalir. Air yang menggenang dalam suatu wadah, maka lama kelamaan akan keruh, berbau dan menjadi sarang nyamuk yang bisa membawa penyakit. Sebaliknya, lihatlah air yang mengalir. Ia bukan saja lebih bersih, melainkan juga membersihkan kotoran-kotoran yang dilewatinya dan tidak berbau.
Bulan Ramadan ini adalah momentum yang tepat untuk memperbanyak sedekah atau apapun jenisnya bantuan itu. Hadis Nabi : “Sedekah yang paling utama itu adalah pada bulan Ramadan (HRTarmizi). (*)