ISU Ibu Tien Tertembak Dibantah Mantan Kapolri, 'Itu Rumor Sangat Kejam': Begini Kisah Sebenarnya
TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah hari ini, 23 tahun lalu tepatnya tanggal 28 April 1996, Indonesia berduka.
TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah hari ini, 23 tahun lalu tepatnya tanggal 28 April 1996, Indonesia berduka.
Ibu negara yang juga istri dari Presiden RI saat itu Soeharto , Ibu Tien meninggal dunia.
Pemilik nama lengkap Raden Ayu Siti Hartinah itu meninggal di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Ibu Tien dikabarkan terkena serangan jantung hingga dibawa ke rumah sakit tempat ia bisa memeriksakan kesehatannya.
Selama perjalanan dari kediaman Presiden menuju rumah sakit, dokter kepresidenan terus memberikan bantuan pernapasan dengan tabung oksigen.
Selain itu yang juga ikut dalam perjalanan ke rumah sakit adalah dua anak Suharto, yakni Bambang dan Sigit, serta ajudan presiden, Sutanto.
Setelah dokter RSPAD melakukan berbagai upaya pertolongan, Ibu Tien mengembuskan napas terakhirnya pada sekitar pukul 05.10 WIB
Banyak kabar yang berembus tentang sebab musabab meninggalnya Ibu Tien Soeharto.
Cerita yang beredar banyak menyebut Ibu tien meninggal karena terjangan peluru dari salah seorang anaknya.
Ketika itu Ibu Tien disebut berusaha melerai cekcok yang terjadi antara 2 anak kandungnya di kediaman keluarga di Cendana
Namun kabar tersebut dibantah oleh mantan Kapolri Jendral Polisi (Purn) sutanto yang sat itu masih menjabat sebagai ajudan Presiden Soeharto.
Seperti yang diceritakannya pada buku "Pak Harto, The Untold Stories".
Sutanto mengaku, saat itu dia menyaksikan Soeharto terus mendampingi sang Ibu Negara.
"Saya menyaksikan langsung bagaimana Pak Harto mengalami kesedihan yang amat mendalam," kata Sutanto dalam buku itu.
Menurutnya, bagaimanapun seseorang pasti akan sedih saat kehilangan pendamping hidupnya selama puluhan tahun.
"Ibu Tien telah banyak berkorban dan menemani Pak Harto dalam suka dan duka. Namun, dalam keadaan itu Pak Harto tetap nampak tegar, tenang, dan tabah,"ujar Sutanto.
Beberapa hari pasca peristiwa itu, Sutanto melanjutkan, beredar isu mengenai penyebab meninggalnya Ibu Tien.
Isu itu menyebutkan, Ibu Tien meninggal karena dua anak lelakinya, Tommy dan Bambang saling berebut proyek mobil nasional.
Keduanya pun terlibat baku tembak.
Satu di antara tembakan kemudian mengenai Ibu Tien.
"Itu adalah rumor dan cerita yang sangat kejam dan tidak benar sama sekali. Saya saksi hidup yang menyaksikan Ibu Tien terkena serangan jantung mendadak, membawanya ke mobil, dan terus menunggu di luar ruangan saat tim dokter RSPAD melakukan upaya medis.
Oleh karena itu, Sutanto pun berharap agar masyarakat tidak termakan rumor tersebut.
"Saya harap jangan sampai rumor tidak benar itu tetap dipercaya oleh sebagian orang yang hingga kini terus menganggapnya benar," ujar Sutanto.
Sutanto memang pernah menjadi ajudan Soeharto dari tahun 1995 hingga 1998.
Satu di antara kenangan yang masih diingat oleh Sutanto adalah saat dia menjadi saksi detik-detik wafatnya Ibu Tien Soeharto.
Seperti yang diceritakannya dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories".
Saat itu, dia baru saja menemani Soeharto memancing di Anyer, pada Jumat, 26 April 1996.
Ketika Soeharto sedang memancing, rupanya Tien sedang berada di sentra pembibitan buah Mekarsari.
Menurut Sutanto, saat itu Ibu Tien terlalu asyik, dan bergembira melihat sejumlah tanaman yang sedang berbuah di tempat itu.
Sehingga, dia pun kurang memerhatikan kesehatannya.
Padahal, sebenarnya Ibu Tien tidak boleh berjalan terlalu jauh dan lama.
Alasannya, Ibu Tien memang sedang mengidap penyakit gangguan jantung.
Saat Soeharto kembali ke rumah, dan bertemu sang istri pada sore harinya, menurut Sutanto, suasana berlangsung seperti biasanya.
Meski demikian, kala itu Tien tetap harus terus beristirahat karena kelelahan.
Namun, sesuatu tiba-tiba terjadi pada Minggu (28/4/1996) dini hari.
Tepatnya, sekitar pukul 04.00 WIB.
"Baru pada Minggu dini hari sebelum subuh, sekitar pukul 04.00, Ibu Tien mendapat serangan jantung mendadak," kata Sutanto, seperti dikutip dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories".
Saat itu, sang Ibu Negara terlihat sulit bernapas.
Oleh karena itu, Tien kemudian dibawa ke RSPAD Gatot Subroto.
"Saya melihat dokter Kepresidenan, Hari Sabardi, memberi bantuan awal pernapasan dengan tabung oksigen. Saya sendiri turut membawa Ibu Negara dari rumah ke mobil dan selanjutnya ke RSPAD. Saat itu, selain Pak Harto, Mas Tommy dan Mas Sigit ikut mendampingi," sambung Sutanto.
Sejumlah upaya medis untuk menyelamatkan Tien pun dilakukan oleh tim dokter, meski pada akhirnya Tien wafat.
"Sekitar pukul 05.10, Ibu Tien menghembuskan napas terakhir dan meninggalkan berbagai kenangan kepada seluruh rakyat Indonesia," kata Sutanto.
Kisah Cinta tak Terungkap antara Soeharto dan Ibu Tien
Presiden ke-2 RI, Muhammad Soeharto alias Pak Harto punya tampang yang lumayan, paling tidak untuk ukuran tentara saat itu.
Meski demikian, untuk urusan asmara, Pak Harto kurang jago.
Meansir dari Tribun Sumsel Sebagai letnan kolonel, Pak Harto mendapat kepercayaan mengepalai wilayah Yogyakarta dan bertanggung jawab atas 4 batalion tentara.
Sebelum itu, jauh sebelum masuk dunia militer, Pak Harto memang belum pernah sekalipun punya hubungan khusus dengan perempuan.
Ada beberapa temannya bilang, ia terlalu pendiam dan pemalu, sementara sebagian lain menyebut ia terlalu sibuk memikirkan masa depannya dan keluarganya.
Asal tahu, ia juga harus menanggung nasib adik-adik tirinya.
Saat masih tinggal di Yogya, kehidupan ekonomi Pak Harto mulai membaik, seiring kariernya pada militer yang kian moncer.
Alhasil, Pak Harto pun punya rumah sendiri, lengkap dengan fasilitas termasuk mobil dinas.
Di rumah ini, Pak Harto tinggal bersama adik tirinya, Probosutedjo, serta beberapa pengawal, ajudan, dan pembantu rumah tangga.
Belum ada istri di sana, sementara usia Pak Harto saat itu sudah 26 tahun.
Tak mau anaknya dibilang bujang lapuk, orangtua angkat Pak Harto berkunjung ke Yogya.
Mereka membawa satu misi: menjodohkan Pak Harto dengan putri seorang wedana yang bekerja di Keraton Mangkunegaran, Solo.
Pak Harto pun manut aja.
Ia percaya, apa yang dipilih orangtua angkatnya adalah yang terbaik.
Meski demikian, ia masih saja ragu, sebab ada darah biru dalam diri perempuan yang mau dijodohkan itu.
Sementara dirinya, orang biasa.
Pak Harto ragu, justru pihak perempuan itu tak mau menerimanya.
Siti Hartinah, nama perempuan itu.
Saat pertama kali bertemu, putri RM Tumenggung Soemoharjomo ini ternyata baru sembuh dari sakit yang cukup parah.
Tapi justru kondisi habis sakit inilah yang disebut membuat Pak Harto langsung kepincut.
Acara lamaran dan pernikahan secepat kilat digelar.
Tanggal 26 Desember 1947, Siti Hartinah resmi jadi nyonya Soeharto, dan resmi mendapat panggilan Ibu Tien Soeharto.
Tiga hari setelah pernikahan, Tien diboyong ke Yogya.
Mereka hidup rukun hingga maut memisahkan, dan memiliki enam orang anak: Tutut, Sigit, Bambang, Titiek, Tommy, serta Mamiek.
Sebelum meninggal, Bu Tien sempet buka-bukaan kepada anak tertuanya.
Sambil tertawa-tertawa ia bilang, "Ibu dulu menipu bapakmu Iho! Enggak bilang jika habis sakit, jadinya ia pikir seperti itulah muka dan bentuk tubuh ibu aslinya. Eh, enggak taunya setelah nikah."(*)
Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul SEJARAH HARI INI Ibu Tien Soeharto Meninggal Dunia, Benarkah Penyebab Kematiannya Karena Tertembak?,