SOSOK Ini Tegaskan, Seluruh Pasukan Sudah Diserahkan ke Pangkostrad Sebelum Matahari Terbenam

TRIBUNJAMBI.COM - Dalam sejarahnya, BJ Habibie membuat keputusan besar dengan mencopot Letjen Prabowo

Editor: ridwan
Kolase/Ist
BJ Habibie dan Prabowo Subianto 

Setelah itu, Habibie menyanggah. Dia menyebut bahwa mengamankan presiden bukan tugas Pangkostrad, melainkan Pasukan Pengamanan Presiden.

Lagipula, gerakan Pangkostrad dilakukan tanpa sepengetahuan Panglima ABRI. "Presiden apa Anda? Anda naif!" jawab Prabowo saat itu.

"Masa bodoh, saya Presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yang memprihatinkan," balas Habibie.

Baca: SETELAH 4 Jam Berhubungan Intim sama Bosnya, Ibu Muda Ini Histeris Balitanya Terjebak dalam Mobil

Melihat respons Habibie yang tetap keras, Prabowo kemudian meminta tetap diizinkan memegang Kostrad.

"Atas nama ayah saya Profesor Soemitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya Presiden Soeharto, saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk tetap menguasai pasukan Kostrad," ujar Prabowo.

Soemitro dan Soeharto memang dua nama yang selama ini dihormati oleh Habibie. Namun, Habibie tetap menolak.

"Berikan saya tiga minggu atau tiga hari saja untuk masih dapat menguasai pasukan saya," ucap Prabowo. Habibie tetap menolak.

Baca: Amien Rais Tantang SBY? Andi Arief Beri Peringatan, Tak Usah Sok Jago

"Tidak! Sebelum matahari terbenam semua pasukan sudah harus diserahkan kepada Pangkostrad baru! Saya bersedia mengangkat Anda menjadi duta besar di mana saja," ujar Habibie.

Prabowo menolak tawaran duta besar. "Yang saya kehendaki adalah pasukan saya." "Ini tidak mungkin, Prabowo," ujar Habibie. Tak lama kemudian, penasihat militer presiden, Letjen Sintong Panjaitan, masuk ke ruangan.

Sintong meminta Prabowo untuk meninggalkan ruangan, sebab Habibie masih memiliki agenda lain, yaitu bertemu Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri.

Baca: Mengapa Paus Fransiskus Mau Mencium Kaki 12 Orang Narapidana? Ini Alasannya

Sebelum pergi, Prabowo minta agar Presiden Habibie bersedia menjadi perantara agar dia dapat berbicara dengan Pangab Wiranto.

Habibie kemudian meminta ajudan, namun Wiranto tak dapat dihubungi. Untuk kedua kalinya, pintu dibuka.

Sintong pun meminta Prabowo meninggalkan ruangan. Tak lama kemudian, Prabowo pun pergi.

"Saya masih sempat memeluk Prabowo dan menyampaikan salam hormat saya untuk ayah kandung dan ayah mertua Prabowo," tulis Habibie.

Baca: HASIL Sementara Real Count KPU di 35 Wilayah, 01 Panen Besar di Jateng, 02 di Aceh dan Sumbar

Tanggapan Prabowo Dalam wawancara kepada Majalah Panji pada 27 Oktober 1999, Prabowo mengungkap alasannya bertemu Habibie.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved