DETIK-Detik Baku Tembak Kopassus Saat Buru Presiden Fretilin, Prajurit Lokal Tembak Mati Target

TRIBUNJAMBI.COM - Sejumlah prajurit Kopassus sempat mengalami baku tembak sengit hingga pertempuran

Editor: ridwan
Kopassus memburu Fretilin 

TRIBUNJAMBI.COM - Sejumlah prajurit Kopassus sempat mengalami baku tembak sengit hingga pertempuran jarak dekat saat memburu presiden Fretilin, Nicolao Lobato.

Dilansir dari buku 'Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit' karya Atmadji Sumarkidjo, tim Kopassus pimpinan Prabowo Subianto itu dikerahkan untuk membantu pasukan gabungan yang dinamai Batalyon Parikesit.

Selain Kopassus, pasukan gabungan Yon Parikesit juga berisikan prajurit dari kesatuan elit lainnya seperti Marinir dan Kopasgat (Paskhas).

Tugas mereka cuma satu : eliminasi Lobato!

Baca: MotoGP Amerika 2019 Malam Ini, Berikut Cara Live Streaming Nonton di HP DIni Hari Langsung Trans7

"Tangkap Nicolao Lobato, hidup atau mati!" tegas panglima kepada Kolonel Dading Kalbuadi selaku komandan operasi Seroja.

Konsep perburuan Yon Parikesit menggunakan taktik Mobile Udara (Mobud) dimana pasukan akan diterjunkan menggunakan helikopter melalui tali (fast ropping) di titik pendaratan.

Debut pertempuran Yon Parikesit terjadi di wilayah Laklobar dan Soibada.

Di sana tim berhadapan dengan pasukan pengawal Lobato.

Baca: Cara Mudah Membaca Pesan WhatsApp yang Telah Dihapus Pengirim, Penasaran Dia Nulis Apa Sih?

Pasukan Kopassus Nanggala-28 pimpinan Kapten Prabowo Subianto diterjunkan bersamaan dengan Kompi Yonif Linud 700 Kodam XIV, satu kompi Yonif Linud 401 Banteng Raiders dan Batalyon 744 Somodok pimpinan Mayor Yunus Yosfiah.

30 Desember 1978, Kapten Prabowo melapor pada Mayor Yusuf Yosfiah jika anggotanya ada yang memergoki pergerakan sejumlah besar pasukan Fretilin ke arah Selatan.

Hal ini dinilai janggal karena Fretilin amat jarang mengerahkan pasukan besar yang bergerak bersama-sama, dugaan kuat pasti Lobato ada ditengah-tengah mereka.

Baca: Kaesang Pangarep Beberkan Ranking Jokowi dalam eSport Game DOTA 2, Begini Katanya

Laporan ini lantas diteruskan kepada Kolonel Sahala Radjagukguk yang berada di lapangan untuk memperketat pengepungan kepada pasukan Lobato.

Kapten Prabowo juga diberi tugas mengkoordinasikan pengepungan dengan seluruh kekuatan yang ada.

Nanggala-28 pimpinan Prabowo Subianto kemudian meluncur ke lokasi pengepungan dan langsung menghujani Lobato dan pasukannya dengan timah panas.

Adu tembak silih berganti antar kedua belah pihak, sengit, semerbak bau mesiu dimana-mana.

Baca: Server Indomaret Diretas, Rp 2,5 Miliar Voucher Game Online Dibobol Mantan Karyawan, Ini Modusnya

Sejumlah pengawal Lobato tewas, namun presiden Fretilin itu tak mau menyerah.

Ia mencoba melarikan diri bersama sisa pengawalnnya.

Namun pelariannya berhasil dicegat oleh Yon 744 Somodok pada 31 Desember 1978.

Pertempuran jarak dekat terjadi antara Yon 744 Somodok dan pasukan Lobato.

Baca: Tuang Petalite Pakai Baskom, Menantu Bakar Mertua Hidup-hidup, Korban:Dia Bakar Saya,Penjarakan Dia!

Dikutip dari buku 'Timor Timur The Untold Story' karya Kiki Syahnakri, pelarian Lobato berakhir setelah ia ditembak oleh Sertu Jacobus Maradebo, seorang prajurit ABRI asli Timor Timur tepat di dadanya.

Usai dipastikan tewas, Panglima TNI M Jusuf melapor ke Presiden Soeharto jika pentolan utama Nicolao Lobato berhasil dieliminasi.

Belasan Prajurit Kopassus Gugur Saat Kuasai Kota Dili

Detik-detik Kopassus kehilangan belasan prajuritnya terjadi saat TNI menggelar operasi lintas udara terbesar untuk menguasai Kota Dili, Timor Portugal pada 7 Desember 1975

Baca: Wabup Amir Sakib Lepas Distribusi Logistik Pemilu 2019 Hati Hati Jangan Sampai Ada yang Tertinggal

Operasi terbesar ini menorehkan pengalaman tersendiri di benak para prajurit Kopassus yang ikut bertugas saat itu

Operasi tersebut menerjunkan hampir 270 orang Prajurit Para Komando dari Grup I Kopasandha (kini Kopassus) dan 285 prajurit Yonif 501.

Seperti dilansir dari buku 'Hari "H": 7 Desember 1975, Reuni 40 Tahun Operasi Lintas Udara di Dili, Timor Portugis' yang disunting Atmadji Sumarkidjo dan diterbikan penerbit Kata.

Baca: Selingkuhan Lagi Terbaring,Istri Pergoki Suami Berhubungan Intim dengan Tetangga di Belakang Sekolah

Banyak kelemahan dari operasi penyerbuan itu, seperti salah satunya data intelijen yang menyesatkan.

Data intelijen menyebutkan bahwa musuh yang menjaga Kota Dili hanya sekelas dengan Hansip dan itu merupakan kesalahan yang fatal.

Cukup banyak korban jiwa yang gugur dalam misi tersebut, seperti Kopassus yang kehilangan 19 prajurit dan dari Yonif 501 gugur 35 orang.

Pasukan Grup I Kopasandha bertugas sekitar empat bulan di Timor Timur.

Mereka diterjunkan mulai 7 Desember 1975 hingga 31 Maret 1976.

Pasukan inilah yang melewati masa-masa terberat di awal Operasi Seroja.

Hampir tidak ada hari tanpa penyergapan dan aksi baku tembak

Baca: Datangi Hotman Paris, Cewek Ini Mengaku Diajak Hubungan Intim di Mobil Oknum Jaksa Lalu Dicampakkan

Akhirnya, mereka pun ditarik pulang ke Home Base di Cijantung dengan menumpang kapal KM Tolanda.

Sesampainya di Tanjung Priok, puluhan truk sudah menunggu untuk membawa mereka pulang ke Cijantung yang berada di Jakarta Timur.

Kapten Bambang Mulyanto mengingat perjalanan itu terasa sangat lama.

Para prajurit sudah tak sabar lagi untuk bertemu dengan keluarga yang sudah ditinggalkan empat bulan lamanya.

Kapten Bambang menceritakan, saat tiba di asrama Kopasandha, Cijantung, terlihat ibu-ibu, anak-anak, dan masyarakat berdiri berbaris di sepanjang jalan.

Baca: Gara-gara Belahan Bajunya, Gisella Anastasi Disebut Janda Puber, Pengakuan Gading Marten Soal Cewek

Mereka melambai-lambaikan tangannya menyambut para pahlawan yang telah kembali dari medan perang.

Pada saat truk berhenti, berhamburanlah mereka mencari suami, ayah, keluarga atau teman mereka.

"Ada satu hal yang membuat saya menitikkan air mata ketika menyaksikan putra almarhum Koptu Samaun berlari kian kemari mencari ayahnya yang sudah gugur dan dikebumikan di Timor Timur," kenang Kapten Bambang sedih.

Rupanya sang ibu tak berani menceritakan pada anaknya bahwa sang ayah sudah gugur.

Karena itulah bocah malang itu masih berlari-lari ingin mencari ayahnya yang telah meninggal

Baca: Pesan ke Muncikari, Oknum Anggota TNI Ajak Hubungan Intim Dua Siswi SMP di Rumah Kosong

Kopral Satu Samaun gugur pada tanggal 7 Desember 1975 di tengah pertempuran merebut Kota Dili.

Dia mendapat kenaikan pangkat anumerta menjadi sersan dua

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Baku Tembak Sengit Kopassus Saat Buru Presiden Fretilin, Prajurit ini yang Sukses Tembak Mati Target,

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved