Kisah Misteri Kopassus Tersesat di Hutan Papua Lakukan Evakuasi hingga Penyamaran Elite Militer
Banyak kisah menarik dan misteri yang diceritakan oleh prajurit TNI dalam bertugas. Ini kisah perjuangan seorang prajurit di medan Papua.
Dari sepuluh prajurit, satu persatu berhasil menyebrangi sungai tersebut. Saat prajurit keenam ingin menyebrang, lucunya prajurit ini tidak bisa berenang.
“Kebetulan saya jago berenang, jadi ketika saya lihat prajurit itu masuk ke dalam pusaran air di tikungan sungai, saya juga ikut masuk menyelam. Akhirnya ia terbuang dan terus saya ikuti. Sampai suatu titik sungai itu hilang jadi air terjun. Ya saya minggir,” kata Selvanus.
Sampai akhirnya dia menepi. Tinggallah Selvanus sendiran di hutan Papua yang berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, pakai baju basah tanpa bekal.

“Lima orang sudah menyeberang, tiga orang belum menyeberang dan saya hanyut bersama si Kopral. Ini adalah satu-satunya motivasi saya untuk bertahan dan mencari si Kopral, karena anak buah saya yang di sungai pasti bisa saling menolong,” ujar Pak Selvanus.
Besoknya, walau tidak makan sehariaan Selvanus masih optimis anak buahnya tersangkut dan selamat.
“Di sinilah mungkin saya terlalu asyik mencari sehingga ketika mau balik, saya sudah tidak bisa kembali lagi. Di kepala saya, saya harus mencari arah ke Timika untuk lapor ke Komandan dan melanjutkan mencari anak buah yang hilang. Tidak terasa sudah masuk hari keempat. Sepatu saya sudah hilang karena hanyut ketika dibuka waktu tidur. Hari keenam saya sudah di ambang sadar,” cerita Selvanus.
Selvanus tidak bisa lagi menceritakan secara detail apa yang terjadi selama menghilang di hutan.
Baca: BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami di Banggai Laut, Sulteng hingga Terjadinya 20 Kali Gempa Susulan
Yang diingat, dia berusaha bertahan hanya makan akar tanaman, pucuk pinang atau daun-daunan yang tidak beracun.
“Hari keenam itu saya sudah melihat alam lain. Saya mulai ngobrol dan komunikasi. Mungkin halusinasi kerena saya mendengar suara kampung, suara masjid, suara orang nyanyi-nyanyi di gereja,” tuturnya.
Di hari keenam itu, yang diingat Selvanus hanya ketika waktu bangun tidur jam dua belas siang dan ketika bangun tidur, sisanya tidak diingat lagi.
Anehnya, dia masih bisa terus berjalan sampai hari kesebelas dan menyeberangi sungai dengan lebar 200 meter sebelum tiba di Timika.
Menurut Wakil Komandan Satgasnya yang waktu itu berada di Jayapura, Selvanus tiba di Timika hanya tinggal tulang berbalut kulit, mata yang terus berputar liar seperti penari kecak dan telapak kaki bengkak penuh dengan potongan (bukan dari atau serpihan tapi potongan) kayu.
Empat orang dokter dari Freeport turun untuk memeriksanya dan dia dinyatakan sehat, bebas mulai dari cacing tambang sampai malaria.
“Setelah dinyatakan sembuh saya diundang datang ke Jayapura untuk makan-makan dengan Danjen, Pangdam dan staf-stafnya. Anehnya, makanan satu meja itu semua habis saya makan sendiri!” cerita Selvanus dengan tertawa mengingat kejadian itu.
Selvanus melanjutkan menceritakan selama hidup di hutan dia tidak sendiri melainkan, ada yang menemani namun makhluk yang hidup di dunia lain.