MANTAN Wapres Try Sutrisno Pernah Dimarahi Pejabat Daerah, Gegara Blusukan Rahasia Pak Harto

TRIBUNJAMBI.COM- Kesederhanaan kehidupan Soeharto setelah lengser, menurut ajudannya Maliki, juga terlihat

Editor: ridwan
(KOMPAS.com/Kristian Erdianto)
Wakil Presiden keenam RI Try Sutrisno saat ditemui di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (2/6/2017). 

TRIBUNJAMBI.COM- Kesederhanaan kehidupan Soeharto setelah lengser, menurut ajudannya Maliki, juga terlihat dari cara berpakaian.

Sewaktu pertama kali menjadi pengawal khusus Soeharto, Maliki berpikir bahwa ia harus punya baju bagus untuk mendampingi Soeharto, paling tidak batik berbahan sutra.

Pada hari pertama bertugas, Maliki mengenakan pakaian terbaiknya untuk mendampingi Soeharto keluar rumah.

Namun, pakaian yang dikenakan Soeharto sama sekali berbeda dengan bayangannya.

Soeharto hanya mengenakan baju batik sederhana, yang biasa dia pakai sehari-hari di rumah.

Baca: Link Nonton Gratis Anime One Punch Man Season 2 Episode 1, Animasinya Lebih Bagus atau Lebih Buruk?

"Diam-diam, saya langsung balik ke kamar ajudan untuk mengganti batik sutra yang saya kenakan, dengan batik yang sederhana pula," kata Maliki Mift.

Perjalanan Rahasia

Kesederhanaan kehidupan Soeharto setelah lengser yang disampaikan Maliki, sebenarnya juga terlihat saat ia masih menjabat sebagai presiden.

Kala itu, Soeharto tengah melakukan blusukan, untuk memantau jalannya program pemerintah.

Baca: PMKRI dan Kapolda Bengkulu Ajak Milenial Ambil Bagian dalam Pemilu 2019, Jangan Golput

Hanya saja, cara blusukan sosok yang kerap disapa Pak Harto itu dilakukan dengan sangat rahasia.

Saking rahasianya, Panglima ABRI sekali pun tidak tahu.

Dilansir Intisari, Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno menceritakan pengalaman blusukan Soeharto.

Saat itu tahun 1974, Try Sutrisno masih menjadi ajudan Soeharto.

Suatu ketika, Soeharto tiba-tiba meminta Try untuk secepatnya menyiapkan mobil dan pengamanan seperlunya.

Baca: LIVE Streaming Manchester United vs Barcelona Nonton di HP Babak Perempat Final Liga Champions

"Siapkan kendaraan, sangat terbatas. Alat radio dan pengamanan seperlunya saja, dan tidak perlu memberitahu siapa pun," perintah Soeharto, sebagaimana tercantum dalam buku Soeharto: The Untold Story.

Blusukan rahasia itu berlangsung selama dua pekan.

Orang yang turut serta dalam blusukan itu hanya Try, Komandan Paspampres Kolonel Munawar, komandan pengawal, satu ajudan, dokter Mardjono, dan mekanik Biyanto yang mengurus kendaraan.

Di luar rombongan itu, hanya Ketua G-I/S Intel Hankam Mayjen TNI Benny Moerdani yang mengetahuinya.

Baca: Selewengkan Setoran Dana Pelanggan PDAM Rp 429 Jutaan, Terdakwa Divonis 2 tahun 10 Bulan

Panglima ABRI ketika itu bahkan tidak tahu bahwa presiden sedang berkeliling dengan pengamanan seadanya ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Saat itu, Indonesia memasuki tahap Pelita II.

Soeharto merasa harus turun langsung memantau pelaksanaan program-program pemerintah.

Dengan melakukan perjalanan rahasia, Soeharto bisa melihat kondisi desa apa adanya, dan mendapat masukan langsung dari masyarakat.

Baca: Keganasan Buaya Muara, di Teluk Dawan, Tanjab Timur, 10 Tahun Terakhir Sudah Makan 5 Korban

"Kami tidak pernah makan di restoran, menginap di rumah kepala desa atau rumah-rumah penduduk. Untuk urusan logistik, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien membekali sambal teri dan kering tempe. Benar-benar prihatin saat itu," tutur Try.

Meski perjalanan itu berusaha ditutup rapat, kedatangan presiden ke suatu desa akhirnya bocor ke telinga pejabat setempat.

Para pejabat daerah pun geger dan memarahi Try Sutrisno karena merasa tidak diberi kesempatan untuk menyambut presiden.

Try tidak bisa berbuat banyak karena perjalanan itu adalah kemauan Soeharto.

Baca: Jadwal Salat Kamis 11 April 2019, Jambi, Jakarta, Surabaya dan Kota Besar Lainnya

Try yang kemudian menjadi Wakil Presiden pun melihat Soeharto begitu menikmati perjalanan keluar masuk desa.

Semua hal yang ditemui di lapangan dicatat sosok itu, untuk jadi bahan dalam rapat kabinet.

Sangking menikmatinya perjalanan itu, Soeharto tidak protes ataupun marah saat ajudannya salah mengambil jalan, hingga akhirnya tersasar.

Padahal, Soeharto mengetahui betul seluk beluk wilayah itu.

Baca: Polda Jambi Kerahkan 400 Personel, Lakukan Patroli Pengamanan Pemilu di Objek VItal

Dalam ingatan Try, Soeharto ketika itu hanya tersenyum.

Perjalanan rahasia itu pun berakhir di Istana Cipanas, dengan kondisi rombongan yang kelelahan.

Try mengungkapkan, Soeharto mempersilakan para pembantunya untuk makan terlebih dulu daripada dirinya.

Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) Soeharto, Maliki Mift, menyimpan kenangan berarti selama mendampingi presiden RI ke-2 Soeharto setelah lengser.

Kala itu Maliki ditugaskan menjadi pengawal khusus Soeharto.

Baca: BELUM Pernah Latihan Terjun Payung, Danjen Kopassus Ini Nekat Lompat saat Operasi Udara Tumpas PRRI

Kisah ini Maliki tulis melalui buku berjudul 'Soeharto: The Untold Stories (2011)'.

Maliki heran Soeharto selalu mendapat pandangan miring selama memimpin Indonesia.

Tapi apa yang ditemui -dengan mata kepalanya sendiri- tentang sosok Soeharto justru berbeda.

Maliki malah terkesan dengan kesederhanaan Soeharto.

Baca: Ada Gangguan di PLN, Warga Mendalo 2 Hari Tak Nikmati Air PAM

Salah satunya adalah soal pengawalan.

Setelah lengser, Soeharto sangat anti dikawal. Padahal mantan presiden masih memiliki hak pengawalan dari polisi.

"Tetapi, begitu satgas polisi datang dan mengawal di depan mobil kami, Pak Harto mengatakan, 'Saya tidak usah dikawal. Saya sekarang masyarakat biasa. Jadi, kasih tahu polisinya'," tulis Maliki.

Mendengar permintaan itu Maliki mencoba memahami tapi ia tetap merasa pengawalan sangat penting.

Baca: Keperawanan Siswi SMA Hilang Gara-gara Mahasiswa Sering Nyelinap Lewat Jendela, Orangtua Kaget

Ia pun memutar otak, mencari cara agar Soeharto tetap dikawal tanpa terlihat.

Akhirnya Maliki memerintahkan polisi mengawal di belakang mobil Soeharto, bukan di depan untuk membukakan jalan.

Namun akal-akalan Maliki diketahui Soeharto.

"Namun, tetap saja Pak Harto mengetahui siasat itu. Beliau pun bertanya, 'Itu polisi kenapa ikut di belakang? Tidak usah'," kata Maliki menirukan Soeharto.

Baca: Daud Raffles Terpancing Ejekan di WhatsApp, Bikin Video yang Picu Dugaan Penistaaan Agama

Hari berikutnya Maliki memiliki ide.

Ia tetap mengawal Soeharto tapi lewat radio.

Maliki memerintahkan skuadnya ketika mobil Soeharto melewati lampu lalu lintas, petugas harus memastikan lampu hijau menyala.

Bagaimana pun caranya ketika mobil Soeharto lewat dan lampu merah harus berubah menjadi hijau.

Akhirnya, Soeharto berangkat tanpa pengawalan polisi.

Baca: Kapok Lihat Orang Pacaran dan Ciuman Saat Nonton Bioskop. Remaja Ini Main Aman Borong 5 Tiket

Setiap kali melewati persimpangan lampu lalu lintas benar saja lampu hijau terus menyala.

Ternyata, sang mantan presiden mengendus kejanggalan ini.

Lagi-lagi, Soeharto mempertanyakan mengapa hal demikian bisa terjadi.

Soeharto lalu menegur Maliki.

"Sudah, saya rakyat biasa. Kalau lampu merah, ya, biar merah saja," ujar Pak Harto sebagaimana ditulis Maliki.

Baca: AMBISINYA Bercinta dengan Banyak Pria, Total Hadiah Didapat Rp 1,2 Miliar: 2 Tahun Kencani 200 Pria

Maliki kala itu hanya bisa terdiam dan malu. Inilah kesederhanaan Soeharto, menurut Maliki.

Selain itu, kesederhanaan Soeharto juga terlihat pada pakaiannya.

Maliki sempat berfikir harus punya baju batik berbahan sutra untuk mendampingi Soeharto.

Tapi apa yang ditemukan ketika hari pertama mendampingi Soeharto justru mengejutkan.

Soeharto malah memakai baju batik biasa yang biasa dipakai sehari-hari di rumah.

Baca: Benny Moerdani Tak Tergoda Peti Harta, RPKAD Serbu Pekanbaru Hanya dengan 5 Personel

"Diam-diam saya langsung balik ke kamar ajudan untuk mengganti batik sutra yang saya kenakan dengan batik yang sederhana pula," kata Maliki.

Tanggal 3 Januari 2018 usia Paspampres menginjak 72 tahun. Selamat ulang tahun Paspampres! (Tribunstyle.com/Verlandy Donny Fermansah)

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Setelah Lengser sebagai Presiden, Soeharto Pernah Bilang Biar Merah Saja,

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Lampu Lalu Lintas Selalu Hijau Saat Soeharto Lewat Persimpangan, Ternyata Ini Siasat Paspampres,

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved