LALAT Diternakkan di China, Belatungnya Laku Dijual Rp 21 Juta per Ton: Ternyata Ini Khasiatnya
TRIBUNJAMBI.COM - Lalat merupakan biantang kotor yang diyakini membawa penyakit, karena tinggalnya di
TRIBUNJAMBI.COM - Lalat merupakan biantang kotor yang diyakini membawa penyakit, karena tinggalnya di tempat sampah dan kotoran.
Namun di China hewan ini malah diternakkan dan ternyata memiliki khasiat yang luar biasa.
Seorang profesor di wilayah timur China membuat peternakan lalat, ternyata untuk mendaur ulang sampah rumah tangga.
Baca: GALERI FOTO: Temuan Mayat di Ancol WTC, Basarnas Evakuasi
Kini, sang profesor mengklaim dengan sistem ini dia mampu mendaur ulang 3.000 ton sampah setiap tahun.
Zhang Zhijian, guru besar di fakultas lingkungan dan sumber daya alam Universitas Zhejiang, membuka peternakan lalat ini tiga tahun lalu untuk mempraktikkan pengetahuannya soal daur ulang.
Kepada harian The Beijing News, Zhang mengatakan, pasukan lalatnya saat masih berupa belatung amat menyukai sampah, kotoran manusia, dan buah-buahan busuk.
Baca: KISAH Kopassus Kuasai Kota Dili, Tiada Hari Tanpa Baku Tembak: Belasan Prajurit Kopassus Gugur
Metabolisme mereka membantu proses pembusukan sampah yang akhirnya menghasilkan produksi turunan berupa pupuk dan makanan hewan.
"Saya memulai eksperimen ini pada 2014."
"10 ton sampah bisa menghasilkan 1,2 ton lalat," kata Zhang kepada harian The Beijing News.
Zhang mengatakan, saat peternakan lalat itu dibuka pertama kali pada 2016, tidak ada warga yang mau membuang sampah rumah tangganya ke tempat itu.
Baca: VIDEO: Ribuan Pohon Kakao Warga Kumpeh Diserang Hama dan Penyakit Tanaman
Namun, berkat upaya pemerintah lokal mendorong upaya daur ulang sampah, kini peternakan lalat itu menampung 12 ton sampah sehari.
Zhang menegaskan, seluruh proses daur ulang di tempat itu amat bersih dan aman. Sebab, lalat tidak mempawa patogen atau mikroorganisme.
Lalat dewasa hanya minum air dan hidup hanya 10 hari. Sementara larva lalat atau belatung hanya makan sampah.
Pada 2016, Zhang membangun tiga rumah kaca.
Baca: AKSI Mengerikan Hantu Korban Kanibal Gentayangan Balas Dendam, Tiga Pelaku Kanibal Tewas Misterius
Satu rumah kaca hanya digunakan untuk menghancurkan dan mengaduk sampah.
Lalu, setelahnya probiotik dimasukkan ke dalam sampah yang sudah hancur itu untuk mengubahnya menjadi tempat telur lalat menetas menjadi belatung.
Sementara rumah-rumah kaca lainnya berisi tumpukan nampan, yang berisi sampah rumah tangga yang sudah diolah untuk menampung belatung.
Baca: Pemerintah Provinsi Jambi Lanjutkan Program PKB Tahap II
Belatung di sampah itu kemudian tumbuh dengan mengonsumsi nitrogen, fosfor, dan minyak yang ada di dalam sampah.
Lalu, kotoran mereka bisa diolah menjadi pupuk yang digunakan warga untuk menyuburkan tanaman.
Sementara belatungnya, yang dijual dengan harga 10.000 yuan atau sekitar Rp21 juta per ton bisa digunakan sebagai makanan ayam, ikan, udang, atau burung.
Di depan sebuah rumah, terdapat beberapa ekor lalat yang terbang di atas sebuah tong sampah.
Baca: Video: Danrem 042/Gapu Kunker ke Makodim 0419/Tanjab, Ini Pesannya Untuk Pemilu 2019
Tiba-tiba, rumah itu terbuka dan si pemilik rumah lupa menutupnya kembali.
Melihat itu, satu ekor lalat masuk dan menuju ke arah meja makan yang dipenuhi makanan.
"Saya sudah bosan dengan makan-makanan sampah itu. Ini saatnya makan-makanan lezat," ucap si lalat.
Setelah kenyang, ia bergegas menuju pintu tempat ia masuk.
Baca: Dihujat Netizen Lagu Ketika Via Vallen Sudah Ditonton 3 Juta Kali di YouTube
Namun pintu itu tertutup sehingga si lalat tidak bisa ke luar.
Lalu si lalat bergerak ke arah kaca yang tidak jauh berada di dekat pintu.
Dari kaca, ia bisa melihat teman-temannya sedang berkumpul di tempat sampah dan makan.
Si lalat mencoba ke luar. Ia mengelilingi kaca, melompat, dan menerjang kaca, namun tetap tidak bisa ke luar.
Baca: WANITA Ini Mau Bunuh Pak Harto Pakai Serbuk Racun Tikus: Tapi Berhasil Dicegah oleh Sosok Satu Ini
Ia terus melakukannya sampai berulang-ulang dan si lalat akhirnya kelelehan.
Esok paginya, ia jatuh di atas lantai.
Tidak jauh dari tempat si lalat, ada rombongan semut merah.
Ketika melihat ada seekor lalat yang tidak berdaya, mereka serentak mengerumuninya dan menggigit tubuh si lalat sampai mati. Lalu dibawa ke sarang mereka.
Baca: Hanya Gara-Gara Tak Diberi Sebatang Rokok, Teman Disiram Air Keras, Begini Nasib Korban Kini
Seekor semut merah bertanya pada kakak semut merah di depannya.
"Kenapa lalat ini ada di sini dan sekarat?" tanyanya penasaran.
"Oh itu sering terjadi," balas si kakak.
"Kakak tahu?" si kakak semut merah mengangguk.
"Sebenarnya ia telah berusaha ke luar dari kaca itu. Namun tidak berhasil. Ia frustasi dan kekelahan. Makanya ia sekarat dan menjadi menu sarapan kita," jelas si kakak semut merah.
Baca: Niat Puasa Sunnah Bulan Syaban yang Jatuh Pada 7 April 2019
"Aku masih tidak mengerti. Bukannya ia sudah berusaha ke luar. Mengapa tidak berhasil?" tanyanya kembali.
"Lalat itu memang tidak menyerah dan terus mencoba."
"Hanya saja, dia terus-menerus memilih jalan yang sama."
"Seandainya ia mencari jalan ke luar lainnya mungkin ia bisa berhasil," ungkapnya.
Ingat, mungkin semua orang melakukan hal yang sama.
Baca: Pengalaman Mistis Ari Lasso Dibelai Wewe Gombel, Kaget Punya Dada Besar Tak Wajar Rambut Panjang
Namun seorang pemenang berhasil keluar sebagai juara karena ia melakukannya dengan cara yang berbeda. ((Ervan Hardoko/Kompas.com/Mentari)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peternakan Lalat di China Bisa Daur Ulang 3.000 Ton Sampah Setahun"