KISAH Kopassus Kuasai Kota Dili, Tiada Hari Tanpa Baku Tembak: Belasan Prajurit Kopassus Gugur
TRIBUNJAMBI.COM- Kopassus kehilangan belasan prajuritnya terjadi saat TNI menggelar operasi lintas udara
Kapten Bambang menceritakan, saat tiba di asrama Kopasandha, Cijantung, terlihat ibu-ibu, anak-anak, dan masyarakat berdiri berbaris di sepanjang jalan.
Mereka melambai-lambaikan tangannya menyambut para pahlawan yang telah kembali dari medan perang.
Pada saat truk berhenti, berhamburanlah mereka mencari suami, ayah, keluarga atau teman mereka.
"Ada satu hal yang membuat saya menitikkan air mata ketika menyaksikan putra almarhum Koptu Samaun berlari kian kemari mencari ayahnya yang sudah gugur dan dikebumikan di Timor Timur," kenang Kapten Bambang sedih.
Rupanya sang ibu tak berani menceritakan pada anaknya bahwa sang ayah sudah gugur.
Karena itulah bocah malang itu masih berlari-lari ingin mencari ayahnya yang telah meninggal
Kopral Satu Samaun gugur pada tanggal 7 Desember 1975 di tengah pertempuran merebut Kota Dili.
Dia mendapat kenaikan pangkat anumerta menjadi sersan dua
Prajurit Kopassus Bertahan 5 Hari di Antara Mayat Rekannya
Misi berat juga pernah dialami prajurit Kopassus (saat itu bernama RPKAD) saat menjalankan misi Tri Komando Rakyat (Trikora) di Papua
Dilansir dari buku '52 Tahun Infiltrasi PGT di Irian Barat' terbitan tahun 2014, seorang prajurit Kopassus dikisahkan pernah bertahan diantara mayat rekan-rekannya usai disergap pasukan Belanda
Saat itu, TNI melakukan infiltrasi militer ke Papua melalui Operasi Banteng I.
Operasi itu melibatkan personel Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang saat ini bernama Paskhas, dan RPKAD yang sekarang bernama Kopassus
Gabungan Kopassus dan Paskhas itu diterjunkan di tengah hutan belantara di Irian Barat. Mereka masuk wilayah pertahanan Belanda dan mengacaukan konsentrasi pasukan musuh.
Prajurit yang siap tempur itu dibagi dua tim, yakni Banteng I di Fak-fak dan Banteng II di Kaimana.