Istri Sakit Parah, Suami Bukan Membawa ke Rumah Sakit Tapi Membantu Bunuh Diri
Ketika istri sakit maka selayaknya suami membantu istri berjuang melawan penyakitnya agar cepat sembuh melalui berbagai pengobatan.
TRIBUNJAMBI.COM - Ketika Istri atau anggota keluarga ada yang Sakit maka tugas suami adalah membawanya berobat.
Ketika istri sakit maka selayaknya suami membantu Istri berjuang melawan penyakitnya agar cepat sembuh melalui berbagai pengobatan.
Namun ternyata, ada kisah seorang suami yang membantu Istri untuk bunuh diri agar tertebas dari Sakit yang dideritanya.
Kepolisian Spanyol dikabarkan telah menahan seorang pria yang dituduh telah membantu Istri yang Sakit parah untuk bunuh diri.
Angel Fernandez ditangkap di Madrid pada Rabu (3/4/2019) lalu, namun kemudian dibebaskan oleh hakim sambil menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut. Demikian disampaikan juru bicara kepolisian yang dikutip AFP.
"Dia berkata bahwa istrinya sakit parah dan dia telah memberinya obat yang memicu kepada kematian istrinya agar dia tidak lagi menderita," ujar juru bicara tersebut, Kamis (4/4/2019).
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan stasiun televisi La Sexta pada tahun lalu, Fernandez mengatakan, istrinya yang telah berusia 60-an, telah berjuang melawan penyakit multiple sclerosis yang dideritanya selama 30 tahun.
Dia mengatakan bahwa istrinya menderita dan sudah sangat lelah sehingga ingin mati "dengan bermartabat".
Multiple sclerosis merupakan penyakit autoimun yang langka dan melumpuhkan yang merusak sistem saraf pusat.
Penyakit Ini dapat menyebabkan kelelahan, rasa sakit, kehilangan penglihatan, hingga gangguan koordinasi dan kemampuan motorik.
"Idealnya memang hal itu dilakukan oleh seorang profesional yang berizin (untuk membantunya mati), tetapi karena itu tidak mungkin, ketika dia meminta, saya hanya bisa melakukannya," kata Fernandez.
Kabar penangkapan Fernandez kembali membuka perdebatan tentangeutanasia di Spanyol, dengan kasus ini telah banyak diberitakan media dan memicu beragam opini di media sosial.
Perdana Menteri Pedro Sanchez sebelumnya telah berjanji akan menjadikan Spanyol sebagai negara keempat di Eropa yang melegalkan eutanasia, setelah Belgia, Luksemburg, dan Belanda.
Namun langkah tersebut masih mendapat tentangan keras dari oposisi utama, Partai Populer (PP), yang konservatif.
"Kami ingin orang-orang tidak menderita melebihi apa yang bisa mereka tentukan dengan bebas," tulis Wakil Perdana Menteri Carmen Calvo, di akun Twitter miliknya, Kamis (4/4/2019).
Rancangan undang-undang pelegalan eutanasia telah diajukan oleh kelompok sosialis pada Juni tahun lalu dan mendapat dukungan dari partai sayap kiri, Podemos.
Namun oposisi PP dan Partai Ciudadanos memilih memblokirnya dalam sebuah komite parlemen pada bulan Oktober.
Sekjen Partai Ciudadanos, Jose Manuel Villegas mengatakan, partainya pada dasarnya akan mendukung, tetapi memilih agar rancangan undang-undang lain yang diusulkannya, mengenai perawatan paliatif yang meringankan untuk disetujui terlebih dahulu.
"Apa yang disoroti dalam kasus ini adalah bahwa kita memerlukan peraturan ini," ujarnya dalam sebuah konferensi pers, menyusul penangkapan Fernandez.
Sementara partai oposisi, PP, menolak berkomentar namun mengatakan, tahun lalu peraturan yang memungkinkan eutanasia tidak diperlukan di Spanyol.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas warga Spanyol mendukung aturan eutanasia untuk pasien sakit parah yang tidak terganggu secara mental.
Frustasi Sakit Parah, Pria Ini Pilih Bunuh Diri
Diduga karena tak kuat menderita penyakit yang diidapnya selama bertahun-tahun, seorang warga Kampung Sindangsari, Desa Parakanlima, Jatiluhur, Purwakarta, Dadi (55) mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Kejadian tersebut dibenarkan oleh Kapolsek Jatiluhur, Kompol Deni Hamari dilansir Tribunjabar saat meninjau tempat kejadian perkara (TKP) pada Rabu (13/2/2019).
"Diduga disebabkan karena korban memiliki riwayat penyakit diabetes yang sudah lama diidapnya, dan terganggu juga jiwanya," kata Deni saat ditemui di depan rumah korban.
Menurut Deni, informasi yang diperolehnya korban sering kali frustasi karena penyakitnya.
Korban diketahui sering keluar rumah tanpa tahu pergi kemana, hingga sering kali dicari oleh pihak keluarga maupun tetangganya.
Namun saat pagi tadi, korban ditemukan telah tergantung di sebuah saung, tidak jauh dari rumahnya.
Korban ditemukan ditemukan pertama kali oleh istrinya, Tati, selepas subuh.
"Karena saat bangun, suaminya sudah tidak ada di kamar, diperkirakan keluar pukul 05.00 WIB. Saat dicari ternyata ditemukan di sebuah saung sudah tergantung, sekitar pukul 06.00 WIB," ucapnya.
Diketahui, setelah diturunkan dari tali yang menjerat lehernya, Dadi masih tampak bernapas, namun dalam keadaan kritis.
Korban pun sempat dibawa ke rumahnya oleh warga sekitar, namun nyawanya tidak berhasil di tolong sesaat setelah diletakkan di ruang tengah rumahnya.
Sementara itu di lokasi yang sama, Kepala Desa Parakanlima, Jaya Permana mengaku bahwa korban adalah sosok yang baik.
Dia menduga bahwa selain karena penyakitnya, warganya itu bunuh diri karena rasa frustasi.
"Kalau ditanya kenapa keluar rumah hingga waktu yang lama, korban sering menjawab sudah tidak kuat menerima penyakitnya. Dia sosok yang baik," ujar Jaya.
Meski telah ada pihak kepolisian dari unit identifikasi, pihak keluarga menolak untuk dilakukan visum maupun autopsi kepada korban.
Kepolisian yang datang pun hanya melakukan olah TKP di saung yang menjadi tempat korban bunuh diri.
Dadi pun langsung dimandikan dan dimakamkan, tidak lama setelah ditemukan dan dinyatakan telah meninggal dunia.
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Pria ini Membantu Istri Sakit Parah untuk Bunuh Diri, http://kupang.tribunnews.com/2019/04/05/pria-ini-membantu-istri-sakit-parah-untuk-bunuh-diri?page=all.