Misteri Gunung Everest

Seram! Misteri di Gunung Everest Terungkap! 'Si Hantu Gunung' yang Menemani Anggota Kopassus

Beberapa pendaki mengaku mendengar suara-suara misterius di ketinggian tertentu. Sampai sekarang asal muasal suara itu masih belum bisa dijelaskan.

Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
Prajurit Kopassus Pratu Asmujiono saat sampai di puncak Gunung Everest pada tahun 1997 

Pendaki gunung dan ahli anestesi Dr Jeremy Windsor pernah mengalaminya saat mendaki Gunung Everest pada tahun 2008.

Dia mengalami kejadian aneh.

Di ketinggian lebih dari 8,2 kilometer, Windsor mengaku bertemu dengan seorang pria bernama Jimmy.

Dua perempuan Indonesia pertama dari Tim WISSEMU berhasil mencapai Puncak Gunung Everest pada Kamis (17/5/2018). (DOK. Tim WISSEMU)
Dua perempuan Indonesia pertama dari Tim WISSEMU berhasil mencapai Puncak Gunung Everest pada Kamis (17/5/2018). (DOK. Tim WISSEMU) ()

Jimmy menemaninya sepanjang hari, menyemangatinya, dan kemudian lenyap tanpa bekas.

Hingga sekarang, dokter umumnya mengira jika psikosis merupakan gejala penyakit ketinggian yang terjadi akibat kekurangan oksigen yang dialami di dataran tinggi dan bisa memicu penumpukan cairan yang berpotensi mematikan paru-paru atau otak.

Namun, analisis yang dilakukan Windsor dan rekan-rekannya menemukan bahwa keadaan Psikosis Ketinggian Terisolasi ini berbeda dengan penyakit ketinggian.

Untuk mencapai kesimpulan tersebut, peneliti menganalisis data dari 83 peristiwa psikosis di dataran tinggi yang dikumpulkan dari literatur gunung Jerman.

Peneliti juga mencoba mensimulasikan kasus psikosis ini dengan menempatkan relawan di kamar yang dikondisikan seperti berada di ketinggian ekstrem.

Misalnya dengan oksigen rendah dan tekanan udara yang rendah

Hasilnya, mereka menemukan bahwa relawan mendengar suara-suara.

Namun, gejala yang terjadi ini tidak berhubungan dengan penyakit ketinggian atau penyakit jiwa yang diderita pendaki di masa lalu.

“Mereka sehat dan tidak rentan terhadap penyakit tersebut,” kata Brugger.

Sayangnya, sampai saat ini peneliti belum yakin dengan penyebabnya.

Psikosis ini bisa jadi karena kekurangan oksigen atau tahap awal pembengkakan di area otak tertentu seperti yang terjadi pada gejala penyakit ketinggian.

Mungkin juga penyebabnya sama sekali bukan karena ketinggian.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved