Istri Ke-7 Soekarno Bongkar Kekuatan Gaib dan Bung Karno, Ungkap Soal Meditasi dan Semedi
Istri Ke-7 Soekarno Bongkar Kekuatan Gaib dan Bung Karno, Ungkap Soal Meditasi dan Semedi
Bung Karno yang semula bernama Kusno bahkan sering mengalami sakit-sakitan.
Baca Juga:
Kondisi Terkini Ani Yudhoyono, Tidak Seaktif Dahulu Lagi Usai Kemo, AHY Beri Penampakannya
Pulau Berhala akan Dikelola Pihak Ketiga, Pemkab Tanjab Timur Masih dalam Pertimbangan
Prajurit Tak Mengenal Lelah Mempersiapkan Upacara Penutupan TMMD ke 104
Wacana Fatwa Haram Main PUGB, MUI Malah Singgung Lagi Soal Smackdown yang Pernah Makan Korban
Untuk menghindari seringnya sakit itu, nama Kusno pun diganti dengan nama Soekarno.
Dengan kondisi kehidupan orangtuanya yang masih serba pas-pasan , kakek dan nenek Bung Karno dari pihak bapaknya tidak mau tinggal diam.
Mereka meminta Bung Karno untuk tinggal bersamanya untuk sementara waktu.
Sebagai kakek nenek yang memiliki usaha kecil di bidang batik di daerah Tulungagung , kalau hanya memberi makan kepada Bung Karno saja, sang kakek dan nenek jelas tidak mengalami kesulitan.
Bung Karno pun untuk sementara waktu tinggal bersama kakeknya di daerah Tulungagung, Jawa Timur, yang letaknya tidak jauh dari Mojokerto.
Ketika tinggal bersama kakek neneknya itu, Bung Karno ternyata 'dideteksi' oleh kakeknya sebagai anak yang memiliki kekuatan supranatural (gaib).
Kemampuan gaib Bung Karno yang terletak pada lidahnya kemudian tidak disia-siakan oleh kakek neneknya.
Misalnya jika ada warga desa yang sedang jatuh sakit atau mendapat luka, sang nenek akan memanggil Bung Karno.
Lalu sang nenek akan menyuruh Bung Karno menyembuhkan orang yang sedang sakit dengan cara menjilati bagian tubuhnya yang sakit.
Dalam buku otobiografi Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (Cindy Adams), Soekarno sendiri merasa aneh kenapa orang yang sakit keras hanya dijilat di bagian tubuh, misalnya tangan, bisa sembuh.

Tidak hanya mampu menyembuhkan orang sakit dengan kekuatansupranaturalnya, hingga usia 17 tahun Bung Karno ternyata memiliki kemampuan untuk ‘melihat’ dunia gaib.
Tapi Bung Karno sendiri karena masih usia anak-anak tidak merasa istimewa dengan kemampuan supranatural yang dimiliki.
Ia justru mulai tertarik untuk membaca buku dan dunia kesenian.
Namun, setelah usia 17 tahun dan sudah merasa menemukan bakatnya serta sangat menggemari berpidato kekuatan gaib Bung Karno mendadak hilang.
Kemampuan Bung Karno dalam berpidato bahkan bisa membius ratusan ribu orang untuk mendengarkannya dan menggiring Bung Karno makin jauh memasuki dunia politik.