SALJU Puncak Everest Mencair, Mayat-mayat Bermunculan: Mengerikan, Jasad Pendaki yang Tergeletak
TRIBUNJAMBI.COM-- Salah satu hal unik sekaligus mengerikan dari Gunung Everest adalah keberadaan
Kemampuan tubuh menyesuaikan terhadap ketinggian adalah tantangan dalam pendakian Gunung Everest.
Kadar oksigen di puncak hanya ada sepertiga yang terkandung di langit.
Menurut Levett, hanya enam persen pendaki dari seluruh dunia yang mampu mendaki tanpa oksigen tambahan.
Penyakit di ketinggian bisa menyerang manusia yang berada di ketinggian beberapa ribu meter di atas permukaan laut.
Oleh karena itu, tubuh manusia harus beradaptasi untuk menuju tempat yang lebih tinggi.
"Jika kamu pergi langsung ke 3.500 meter, keesokan harinya akan merasa seperti memiliki flu atau mabuk," kata Levett seperti dilansir TribunTravel.com dari Kompas.com.
Namun, hal itu tak terjadi pada Suku Sherpa.
Setelah berabad-abad hidup pada ketinggian tinggi, populasi suku Sherpa di Himalaya telah berevolusi untuk menguasai kemampuan untuk bertahan hidup dalam ketinggian.
"Kamu akan melihat, mereka sama sekali tidak terpengaruh (terhadap tipisnya oksigen)," kata Levett.
Pada tahun 2013, Levett bersama rekannya berangkat dengan 180 relawan.
Jumlah tersebut terdiri atas 116 orang dari dataran rendah dan 64 Sherpa menuju untuk Everest Base Camp.
Relawan dites secara fisik dan biologis untuk mengidentifikasi perbedaan fisik sebelum dan selama pendakian menuju ketinggian 5.300 meter di atas permukaan laut.
Identifikasi Perbedaan
Levett mempresentasikan temuan penelitian terhadap suku Sherpa dalam World Extreme Medicine Expo in London bulan lalu.
Ia mengidentifikasi perbedaan bagian sel manusia yang berfungsi untuk menghasilkan energi atau yang dikenal sebagai mitokondria.