Soekarno Merasa Dibohongi Soeharto, Resimen Tjakrabirawa Dibubarkan Setelah Supersemar Terbit
Supersemar ditandatangani di Istana Bogor, Soekarno merasa telah dibohongi Soeharto, apalagi Resimen Tjakrabirawa dibubarkan
Ada yang menyebut Soekarno ditodong pistol, ada juga yang menyebut Soekarno sukarela membuat surat perintah untuk Letjen Soeharto.
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) memiliki tiga versi Supersemar yang berbeda. d
Tak satu pun yang diyakini 100 persen asli.
Selama ini yang dipercaya sebagai kebenaran adalah versi Angkatan Darat.
Tapi itu diyakini bukanlah naskah asli yang diserahkan Soekarno pada Soeharto.
ANRI telah menghabiskan waktu belasan tahun untuk mencari keberadaan surat tersebut, namun hingga kini masih nihil hasilnya.
Baca: Geger Temuan Emas, Keris dan Ratusan Koin di Proyek Jalan Tol Malang, Ternyata Bekas Pura Kuno
Baca: Pembunuhan Siswi SMK di Solok, Pelaku dan Korban Berhubungan Badan Sebelum Nyawa Dihabisi Pakai Tali
Baca: BUKA 11.000 Lowongan Kerja BUMN di 110 Perusahaan, Ini Link Pendaftaran SMA, D3, S1 s/d S2

Soekarno Merasa Dibohongi Soeharto
Keluarnya Supersemar telah membuat Presiden Soekarno lengser dan digantikan Soeharto yang pada akhirnya menjabat selama 32 tahun.
Keluarnya Supersemar tidak seharusnya membuat Soeharto bisa membatasi ruang gerak Presiden Soekarno dan keluarganya.
Hal itu diungkapkan oleh Sidarto Danusubroto, ajudan terakhir Soekarno, yang menceritakan kepedihan yang dialami Sang Proklamator itu setelah keluarnya Supersemar.
Keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar merupakan momentum naiknya Soeharto ke tampuk tertinggi pemerintahan Indonesia.
Pasca Supersemar, Soeharto dengan tanpa rintangan berarti menduduki kursi Presiden menggantikan Soekarno.
Ajudan Soekarno menceritakan bagaimana pedihnya Soekarno saat mengetahui Supersemar digunakan Soeharto untuk menggoyahkan posisinya. Bahkan Soekarno merasa dibohongi Soeharto.
Itulah hal yang disampaikan Sidarto Danusubroto, ajudan terakhir Bung Karno, pasca-terbitnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) tahun 1966.
"Bung Karno merasa dikibuli," kata Sidarto, dilansir Tribun Jambi dari wawancara yang dilakukan Kompas dengan Sidarto di Jakarta Selatan, pada Minggu (6/3/2016).