Banyak yang Tak Tahu, Setelah Supersemar Disalahgunakan Soeharto, Soekarno Munculkan Supertasmar
Banyak yang Tak Tahu, Setelah Supersemar Disalahgunakan Soeharto, Soekarno keluarkan Supertasmar Surat Perintah Tiga Belas Maret
AM Hanafi menjelaskan, Supertasmar itu berisi pengumuman bahwa Supersemar bersifat administratif/teknis, dan tidak politik. Soeharto juga diminta untuk segera memberikan laporan kepada Presiden.
Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, mengatakan, Soekarno berusaha menyebarkan isi Supertasmar ke publik. Namun, upaya itu gagal.
Hanafi sempat menghubungi mantan Panglima Angkatan Udara, Suryadharma.
Baca: Link Live Streaming MotoGP Qatar 2019, Jadwal Race, Live Trans 7 Maverick Vinales Pole Position
Baca: Penampakan Dapur Super Mewah Reino Barack yang Akan Jadi Milik Syahrini, Luas Rumahnya 660 Meter
Baca: Link Live Streaming MotoGP Qatar 2019, Jadwal Race, Live Trans 7 Maverick Vinales Pole Position
Namun, Suryadharma mengaku tidak lagi punya saluran untuk menyebarkan surat perintah baru dari Presiden Soekarno itu.
"Pers pun tidak mau memberitakan," tutur Asvi Warman.
Tidak jelas
Hingga saat ini, keberadaan Supertasmar pun tidak jelas. Kepala Arsip Nasional RI Mustari Irawan juga mengakui, lembaganya tidak memiliki naskah atau salinan mengenai Supertasmar itu.
"Kalau Supertasmar, kami tidak ada," ucap Mustari ketika ditemui Kompas.com di kantornya pada 2014.
Namun, Arsip Nasional RI juga melacak keberadaan Supertasmar, bersamaan dengan pelacakan Supersemar yang masih misterius.
Pelacakan dilakukan, salah satunya dengan mencari di Sekretariat Negara.
"Kami juga terus cari di Sekretariat Negara, kan juga menyimpan dokumen," tuturnya.
Ajudan Kisahkan Kesedihan BK Dikibuli Pak Harto
Munculnya Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret tahun 1996 menjadi kontroversi karena disebut merupakan kecerdikan Soeharto mengibuli Soekarno.
Tribunjambi.com mengutip dari Kompas kontroversi yang muncul jika membicarakan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang menjadi momentum peralihan kekuasaan Presiden pertama RI, Soekarno, ke Soeharto.
Pertama, menyangkut keberadaan naskah otentik Supersemar.