Umat Katolik Jambi Peringati Rabu Abu, Ini Isi Surat Gembala 2019 dari Uskup Agung Palembang
Dalam tradisi Gereja Katolik, Rabu Abu merupakan hari penanda dimulainya masa Pra Paskah. Berikut ini isi Surat Gembala 2019 Uskup Agung Palembang
Umat beriman tidak boleh menjadi golput, artinya tidak peduli akan peristiwa sangat penting untuk keselamatan bangsa. Golput pada saat ini akan menjadi tanda ketidak pedulian dan kekalahan. Maka umat Katolik harus memilih presiden dan wakilnya yang jujur, memperjuangkan kesatuan bangsa yang beraneka ragam ini, menghargai perbedaan agama, suku, budaya, merangkul rakyat yang terpinggirkan karena kemiskinan dan ketidakadilan. Dan presiden yang berjuang untuk kesejahteraan umum, dan bukan mencari kekuasaan kelompok yang mengacaukan kesatuan bangsa.
Kita juga harus memilih calon legislatif yang membawakan suara dan kepentingan bangsa bukan kepentingan pribadi atau kelompoknya saja.
Karena apa? Karena pemimpin negara itu akan menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk kesejahteraan jiwa raga masyarakat plural bangsa Indonesia.
Maka mari mendoakaan agar kita mendapatkan pemimpin negara yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Seperti diteladankan oleh Yesus dalam hidupNya dan kita renungkan dalam masa PraPaskah ini yaitui Yesus “Pemimpin yang melayani, berani berkorban membela kebenaran, menghargai hidup manusia dan membebaskan dari dosa dan membawa kehidupan baru”
Semoga semangat Paskah mendorong bangsa kita dan umat Katolik memilih pemimpin yang akan mempersatukan rakyat, memperjuangkan kelestarian negara kesatuan kita dan menjadikan bangsa yang maju serta contoh bagi sesama dalam memperjuangkan perdamaian dunia.
Kepada orang orang muda, juga pemilih baru, semoga Anda semua bersemangat untuk ikut memperjuangkan eksistensi NKRI. Demi masa depan kalian semua.
Saudara-saudari terkasih,
Tema PraPaskah ini mengajak umat Katolik bersama seluruh masyarakat menyelamatkan keutuhan ciptaan Tuhan, yaitu bumi dengan tetumbuhannya, margasatwa bermacam ragam yang semakin punah, air dan udara bersih yang tercemari, hutan semakin langka sehingga banjir dimana mana yang menyengsarakan.
Dan kali ini, perkembangan alat modern yang dengan cepat dapat dipakai untuk membuka hutan, meratakan bukit, mengeruk kekayaan bumi menjadi perhatian kita. Bumi rumah kita bersama yang akan diwariskan kepada penerus bangsa dan anak cucu, harus kita jaga bersama.
Untuk penyelamatan bumi rumah kita bersama itu, kita diajak: Meresapkan makna terdalam alam ciptaan Tuhan yang sudah kita nikmati. Semua ciptaan memberi makna satu sama lain. Maka harmoni, saling ketergantungan harus dijaga. Tidak ada yang bisa semena-mena dirampas walaupun untuk kepentingan manusia.
Paus Fransiskus menyampaikan bahwa walau alam itu dapat dipelajari secara ilmu, tetapi sebagai anugerah Tuhan. Alam adalah pemberian Tuhan yang mempersatukan manusia. Alam harus dihormati agar bisa melanjutkan dan memberi kehidupan pada ciptaan yang hidup : manusia, margasatwa dan tetumbuhan.
Juga kita diajak untuk berdialog atau sarasehan bersama saudara-saudara beriman lain mencari jalan menjaga utuhnya ciptaan. Karena krisis sudah diambang batas. Panasnya matahari sudah tidak terpayungi oleh lapisan-lapisan yang membantu manusia dan mahluk hidup lain. Air yang bisa tersimpan di hutan-hutan lindung sudah tak punya tempat, maka terpaksa membanjiri permukiman dan membawa banyak korban manusia dan mahluk hidup lain.
Maka Fransiskus Asisi mengajak kita memperlakukan sesama ciptaan sebagai saudara-saudari kita.
Bumi dan isinya bisa mengalami kepunahan apabila manusia karena nafsunya memperkosa bumi tanpa etika, apalagi melalui alat-alat tehnik baru raksasa. Maka alam bisa memberontak dengan banjir, topan besar, panas yang mematikan, iklim berubah-ubah sehingga petani menderita, dan manusia tidak berdaya.
Itulah pentingnya peran etika dan iman kita dalam mengendalikan kemajuan teknologi supaya tidak memusnahkan bumi.
Dalam Kitab Kejadian, ular yang menggoda manusia pertama supaya menyamai kuasa Allah dengan makan buah terlarang menyebabkan manusia pertama kehilangan Taman Firdaus, dengan akibat hubungan dengan Tuhan terputus, hubungan dengan sesama ciptaan saling bermusuhan dan manusia harus bekerja keras untuk melanjutkan hidupnya. ( lih. Kej.3:7).
Saudara-saudari terkasih,
kita bersyukur atas kemajuan hasil ilmu dan pemikiran baru dari manusia. Semua itu adalah anugerah Tuhan Sang Pencipta untuk keselamatan manusia dan keselamatan ciptaan lain supaya hidup dapat diteruskan.
Itulah yang harus mengarahkan kebebasan manusia. Agar dengan kemajuan teknologi bukan kehancuran bumi yang terjadi seperti Firdaus yang hilang, melainkan damai karena persaudaraan dalam Sang Pencipta antara manusia, margasatwa, tetumbuhan dan mahluk lainnya.
Apa yang kita bisa lakukan, terutama dalam masa prapaskah ini?
Sering kita bertanya apa yang harus kita lakukan sebagai gereja. Memang tidak ada tindakan praktis yang bisa disampaikan.
Ada dua tindakan kita yang mempunyai akibat kepada ciptaan : apa yang kita pakai dan apa yang kita buang. Maka marilah kita buat pemeriksaan batin:
Rasa syukur atas ciptaan.
- Apakah kita bersyukur dan memuji Tuhan atas indahnya alam ini?
- Sadarkah kita dan berterima kasih atas binatang, sayur mayur, tanah, laut, udara yang membantu kita bisa hidup?
- Berdoakah anda sebelum makan?
Hidup sederhana.
- Dapakah Anda hidup lebih sederhana?
- Dapatkah Anda mengurangi membuang makanan dan minuman?
- Bisakah mengurangi makanan yang tidak perlu, dan mengurangi makan daging?
- Dapatkah memilih makanan yang lebih hijau: lokal, organik, tidak berlemak?
- Anda membeli sesuatu karena memang dibutuhkan atau karena keinginan saja?