Satu Hari Istimewa di Bulan Maret 2019 - Hari yang Sunyi & Sakral Bagi Umat Hindu di 7 Maret 2019
Sepanjang Maret dari tanggal 1 hingga 31, hanya ada satu hari libur nasional yang sangat istimewa yakni Kamis 7 Maret 2019.
Satu Hari Istimewa di Bulan Maret 2019 - Hari yang Sunyi & Sakral Bagi Umat Hindu di 7 Maret 2019
TRIBUNJAMBI.COM - Jumat ini kita memasuki bulan ke tiga atau Maret tahun 2019.
Sepanjang Maret dari tanggal 1 hingga 31, hanya ada satu hari libur nasional yang sangat istimewa yakni Kamis 7 Maret 2019.
Di tanggal 7 Maret, umat Hindu merayakan hari besar keagamaan yakni Hari Raya Nyepi.
Baca: Ajudan Paparkan Soekarno Dikibuli Soeharto Pakai Supersemar, Ini Frasa yang Bikin Kecolongan
Baca: Pendaftaran UTBK Gelombang I Dibuka Jumat (1/3) Pukul 10.00 WIB - Link Pendaftaran, Syarat & Tahapan
Baca: Service yang Diperoleh Rian dari Vanessa Angel, dengan Rogoh Kocek Rp 80 Juta
Khusus di Indonesia, Nyepi 2019 akan berlangsung dari Kamis 7 Maret pukul 06.00 WIB hingga Jumat, 8 Maret pukul 06.00 WIB.
Pengertian Nyepi
Dikutip dari Wikipedia, Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka.
Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup.
Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.

Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap).
Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi.
Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi.
Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta).
Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Baca: Pendaftaran UTBK Sudah Dibuka Jumat 1 Maret 2019 - Perhatikan Syarat, Jadwal dan Tahapan SBMPTN 2019
Baca: Pemilik 3 Zodiak Ini Diramal Kurang Beruntung di Bulan Maret 2019, Kalian Termasuk?
Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis.
Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya.
Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar).
Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya.
Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak.

Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh.
Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.
Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar.
Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Baca: Ahmad Dhani Nangis Masuk Penjara, Nikita Mirzani Kibas Rambut dan Beri Kiss Bye Wartawan
Baca: Ramalan Zodiak Jumat 1 Maret 2019 - Taurus Perhatikan Kesehatan, Waktu yang Tepat Bagi Gemini
Puncak Acara Nyepi
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati.
Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa.
Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).
Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih.
Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih.
Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
Baca: Camat Perempuan Teriak-teriak Selamatkan Jambret yang Nyaris Dibakar Massa, Nangis Bonyok-bonyok
Baca: Ajang Cari Jodoh Take Me Out Khas Batak, Peserta Didia Rongkap Hi Membeludak, Bisa Tukar Nomor
Ngembak Geni (Ngembak Api)
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X).
Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua.
Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih.
Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan.
Hidup di dalam kerukunan dan damai. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul MARET Istimewa, Satu Hari yang Sangat Sunyi dan Sakral di Awal Bulan Maret 2019,