Pabrik Semen Baturaja Segera Dibangun di Kabupaten Sarolangun
Pabrik Semen Baturaja Segera Dibangun di Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun
Pabrik Semen Baturaja Segera Dibangun di Kabupaten Sarolangun
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Pembangunan pabrik semen milik PT Semen Baturaja di Kabupaten Sarolangun kian mendekati kenyataan.
Terlepas dari soal pro kontra, rencana ini sesungguhnya sudah digaungkan sejak lama.
Perkembangan terbarunya, kini PT Semen Baturaja (SMBR) sudah mengantongi izin lokasi pembangunan pabrik.
Bahkan, pada Senin (25/2) lalu, Direktur Utama SMBR Jobi Triananda Hasjim dan manajemennya bertemu dengan Bupati Sarolangun, Cek Endra di rumah dinas Bupati Sarolangun.
Mengenai penerbitan izin lokasi ini, diakui oleh Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi Harry Andriya saat ditemui Tribun Jambi, Kamis (28/2).
Izin lokasi, kata dia, wewenang Pemkab Sarolangun untuk mengeluarkannya. Pabrik ini rencananya berada di Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun.
Namun, lanjut Harry saat ini manajamen perusahaan masih dalam proses pengajuan untuk mendapatkan izin usaha pertambangan produksi (IUP) ke Dinas ESDM Provinsi Jambi.
"Itu ke kita, tapi prosedurnya panjang. Sebelum itu harus ada izin Amdal dulu dari Dinas Lingkungan Hidup. Dan itu biasanya lama karena harus ke masyarakat, ada FGD dengan masyarakat," jelas Harry Andriya.
Bila izin lingkungan sudah keluar, baru akan diproses izin usaha produksi. Kemudian, kata dia, diikuti sebelum itu dengan penciutan lokasi karena ada yang dikeluarkan.
Baca: Pabrik Semen Baturaja dan Kelestarian Goa Calow Petak
Baca: BREAKING NEWS: Sungai Batang Asai Meluap, Delapan Desa di Sarolangun Terendam Banjir
Baca: Niat Tembak Muncikari yang Melawan, Peluru Polisi Malah Kena Warga di Lokasi Prostitusi Sarolangun
Menurutnya diperkirakan pabrik semen pertama di Provinsi Jambi tersebut mulai berproduksi paling cepat pada 2024 mendatang.
Berdasarkan informasi yang ia terima dari pihak manajemen perusaahaan, paling cepat produksi dari tambang tersebut pada tahun 2022.
Dan Pembuatan pabrik paling cepat selama 22 hingga 36 bulan.
"Itu berarti pabrik berproduksi paling cepat tahun 2024. Dengan catatan penyelesaiaan lahan dengan masyarakat bisa clear tidak ada masalah," sebut Harry.
Dikatakan Harry, mengenai investasi pembangunan pabrik pertambangan tersebut pihak ESDM siap mendukung dengan syarat memenuhi ketentuan dan aturan yang berlaku.
"Karena kalau mereka beroperasi ekonomi bergerak juga, ada porsi-porsi untuk kita baik itu dari pajak, pembagian hasil. Dan yang paling penting terbukanya lapangan pekerjaan," sebut Harry.
Pro kontra pembangunan pabrik semen ini, terkait keberadaan potensi dan kekayaan alam di sana yakni Goa Calow Petak.
Namun menurut Bupati Sarolangun Cek Endra, konsep pembangunan pabrik semen tersebut berwawasan ramah lingkungan. Pemkab dan perusahaan menurutnya menyadari keberadaan kawasan wisata Goa Calow Petak.
"Dengan kehadiran pabrik ini, tentu akan ada kontribusi pabrik sehingga membuat wisata Goa Calow Petak semakin indah," kata Cek Endra.
Baca: Camat Perempuan Teriak-teriak Selamatkan Jambret yang Nyaris Dibakar Massa, Nangis Bonyok-bonyok
Baca: Ahmad Dhani Nangis Masuk Penjara, Nikita Mirzani Kibas Rambut dan Beri Kiss Bye Wartawan
Cek Endra mengaku bahwa Pemkab Sarolangun serius mendukung dan mendorong, agar pembangunan pabrik PT Semen Baturaja bisa cepat terlaksana.
"Kami berharap Baturaja betul-betul berdiri di Sarolangun, karena sudah terealisasi dalam legal formal, belum lama ini kita serahkan izin lokasinya,” jelasnya.
Menurutnya, proses perencanaan pabrik semen di Kabupaten Sarolangun sudah berlangsung lama. Namun terbentur mekanisme. Hingga sampai sekarang baru ada kejelasan mengenai izin.
"Mudah-mudahan pembangunan pabrik Baturaja benar-benar beroperasi, sebab masyarakat menanti operasi pabrik Semen Baturaja dengan izin lahan seluas 3.600 hektare,” ucapnya.
Bupati juga mengatakan ini Pemkab Sarolangun akan membangun tiga jembatan menuju lokasi pabrik semen tersebut, dan pada tahun depan jalan-jalan yang sifatnya mengganggu akan diselesaikan, namun realisasi itu tidak cukup dengan waktu yang singkat, satu hingga dua tahun anggaran.
"Untuk titik-titik tertentu kita selesaikan tahun depan. Infrastruktur ini harus sejalan program produksi,” katanya.
Ke depan kata Cek Endra, kehadiran pabrik semen ini juga akan menyerap tenaga kerja yang profesional, sehingga tentu diharapkan putra-putri Kabupaten Sarolangun bisa menjadi bagiannya. Namun, tentunya pabrik ini memerlukan skill, tenaga perusahaan yang profesional.
Sedangkan perizinan lain menurutnya sudah dalam proses. "Amdal tinggal finishing saja, sekarang sudah sidang terakhir, menjelang bulan Juni ini sudah selesai,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Semen Baturaja Jobi Triananda Hasyim menyebut seluruh proses dari awal hingga beroperasinya pabrik akan segera dilaksanakan mengingat memang membutuhkan waktu cukup panjang.
Ia memperkirakan seluruh proses awal administrasi dapat diselesaikan pada tahun 2019 ini, sehingga optimis pada tahun 2020 akan dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik semen.
“Insya Allah tahun depan kita mulai peletakan batu pertama tahun berikutnya mulai membangun pabriknya, tahun 2021 peralatan mulai masuk," katanya.
Saat ini, kata dia, mereka masih membentuk tim bagaimana mengurus perizinan dan tim pembebasan tanah.
“Kami perkirakan nanti sampai puncaknya tahun 2022-2023 pada tahap konstruksi. Semester kedua tahun 2024 kita sudah bisa produksi doakan semoga berjalan dengan baik,” katanya.
Dia mengklaim konsep pembangunan pabrik semen di Bukit Bulan ini, menerapkan desain pabrik yang efisien, ramah lingkungan, tidak bising bahkan tidak berdebu.
"Ada lebih kurang 3.000 hektar IUP, yang pada tahun ini diperkirakan secara administrasi sudah selesai. Pihak PT Semen Baturaja juga sudah melakukan desian peralatan pabrik, yang harus menyesuaikan kebutuhan pabrik semen yang efisien, ramah lingkungan, tidak bising dan tidak berdebu," ujarnya.
Katanya berdasarkan survei yang dilakukan bahwa pada lokasi pabrik ini memiliki cadangan sumber daya alam berupa batu kapur yang besar sebagai bahan baku semen. Lalu, ditambah lagi cadangan batu bara yang cukup besar, sehingga dua kombinasi itu tidak semua provinsi memiliki hal tersebut di wilayah Sumatera. (kip/cwa)